Part 36

27.8K 1.2K 7
                                    

Mama Raisa mengajak Dara karena dia ingin memberikan waktu buat Anta dan Ilsa berbicara. Untung saja Krystal dengan sendirinya mau ikut. Anak ini seperti tahu aja situasi. Dara yang paham juga langsung mendukung mamanya Anta itu. Dia ingin Ilsa bisa menerima Anta. 

Dara sudah tahu bagaimana perjuangan Anta selama ini. Setiap weekend selalu datang ke rumah Ilsa. Bagaimana dia ingin memperbaiki semua. Tapi, sahabatnya itu masih saja menutup hatinya. 

Dulunya Dara benci banget sama Anta karena sudah memberikan luka buat sahabatnya itu. Bahkan saat pertemuan pertamanya dengan Anta, dia hampir memukul Anta, untung saja Ilsa menahannya. Tapi, kebencian itu berubah menjadi dukungannya buat Anta yang ingin memperbaiki semuanya.

"Dar, makasih ya sudah ada di sisi Ilsa selama ini" ucap Mama Raisa tulus. Mereka sedang memesan jagung bakar.

"Eh, iya tan, udah tugas Dara buat jaga sahabat Dara kok tan"

Mama Raisa tersenyum tulus. Dia mengusap kepala Krystal yang duduk sambil makan cilok. Dia masih tidak menyangka kalau sudah punya cucu yang sudah sebesar ini. Dia merasa bersyukur karena Ilsa mau merawatnya dengan baik. Tadi dia sempat tidak percaya saat Dara menceritakan bahwa Ilsa mau mengugurkan kandungannya. Tapi, Mama Raisa bisa memaklumi semua itu. Ga muda bagi Ilsa waktu itu.

"Krystal mirip sama Anta ya Dar, makanya Anta waktu pertama kali lihat bisa merasakan bahwa Krystal anaknya" 

Dara tersenyum. "Iya tan, Dara juga kaget waktu bertemu dengan Anta kok bisanya Krystal mirip gitu" Dara tertawa kecil. Dia ingat bagaimana kesalnya Ilsa saat tahu anaknya mirip sama Anta.

"Tante sungguh menyesal Dar dan kecewa sama Anta. Tante selalu didik Anta buat jadi orang baik. Tante sudah percaya sama dia karena selama ini Anta ga berbuat aneh-aneh. Tapi, tante ternyata keliru. Waktu awal dengar Anta bercerita soal ini semua, tante marah, kecewa, sedih. Tante ingin sekali menampar dia, bahkan tante sempat ga ingin mengakui sebagai anak. Tapi tante lihat bagaimana dia ingin perbaiki semua, tante sadar Anta juga merasa bersalah" curhat Mama Raisa. Dia menunduk dalam.

Dara mengelus pundak Mama Raisa. "Dar, Ilsa bisa nerima Anta lagi ga ya?" Mama Raisa mendongak menatap Dara.

Dara yang ditanyain bingung mau jawab apa. "Mmm Dara sejujurnya juga kurang tahu tan, tapi Dara juga berharap Ilsa bisa memberikan kesempatan buat Anta"

Mama Raisa tersenyum. Ternyata orang-orang di dekat Ilsa mendukung Anta. Setidaknya usahanya buat membuat Ilsa bisa luluh tidak ada halangan. Ini hanya soal hati Ilsa kapan akan luluh.

Pesanan mereka sudah jadi. Mereka memesan jagung bakar, air mineral, beberapa cemilan dan nasi ayam. Setelahnya mereka pergi ke tempat duduk mereka lagi. Mama Raisa menggendong Krystal. Untung saja tulangnya masih kuat. Dia ingin menggendong cucunya, meskipun telat. Sedangkan Dara membawa semua makannya.

~~~

Ilsa dan Anta masih dalam kondisi canggung. Dari tadi Anta yang selalu mencoba untuk bertanya dan bercerita. Ilsa hanya menanggapi dengan singkat tetapi tidak sedingin tadi.

"Ilsa boleh ga kasih tau kenapa kamu beri nama anak kita Krystal?"

Ilsa mengerutkan dahinya. Anak kita? "Bukan anak kita, tapi anakku" Anta hanya bisa menelan ludah. "Aku ingin Krystal bisa menjadi orang yang bercahaya di kemudian hari, entah untuk dirinya atau orang disekelilingnya" jelasnya.

Anta tersenyum senang mendengar penjelasan Ilsa. Ada sedikit kemajuan, Ilsa berbicara panjang. "Kenapa?" Tanya Ilsa melihat Anta yang tidak bisa berhenti tersenyum.

Anta mengulum senyumnya. Dia menggeleng. "Gapapa" 

Ilsa mengedikkan bahunya. "Aku mau bertanya" ucap Ilsa membuat Anta mengangkat alisnya.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang