Part 44

26.4K 1K 1
                                    

"Mas, Ilsa boleh ga ke Semarang? Udah lama Ilsa ga kesana" Ilsa menyender di bahu Anta.

Mereka saat ini sedang menonton film di kamar. Krystal sudah tidur sejak tadi.

Anta melirik Ilsa. Dia nampak berfikir dulu. Ilsa menarik tangan Anta untuk dia genggam. "Hmmmm"

"Kalau ga boleh gapapa kok" ucap Ilsa kemudian melihat respon yang diberikan Anta.

"Yaudah boleh tapi jangan lama-lama ya"

Ilsa duduk dengan tegap. "Beneran??"

Anta mengangguk. Ilsa langsung memeluk Anta. Anta terkekeh dan mencium kepala Ilsa. Sebulan ini favoritnya adalah mencium kepala Ilsa dan pasti... bibir Ilsa.

Sampai saat ini Anta belum berani meminta haknya. Ilsa sendiri juga belum ada keberanian buat melakukan kewajibannya. Saat mereka honeymoon, Anta pernah mau mencoba meminta haknya, tapi, lagi lagi tubuh Ilsa kembali menegang. Anta sebenarnya ingin mengajak Ilsa untuk konsultasi, tapi sayangnya sehabis honeymoon Anta disibukkan dengan pekerjaannya yang sudah menumpuk.

"Kapan mau ke Semarang?"

"Kalau minggu depan gimana?"

Anta mengangguk. "Tapi bentar aja ya, aku ga bisa jauh-jauh dari kamu"

Ilsa mengulum senyumnya. Dia menelusupkan wajahnya di dada Anta. Dia kadang masih malu kalau Anta menggoda atau memperlakukan spesial untuknya.

Anta terkekeh, dia mengusap kepala Ilsa lembut dan berulang kali mencium kepalanya. Kenapa istrinya menggemaskan gini sih? Anta merasa bersyukur bisa memiliki Ilsa. Walaupun umur mereka terpaut jauh tapi mereka bisa saling mengerti satu sama lain. Ilsa merawatnya dengan baik.

~~~

"Hati-hati ya" ucap Anta melepas kepergian Ilsa dan Krystal. Mereka sudah tiba di bandara sejak 20 menit yang lalu. Saat ini, pesawat Ilsa sudah ada panggilan penerbangan.

Ilsa mengangguk. "Dadah ayah" Krystal melambaikan tangannya. Anta mencium pipi Krystal dengan gemas. "Jaga bunda disana ya" Krystal mengangguk antusias.

Anta memeluk Ilsa dan mencium dahinya. Ilsa dan Krystal melambaikan tangan kearah Anta. Mereka akan berada di Semarang selama 3 hari 2 malam. Ilsa sudah rindu Semarang. Apalagi bisnisnya sekarang hanya bisa dimonitor dari jauh.

Perjalanan satu jam yang ditempuh Ilsa dan Krystal, akhirnya sampai juga. Ilsa menghirup udara Semarang dengan perasaan senang. Mereka sudah dijemput dengan sopir yang dipekerjakan Anta.

Ilsa dan Krystal dibawa ke rumah lama Ilsa. Saat ini rumah Ilsa kembali dibiarkan kosong tetapi setiap minggu akan ada yang membersihkan.

"Udah sampai mbak Ilsa. Mobilnya mau saya taruh disini atau gimana mbak?"

Ilsa mengangkat alisnya. "Oh mas Anta suruh saya buat mobilnya ditaruh disini kalau mbak Ilsa bawa nantinya"

"Oooh, dibawa bapak aja ya, kalau aku butuh apa-apa nanti tak bilang ke bapak aja"

"Oh baik mbak"

Ilsa mengeluarkan kopernya dibantu Pak Sapto. "Makasih ya pak"

"Sama-sama mbak, ini saya permisi dulu ya mbak"

"Oh iya pak hati-hati ya pak"

Pak Sapto mengangguk. Dia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Ilsa. Ilsa menggeret kopernya dan membuka pintu rumahnya.

"Ilsa?" Suara dari belakangnya membuat Ilsa mengurungkan diri untuk masuk ke dalam rumah.

"Neneeeeekk!!!" Seru Krystal yang langsung menghambur ke pelukan Budhe Mira.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang