Part 28

31.4K 1.6K 4
                                    

Bunyi bel dan dering handphone membangunkan Anta yang terlelap. Tangan Anta meraba kasur mencari handphonenya. Dia masih terpejam karena ngantuk. Anta sedikit membuka mata dan melihat siapa yang memanggilnya. Setelah mengetahui siapa yang menelfonnya, Anta menggeser tombol hijau.

"Bukin pintuu!" Anta menjauhkan ponselnya dan mematikannya. Dia berdiri dari kasurnya menuju pintu dan membukanya. Disana sudah ada Faya dengan muka bete. Faya masuk kamar Anta dengan kesal.

"Kakak ini niat nyari ga sih? Aku udah telfon dari tadi ga diangkat-angkat malah tidur" omel Faya.

Anta menggaruk tengkuknya merasa bersalah. "Iya maaf, tadi ngantuk banget"

Faya mendengus. "Yaudah cepetan ganti baju! Kita cari sekarang"

"Mau cari darimana?" tanya Anta polos. Faya menekuk mukanya saking kesalnya.

"Cari dirumahnya"

"Emang kamu udah ketemu alamat rumahnya?" tanya Anta lagi. 

Faya melongo. Dia perlu bersabar sama kakaknya ini deh. "Kakakku yang ganteng, kita nyari di rumah tinggal Ilsa yang dulu, yang sama neneknya" jelas Faya dengan jeda yang pelan dan menekan. Biar kakaknya ini ngeh.

"Lhoh akukan udah nyari disana" ucap Anta polos. Anta belum mengumpulkan nyawa sepenuhnya.

Faya menurunkan bahunya. "Cari lagi" ketusnya. "Ih cepetan sana ganti baju!!" seru Faya. Anta menurutinya saja. Dia ganti baju dengan cepat karena Faya terus mengomel.

~~~

Mereka melajukan mobil yang mereka sewa menuju daerah Ngaliyan. Faya masih kurang puas dengan pencarian Anta sebelumnya di rumah lama Ilsa. Selain itu, Faya sebenarnya bingung mau mencari darimana. Dia sudah mencoba mengecek semua sosial media Ilsa tadi malam tapi, semuanya hilang. Ilsa seperti sudah menghapus semuanya. Dan inilah satu-satunya cara. Kalau tidak membuahkan hasil Faya tidak tahu mau mencari kemana. Tapi dia dan Anta akan bertekad mencari hingga ke sudut kota ini.

Setelah perjalanan sekitar 30 menit, mereka sampai di sebuah rumah minimalis yang warna dinding catnya sudah berubah sejak terakhir Faya kesini. Faya dan Anta turun dari mobil dan berjalan menuju rumah itu. Faya mengetuk pintu. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka menampilkan wanita paruh baya.

"Siapa?" tanya pemilik rumah itu.

"Ah, maaf menggangggu. Kami teman dari pemilik rumah ini sebelumnya tan. Kami disini mau tanya, tante tau dimana pemilik sebelumnya sekarang?" tanya Faya sopan. Anta diam dan berdiri di samping Faya.

Pemilik rumah itu mengernyit. "Bukannya sudah meninggal?"

"Ah bukan, itu neneknya, kami mencari cucunya" bantah Faya cepat. Dia paham yang di maksud pemilik rumah.

"Wah kalau itu saya kurang tau mbak. Coba mbak tanya ke pak RT aja. Rumahnya 5 rumah dari gang itu" tunjuk pemilik rumah itu. Faya dan Anta kemudian ijin pamit dan berjalan menuju ke rumah pak RT.

Sesampai di rumah pak RT, Faya mengucapkan salam. Tidak lama kemudian datang wanita tua sekitar umur 55 tahun. Istri dari pak RT.

"Ada apa ya?" sapa ibu RT.

Faya kembali menjelaskan maksudnya. Ibu RT nampak terkejut. "Duduk dulu mas mbak" suruhnya. Anta dan Faya duduk di kursi depan.

"Bentar ya" ibu RT masuk ke dalam dan memanggil suaminya.

"Pak, rene, iki ono tamu!" seru ibu RT. ("Pak, sini, ini ada tamu!")

Pak RT mendatangi Anta dan Faya yang masih duduk, diikuti ibu RT dengan membawa 2 gelas berisi teh.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang