18

446 82 12
                                    

Sebelumnya...

"Mari percepat pernikahan kita. Aku tidak ingin menunggu lagi."

"A-Apa maksudmu? Bukankah sudah kubilang? A-Aku masih butuh waktu untuk mempersiapkan diri."

Tatapanku masih tertuju lurus pada wajah Kiba, dan aku menyadari, dia tersenyum sinis mendengar penuturanku.

"Mempersiapkan diri?" ucapnya mengulangi, "apa benar hanya karena itu? Bukan karena kak Naruto?"

Bagaimana Kiba---

"Sekarang jawab aku tanpa harus berbasa-basi, Hinata. Kau--"

Tit... tit...

Perkataannya terpotong. Suara pencetan bel terdengar beberapa kali dari arah pintu menarik dan atensi.

Kuhembuskan napas pelan. Coba menenangkan diri dan memilih melangkahkan melewati Kiba begitu saja untuk mendekat pada pintu.

Saat tatapan mata bertemu dengan seseorang yang berdiri sembari menyunggingkan senyum, aku terkejut.

"Ibu?"




KUMORI

Story by Eminamiya

Rate : M

WARNING!!!
Typo, Alur cepat dan ringan, Banyak bahasa yang berulang-ulang, Plot pasaran / Mudah ditebak


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENGJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -




Hinata's POV

"Ibu?"

Satu senyuman terukir lebar, berbanding terbalik dengan rasa terkejut yang kurasakan. Berbagai pertanyaan hadir seketika. Kenapa Ibu datang? Kenapa begitu tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu?

Tidak, bukan aku tak mengharapkan kehadirannya, hanya saja merasa tak menyangka sama sekali.

"Kenapa begitu terkejut melihat Ibu?"

Aku tertegun. Lamunan singkatku pecah dan digantikan gelengan pelan. "A-Aku hanya tidak menduga jika Ibu akan datang."

Ibu yang sedang mencoba memasukkan diri ke dalam unit apartemen, membuatku segera bergeser kecil agar memberinya ruang. Melepaskan alas yang membungkus kedua kakinya dengan cepat, lantas, ibu kembali mengarahkan mata padaku.

"Sudah dari pagi Ibu menghubungi, tapi ponselmu tetap tidak aktif."

Aku terpaku. Mata berkedip panik sebanyak beberapa kali. Aku ingat di mana kiranya terakhir kali benda itu berada. Dan tentu saja, aku tak mungkin mengatakan kebenarannya.

"Ponselku rusak, jadi, tidak bisa dihidupkan, Bu," dustaku pada akhir, dan dengan mudah ibu percayai.

Merasa bersalah? Tentu saja.

"Pantas saja Ibu tidak bisa menghubungimu. Ambil ini."

Tanganku menggapai sebuah bungkusan berukuran besar yang disodorkan, lalu beralih mengikuti langkahnya yang berjalan semakin masuk ke dalam apartemen.

Hal pertama yang terjadi, sesuai dugaan, ibu terkejut dengan keberadaan Kiba.

Sama halnya dengan itu, pun Kiba serupa. Aku menyadari, dia juga tak menyangka akan kehadiran ibuku.

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang