Part 29

31.9K 1.6K 6
                                    

"Hai Sa, gimana kabarmu?" sapa Faya.

Ilsa mengeratkan giginya, dia menunjukan muka tidak sukanya. "Kenapa disini?" tanyanya dingin.

Faya sedikit terkejut melihat perubahan Ilsa. "Sa, udah lama ga ketemu ya" ucapnya kemudian.

Ilsa mendengus. Dia mengalihkan pandangannya. Dia masih benci dengan Faya dan juga Anta. Kenapa dia harus benci Faya? Ya karena semua yang terjadi sama dia karena Faya.

"Sa" panggil Faya. Dia mengigit bibirnya. Faya merasa sedikit takut melihat Ilsa. Ilsa memang sudah berubah, dia bukan lagi Ilsa yang baik hati dan ramah. Yang ada sekarang hanya tatapan dingin.

"Aku udah dengar semua dari kak Anta...." Faya terdiam sejenak. "Maaf Sa. Maafin kak Anta.." Faya menggeleng. "Engga, harusnya aku yang minta maaf, akulah penyebab semuanya. Akulah penyebab kak Anta bisa lakuin itu ke kamu. Maaf... Maafin aku Sa" Faya dengan mata berkaca-kaca.

Ilsa menahan air matanya turun. Dia memposisikan dirinya tetap dingin. Walaupun dalam hatinya ingin menangis dan menjerit. Ingin sekali saat ini dia menampar dan memukul Faya. Tapi dia tahan dan tidak sanggup. "Udahlah Fay. Semua udah berlalu. Aku udah gamau menengok kebelakang, dan kalian juga tolong pergi jauh dari hidupku" ucap Ilsa. 

Faya nampak celingukan. "Kenapa?" tanya Ilsa.

"Mana anak kak Anta?" tanya Faya melihat hanya Ilsa sendirian.

Ilsa mengernyit tidak suka. "Mana aku tau" jawabnya datar. 

"Maksud aku anak kalian Sa" jelas Faya. Ilsa mengerutkan dahinya. "Anak kalian? Cih, aku ga pernah punya anak sama kakak kebanggaanmu itu" sinis Ilsa. 

"Aku dah tau semua Sa. Kak Anta udah test DNA juga" 

Deg.

Ilsa tekejut. Jantungnya berpacu dengan cepat. Tapi dia cepat-cepat kembali menampilkan wajah dinginnya. "Terus kamu percaya sama hasilnya? Bisa jadi dia udah punya anak dari pelacurnya. Mikir!" Ilsa berkata dengan nada ketus. Dia kemudian menjentikkan jari. " Ah, aku bukannya udah bilang ke kakakmu ya, anakku itu hasil jual diri aku. Jadi jangan ngaku-ngaku lagi" desisnya dingin. 

Ilsa segera mengenakan helmnya dan menaiki motornya setelah mengatakan itu. Ilsa berani mengatai dirinya jual diri karena dia melihat parkirannya lumayan sepi. Jika tidak, ga mungkin dia mengklaim dirinya wanita murahan. 

"Aku ga percaya Sa" ucap Faya. Ilsa mengacuhkan. Jantungnya sekarang berpacu dengan kencang. Ga mungkin Anta udah test DNA, darimana? Batkn Ilsa. Dia menyertater motornya dan pergi meninggalkan Faya sendirian.

Faya menatap kepergian Ilsa. Hatinya sakit melihat sahabatnya dulu sudah tidak ramah padanya. Tapi, ini semua juga salahnya. Wajar Ilsa seperti itu. Faya tidak mengejar Ilsa karena pasti butuh waktu menunggu taxi apalagi dia ga bawa mobil kesini.

Faya mendapatkan ide. Dia segera balik ke hotel dan menemui kakaknya. Dia akan segera menemukan keberadaan Ilsa. Lebih tepatnya rumah Ilsa.

~~~

Disinilah Anta dan Faya berada. Di jalan samping halaman rumah Ilsa. Pagi tadi mereka bergegas kesini, setelah kemarin berhasil membujuk karyawan Ilsa memberikan alamat rumah Ilsa. Anta dan Faya masih di dalam mobil. Mereka tidak ada yang berani keluar. Atau lebih tepatnya memantau terlebih dahulu.

Mereka melihat Ilsa yang keluar dari pintu, diikuti wanita tua dan anak kecil. Mereka nampak berpamitan. 

"Rupanya kalian disini" gumam Anta. Dia menatap pemandangan di depannya dengan haru. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Fayapun juga begitu. Dia nampak haru.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang