Part 48

29.5K 1K 2
                                    

Ilsa memejamkan matanya saat tangan Anta mulai merambat di tubuhnya. Ini adalah percobaan ke-5 mereka. Kali ini tubuh Ilsa seolah mulai menerima sentuhan Anta, meski masih ada gemetar dalam hatinya tapi Ilsa masih bisa menerima semuanya.

Seperti yang dijanjikan Anta bahwa dia akan melakukan dengan lembut. Anta melakukan dengan perlahan, dia membuat tubuh Ilsa bisa menerima dirinya. 

Mereka melakukan hubungan suami-istri tidak diranjang tetapi di sofa ruang keluarga sesuai saran dr. Rina, jangan melakukan di kasur dulu hingga tubuh Ilsa baik-baik saja.

Ciuman Anta berhenti. Dia memandang Ilsa. Ilsa melihat kabut gairah yang dipancarkan Anta saat ini. "Boleh?" Tanya Anta yang diangguki Ilsa dengan malu. 

Anta tersenyum gemas dan mencium dahi Ilsa. Dia mulai menanggalkan seluruh pakaiannya. Hal itu membuat Ilsa melihat dengan jelas aset Anta. Dia memalingkan wajahnya. Pipinya panas bersemu merah. Anta mencium pipi Ilsa melihat Ilsa yang jadi salah tingkah. Walaupun ini bukan pertama kalinya, Anta akan melakukan dengan pelan. Dia tidak ingin membuat Ilsa mengalami trauma.

Anta dengan perlahan memasukkan miliknya ke Ilsa. Ilsa meringis merasakan rasa sakit. Anta mengatasi itu dengan melumat bibir Ilsa lembut, mengalihkan perhatian Ilsa supaya tidak kesakitan. Meski Ilsa sudah tidak perawan tetapi punya Ilsa masih ketat.

Setelah berhasil memasukkan, Anta mendiamkan sejenak miliknya. Dia memberi nafas ke Ilsa. Ilsa menatap sayu ke Anta untuk melakukan secara perlahan. Anta kemudian menggerakan perlahan miliknya.

Malam itu, hanya ada desahan kenikmatan dari dua insan yang resmi menjadi suami-istri. Malam itu, tubuh Ilsa sudah mulai menerima kehadiran Anta. Dan malam itu akan menjadi malam momeriable buat mereka berdua. 

Kedua insan itu menikmati semua aksi mereka. Seolah menyatakan bahwa mereka memiliki satu sama lain. Jam di dinding menjadi saksi bisu atas janji dalam hati masing-masing pasangan itu untuk akan terus bersama hingga tua nanti.

~~~

Sinar mentari menerobos masuk ke dalam kamar Anta dan Ilsa yang masih terlelap setelah melakukan hubungan yang hanya boleh dilakukan jika sudah sah. Mereka benar-benar melakukan hingga larut pagi. Seolah masing-masing memiliki rasa haus akan sentuhan.

Ilsa menggeliat dalam pelukan Anta. Dia membuka matanya perlahan. Yang ada dihadapnnya sekarang adalah dada bidang Anta. Tangan Ilsa perlahan mengelus dada bidang itu, membuat empunya akhirnya membuka mata.

"Morning" suara Anta terdengar serak karena memang baru bangun.

Ilsa segera melepaskan tangannya yang kemudian ditarik Anta lagi supaya masih bertengger di dadanya. Ilsa mendongak menatap wajah Anta yang entah kenapa pagi ini nampak bersinar. 

Anta mendekatkan kepalanya dan langsung cepat memberikan kecupan singkat di bibir Ilsa. Ilsa memukul ringan dada Anta.

"Mas Anta" Ilsa memainkan dada Anta.

"Hm" hanya gumanan Anta yang keluar dari bibirnya.

"Bentar lagi ulang tahun Krystal. Tahun kemarin ulang tahun Ital aku rayain di panti, kali ini aku juga ingin merayakan ke panti, tapi...." Ilsa menjeda ucapannya. Anta masih setia mendengarkan ucapan Ilsa.

"Aku ga kenal sama panti disini"

Anta mengernyit. "Terus?" 

"Ya, aku ga kenal sama panti disini aku jadi bingung mau rayain gimana. Kalau pas di Semarang aku dah kenal anak-anaknya, bahkan setelah kelahiran Krystal, aku ajak dia kesana dan anak panti seneng banget liat Krystal. Terus pas ulang tahun Krystal, mereka dengan senang hati ngerayain ulang tahun Ital, Ital udah dianggap adik bagi mereka. Jadinya sekarang aku bingung, mau gimana" jelas Ilsa panjang lebar.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang