Part 13

35.9K 1.7K 2
                                    

3 tahun kemudian.

Ketukan suara pantofel dengan lantai terdengar diseluruh gedung yang sudah beroperasi 40 tahun lebih itu. Orang-orang yang berada di gedung itu menundukan kepalanya memberi salam kepada pria yang sedang berjalan menuju lift. Matanya menyorot tajam. Tidak ada tatapan ramah. Dibelakangnya ada seorang wanita dengan jas biru membawa ipad dan tas berisi map. 

Pria tadi berdiri di lift khusus untuk petinggi perusahaan. Tidak ada yang berani disampingnya. Auranya menakutkan. Tidak begitu lama liftpun terbuka. Pria tadi masuk diiringi wanita yang setia dibelakangnya. 

Anta. Pria yang bermata tajam tadi Anta. Dia sekarang menjabat sebagai direktur development di perusahaan pusat. Selama 3 tahun Anta sudah mengalami banyak perubahan. Dia bukan lagi sesosok Anta yang ramah. Dia menjadi pria dingin. Setelah sembuh dari rumah sakit, Anta diangkat menjadi direktur development menggantikan direktur lama yang pensiun. Dan sejak itu Anta jarang mempelihatkan senyumannya. 

"Apa jadwalku Tih?" Tanya Anta setelah dia duduk di kursi kebesarannya. Wanita yang mengikuti Anta tadi Ratih, sekretaris Anta saat dia menjabat menjadi manager di kantor cabang. Anta mempertahankan Ratih karena kapabilitas dia.

"Hari ini ada meeting dengan para manager divisi development jam 10. Setelah itu nanti siang ada rapat dengan para direktur. Dan ini ada beberapa dokumen yang perlu Pak Anta tanda-tangani." Jelas Ratih sambil menyodorkan beberapa berkas ke meja Anta. Anta hanya mengangguk.

"Ada lagi?"

"Tidak ada pak..." Ucap Ratih. "Oh maaf, mau mengingatkan bahwa minggu depan bapak dinas ke Bali." Lanjutnya dan kembali hanya diangguki Anta.

"Apakah ada yang ingin bapak tanyakan lagi?" Tanya Ratih.

"Ga ada." 

"Apakah saya boleh keluar pak?"

"Ya." Jawab Anta singkat. Ratihpun pergi keluar. Anta membuka lembaran dokumen yang diserahkan Ratih ke dirinya. Dia membaca setiap kata didalamnya, mencermati apakah ada kekurangan sebelum dia menandatangani.

Anta kembali menjadi workaholic, bahkan sekarang melebihi dirinyaa saat dulu. Anta seperti tidak mempunyai rasa letih. Dia terus bekerja dan bekerja. Mamanya sudah mengingatkan Anta untuk jangan menfosfir dirinya takutnya Anta jatuh sakit lagi. Bahkan sampai meminta suaminya menurunkan jabatan Anta, tetapi dasar Anta yang sudah keras kepala dia tidak mempedulikannya. Anta kembali melakukan kencan buta atas permintaan mamanya, tetapi semua gagal. Anta yang menggagalkan. Alasan Anta simpel, ga cocok, norak, dan manja. Keluarganya hanya bisa menghela nafas melihat sikap Anta sekarang. Mereka tidak tahu apa alasan Anta bisa berubah seperti ini.

~~~

Rumah kecil di pojok kota Semarang nampak ramai dari luar karena celotehan anak kecil. Ruangan kecil di dalam rumah tersebut berantakan oleh mainan anak kecil. Dari boneka barbie hingga mobil. Ada gadis kecil yang sedang berceloteh sendiri dengan mainannya. Gadis kecil itu berdiri dan berjalan ke arah dapur.

"Unda, au tu." Tunjuk gadis kecil berumur 2 tahun lebih 3 bulan kearah pisang di meja makan. Rambutnya yang tidak ada sebahu dikuncir 2. Tidak lupa wajahnya yang masih ada bedak putih. Matanya besar, pipinya chubby, bibirnya tipis dan hidungnya yang tidak terlalu mancung  membuat siapapun ingin mengigitnya karena gemas.

"Iya sayang, bentar ya bunda naruh ini di oven dulu."

Gadis kecil itu hanya mengangguk. Dia duduk di kursi kecil yang ada didapur sambil melihat bundanya membereskan pekerjaannya. Wanita yang dipanggil bunda tadi mencuci tangannya setelah menaruh cookies buatannya ke oven. Dia mengambil pisang di meja dan berjalan ke gadis kecil tadi.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang