Part 38

25.5K 1.1K 3
                                    

Dua bulan kemudian

Setelah kedatangan Mama Raisa dan menginap di rumah Ilsa, Anta masih tetap sama, sering datang mengunjungi Ilsa. Dia tidak pernah absen dan selalu tepat waktu seperti biasanya. Dan selama itu, hubungan Ilsa dan Anta mulai ada sedikit kemajuan. Ilsa memberikan waktu yang lebih lama ke Anta untuk bertemu Krystal. Ilsapun sekarang mulai menjamu Anta dengan duduk di depan televisi bersama Anta dan Krysal. Tidak seperti biasanya, mengurung diri di kamar.

Anta yang melihat kemajuan itu tidak berhenti untuk bersyukur. Dia makin yakin bahwa Ilsa bisa dia luluhkan. Anta menyadari. Memperjuangkan orang yang sudah disakiti tidaklah mudah. Dia berjanji, bahwa esok hari akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara.

Hari ini Ilsa sedang pergi bersama Dara. Dua sahabat itu sedang mencari dan melihat-lihat gaun pernikahan yang ingin dipakai oleh Dara. Seminggu lagi pernikahan Dara dan Bagas akan berlangsung. Ilsa masih tidak menyangka sahabatnya itu melepaskan masa lajangnya. Dia senang tapi juga sedih karena Dara sudah bukan lagi pribadi yang bebas. Ilsa harus mulai beradaptasi tanpa mengandalkan Dara lagi.

"Sa, kenapa lihatin hp melulu sih?" Tanya Dara curiga. Sejak tadi Ilsa tidak berhenti melihat handphonenya.

Ilsa tersenyum tipis. "Gapapa Dar" ucapnya singkat. Ilsa langsung memasukkan handphonenya ke dalam tas. Mereka sedang berada di cafe setelah mengitari butik-butik di area sekitar.

"Khawatirin Krystal? Yaelaaah Sa kan sama Budhe Mira, tenang aja kali"

Ilsa hanya meringis. Bukan itu alasannya dia dari tadi mengecek handphonenya. Ilsa tahu kalau Krystal sama Budhe Mira bakal baik-baik saja. Ada hal lain yang membuatnya resah. Ini sudah dua minggu Anta tidak ke rumah Ilsa. Minggu kemarin Anta tidak datang dan tidak ada kabar. Hari inipun juga tidak ada tanda-tanda kedatangan Anta. Biasanya Anta sudah datang Sabut pagi, kalaupun dia telat, biasanya di chat Ilsa meskipun tidak Ilsa balas.

Hah. Apa sih yang dia harapkan? Dan kenapa dia harus menunggu? Ada apa sih dengan dirinya? Ilsa menggerutu dalam hatinya.

"Kenapa sih Sa?" Tanya Dara yang melihat Ilsa menghela nafas berkali-kali.

"Kalau khawatir soal Krystal, kita balik aja yuk" tawar Dara.

Ilsa langsung menggeleng cepat. "Nggak kok. Cuma tadi mikir bagian toko cabangku yang di daerah Gunung Pati, makin kesini kok makin sepi" bohongnya.

"Kamu butuh inovasi deh Sa disana, kan cuma toko itu aja yang konsepnya simpel banget" saran Dara. Dia tidak curiga sama sekali, biasanya dia yang lebih tau kapan Ilsa berbohong dan tidak.

Ilsa mengangguk. "Bisa-bisa" Dia menatap ke luar jendela.

Sebenarnya Ilsa sudah mengerti dia mau memperbaiki konsep toko satunya itu. Dia bohong supaya Dara tidak curiga.

"Ini mau lanjut lihat-lihat ga?" Tanya Dara.

"Boleh yuk"

Ilsa dan Dara kembali keliling ke butik-butik untuk melihat gaun pernikahan. Bagas tidak bisa menemani Dara karena sedang ada tugas di luar kota, jadinya dia minta Ilsa buat nemenin. Kebetulan Krystal diajak Budhe Mira lagi mengunjungi anaknya dan menginap disana. Sehingga dua sahabat itu bisa menikmati urusannya tanpa anak kecil.

Tidak terasa hari mulai gelap. Mereka sudah memutari berbagai butik hingga Dara sudah menemukan gaun yang sesuai selera dia dan Bagas. Ilsa dan Dara memutuskan untuk bermain sebentar di Pecinan, tempat kuliner di Semarang atau orang mengenalnya Semawis. Mereka ingin menghilangkan penat dengan berbagai makanan yang di jual disana.

Malam ini Semawis sangat ramai, maklum malam minggu, banyak muda-mudi yang keluar. Meskipun Ilsa sudah punya anak dan Dara mau menikah tapi mereka masih nampak seperti remaja lainnya. Karena memang postur dan wajah mereka yang tidak tua.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang