Camilan

711 102 9
                                    

Bagian ini sebenarnya diambil dari chapter 'Promise Me, Sensei' yang kuhapus dan diubah sedikit pada bagian-bagian tertentu. Aku masukin ke sini biar lembaran ceritanya jadi lebih banyak aja.

Sayang juga kalo gak kepake, 'kan? Wkwk.

Jadi, anggap aja ini kayak sekilas iklan di masa lalu, sembari aku ngedit dulu lanjutan dari Kumori ^^

Kalo misal mau skip dan nunggu alur asli dari Kumori, silakan. Mau dibaca juga, silakan.

Ya, itu aja :)




KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!!
Typo, alur cepat dan ringan, banyak kata yang berulang-ulang, plot pasaran


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN TIDAK MENJIPLAK ATAU MENGCOPY CERITA INI.

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -




Flashback,

Hinata's POV

"Di sini, kau harus membuat garisnya di sini."

Remasan kecil kulakukan pada rok tiga per empat di atas lutut--saat tak sengaja, hembusan napas Naruto-sensei menerpa permukaan leherku. Dengan gerakan kecil, mataku melirik, mendapati wajahnya yang sangat dekat denganku.

Awalnya, Naruto-sensei sibuk menuntun jemariku untuk menciptakan beberapa sketsa tipis di atas canvas, tetapi, dalam sekejap, tiba-tiba saja, mata itu melirik padaku.

Aku terkejut bukan kepalang. Sontak, segera memalingkan pandangan dengan cepat dan menelan ludah begitu paksa.

Aku sangat gugup. Genggaman tangannya pada jemariku terasa sangat hangat.

"Kau sudah paham?" bisikannya hanya sanggup kubalas dengan anggukan pelan yang terkesan canggung.

Satu senyuman, Naruto-sensei tampilkan, lalu ia menegak serta berjalan ke depan--membiarkan sosok tingginya mendapat perhatian para murid yang semula sibuk dengan tugas praktek.

"Baiklah, selesaikan lukisan kalian. Ketua kelas, kau boleh memanggil ke ruanganku saat semua teman-temanmu selesai dengan lukisannya, agar aku bisa kembali untuk mengecek dan memberikan nilai."

Ketua kelas menjawab paham, diikuti semua murid yang serentak ikut menanggapi. Langkah menuntun jejak Naruto-sensei untuk mendekat ke meja di depan kelas guna meraih sebuah buku bacaan dan pulpen kecil.

Ketika hendak mencapai pintu keluar, Naruto-sensei menghentikan diri dan menoleh kembali.

"Ah! Satu lagi ..." kalimat menggantung Naruto-sensei membuatku tersentak--saat seketika, matanya melirik padaku.

"Jika ada yang belum kalian pahami, silakan ke ruanganku untuk bertanya."

Dia tersenyum. Senyuman kecil yang entah mengapa, membuatku berpikir jika lontaran yang baru saja diucapkan, memang sengaja ditujukan padaku.

.

.

.

Aku berdiri mematung di depan pintu dengan sedikit canggung. Jemari tanganku sedari tadi hendak menyentuh knop yang menempel di sana, namun terlalu ragu.

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang