Part 19

36.5K 1.7K 12
                                    

"Krystaaal!" Teriak Ilsa memanggil Krystal yang masih asyik bermain. Ilsa menghampiri Krystal karena anak itu tidak mendengarnya.

"Ital!" Panggil Ilsa lagi dengan suara keras. Krystal yang mendengar segera menoleh dan menghampiri Ilsa.

"Ital, bunda laper nih, mainnya udahan yuks." Pinta Ilsa dan diangguki Krystal. Krystal memang anak yang pintar. Di usianya yang masih belia, dia sudah bisa memahami bundanya.

Ibu dan anak itu segera berjalan ke restoran dan memesan makan. Krystal memakan makanannya dengan lahap. Kali ini dia makan sendiri karena kalaupun bajunya kotor, bentar lagi pulang ke hotel.

"Krystal, bunda mau ke toilet dulu ya, Krystal disini dulu ya jangan kemana-mana." Ucap Ilsa.

"Ok nda." Jawab Krystal masih sibuk memakan makanannya. Sebelum itu Ilsa meminta pelayan di meja reservasi untuk mengamati Krystal. 

Ilsa memasuki toilet untuk buang air kecil. Setelah itu dia membasuh tangannya di wastafel. Ilsa keluar dari toilet dengan membersihkan bajunya yang nampak kotor. Dia tidak ingin lama-lama di toilet karena khawatir dengan Krystal yang dia tinggal sendiri, meski sudah minta pelayan di reservasi mengamatinya.

Ilsa berjalan keluar sambil menunduk. Kemudian dia mendongak dan betapa terkejutnya dia dengan apa yang dilihat didepannya. Seseorang yang ingin Ilsa musnahkan dari hidupnya. "K-kamu?" Ucapnya terkejut. Seketika hatinya bergemuruh marah.

"Hai Sa." Sapa Anta. 

Ilsa menatap benci ke Anta. Dia mengepalkan tangannya. Dia harus pergi dari sini! Itulah yang dia pikirkan sekarang. Ilsa tidak menjawab sapaan Anta dan segera berjalan pergi. Tetapi, langkahnya terhenti karena tangannya seketika ada yang memegang. 

Ilsa menatap tangan kokoh itu memegang pergelangan tangannya dengan benci. "Maumu apa?" Desisnya tajam. "Lepas!" Lanjutnya dengan dingin tanpa menatap Anta.

Anta tidak bergeming. Dia menatap Ilsa. Ada rasa senang dalam hatinya bertemu dengan Ilsa. Hal ini berbanding terbalik dengan Ilsa. Dia tidak ingin bertemu dengan Anta sama sekali. Ilsa benar-benar benci dengan Anta sampai ingin menenggelamkan Anta saat ini juga.

"Benar itu kamu." Ucap Anta pelan. Ilsa menatap Anta dengan sorot kebencian. 

"Aku bilang LEPAS Anta!" Ucapnya tajam sedikit meninggikan suaranya. Anta yang menyadari itu segera melepas tangannya.

"Maaf." 

Ilsa mengalihkan pandangannya dengan kesal. Dia segera beranjak pergi sebelum suara Anta menghentikan langkahnya.

"Sa, aku ingin bicara denganmu." Ucap Anta. Ilsa tidak mengindahkan ucapan Anta. Dia melanjutkan langkahnya, tetapi baru saja dia melangkah, tiba-tiba ada tarikan ditangannya membuatnya terhuyung dan masuk kedalam pelukan.

Ilsa menyadari dirinya berada dipelukan Anta seketika memberontak lepas. Dan setelah bisa lepas dia menampar Anta.

Plak!

Anta tampak terkejut dengan tamparan keras Ilsa ke pipinya. Ini kedua kalinya dia merasakan tamparan Ilsa. Tamparan kali ini lebih keras dari yang pertama saat di dalam kantor Anta. Tamparan kali ini seperti menyalurkan rasa amarah yang telah membulat sepenuhnya seperti bom yang siap meledak.

Anta merasakan ada perasaan marah, kecewa, sedih dari tamparan yang dia dapatkan. Anta paham. Dia layak mendapatkannya.

"Dasar gila! Ga waras! Brengsek! Bajingan!" Marah Ilsa. Dia langsung pergi meninggalkan Anta yang masih terkejut.

Tamparan Ilsa benar-benar keras karena sampai membuat bekas di pipi Anta. Anta tidak membalas seperti sebelumnya. Dia tidak ingin mengulang kedua kalinya.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang