Ilsa membereskan berkas-berkasnya. Sebentar lagi memasuki waktu pulang. Biasanya dia bisa santai saat bekerja, tetapi kali ini dia ingin segera pulang.
Sejak kejadian itu, tiap hari rasanya tidak ada kenyamanan di kantornya ini. Hanya ada kecemasan dan ketakutan jika saja nanti ketemu iblis itu. Ilsa ingin 1 bulan cepat berlalu. Walaupun sedari tadi dia tidak melihat Anta, tetapi dia takut kalau Anta tiba-tiba datang.
Dilihatnya di luar hujan sangat lebat. Beberapa kali petir menyambar. Ilsa ingat dia bawa motor. Ilsa bimbang apa dia harus naik kendaraan umum atau tetap nekat membawa motornya.
Suara pesan whatsapp membuyarkan lamunannya. Ada pesan dari Dion.
Hai sa, ada waktu ga sore ini?
Kenapa Yon?
Boleh temenin ke Grand Indonesia? Aku mau beli hadiah buat ponakanku, kebetulan aku kurang paham selera cewek hehe
Ilsa menatap pesan itu sejenak, menimbang ajakan Dion. Ilsa tahu dan yakin kalau Dion pasti bawa mobil. Ilsa memang dekat dengan Dion, tetapi sebagai teman. Dion adalah teman dekatnya sewaktu masih tinggal di Semarang. Tetapi, Dion harus pindah kota, sedangkan dia masih di Semarang hingga SMA. Ilsa pindah ke Depok untuk kuliah dan sekarang di Jakarta untuk kerja. Ilsa loss kontak dengan Dion, hingga saat neneknya meninggal, Dion datang bersama Faya sahabatnya. Dan mereka dekat lagi. Ilsa menganggap Dion temannya.
Boleh deh Yon, tapi aku ga bisa lama-lama ya
Okede Sa, aku jemput di kantormu ya
Ilsa menghela nafas. Dilihatnya jam kantornya sudah menunjukan pukul 4. Ilsa bersiap untuk pulang. Rekan-rekan Ilsapun juga mulai bersiap untuk pulang. Ilsa berjalan keluar kantor dan menunggu di depan gedung kantornya. Menunggu Dion. Tidak butuh waktu lama, mobil Dion berhenti tepat di depan Ilsa. Ilsa memasuki mobil Dion dan mereka melaju ke Grand Indonesia.
"Kamu sudah makan Sa?" tanya Dion memecah keheningan diantara mereka.
"Belum."
"Mau makan nanti?" tawa Dion
"Ga usah Yon, nanti aku makan di rumah aja." Dion mengangguk. Diliriknya Ilsa yang sedari tadi memilih diam dan mengamati jalanan Jakarta yang diguyur hujan. Dingin. Itulah yang dirasakan Dion saat ini di dekat Ilsa. Tidak ada senyum, tidak seperti biasanya.
Tidak terasa mereka telah sampai di Grand Indonesia. Ilsa berjalan beriringan dengan Dion memasuki mall untuk mencari hadiah buat keponakan Dion. Ilsa tidak banyak bicara. Dia hanya menjawab singkat. Dion tau perubahan Ilsa. Tidak biasa Ilsa seperti ini. Tetapi Dion tidak ingin bertanya. Dia paham, mungkin Ilsa ada masalah jadi tidak mood.
"Sa, mau temenin bentar ga makan dulu? Laper banget aku, bentar aja." Pinta Dion setelah mereka menemukan hadiah untuk ponakannya. Ilsa melirik jam tangannya, masih pukul 7. "Okede, tapi bentar aja ya." Ucap Ilsa. Dion tersenyum senang. Mereka memasuki restoran di mall tersebut.
Tanpa mereka sadari, dari ujung restoran, Anta duduk memperhatikan Ilsa dan Dion yang memasuki restoran. Amarah Anta memuncak kembali melihat dua orang yang rasanya ingin dibunuhnya saat ini. Tetapi, Anta masih bisa mengatasi emosinya. Sekarang mereka ditempat umum dan Anta sendiri sedang duduk bersama wanita yang diperkenalkan mamanya. Sejujurnya Anta malas sama perjodohan kaya gini. Tapi, mamanya terus memaksa karena umurnya sudah mulai memasuki 29 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is Hurt
Lãng mạn[COMPLETED] ~Tahap Revisi~ Bagaimana hidup Ilsa berubah total karena kejadian yang bahkan dia tidak punya salah. Hidupnya terus dihantui trauma. Dia diancam kakak sahabatnya sendiri hingga diperkosa. Bahkan dia harus mengandung anak dari kekejaman k...