Part 45

27.3K 1K 2
                                    

Ilsa merenung di sofa rumahnya, memikirkan perkataan Dara tadi. Apakah memang benar tubuhnya masih belum bisa menerima Anta? Bagaimana bisa saat hatinya sudah sepenuhnya menerima Anta. Ilsa memijat pelipisnya. 

"Haah" desah Ilsa sambil menyenderkan kepalanya di sofa. Dia memandang langit-langit kamarnya. Merasa bersalah karena dia belum memberikan haknya kepada Anta. Kalau diingat-ingat lagi, Anta beberapa kali dikuasi gabut gairah saat menciumnya. Tapi, Anta tidak melakukan lebih, dia seolah tidak ingin memaksanya.

Handphone Ilsa bergetar. Dia mengambil handphonenya yang dia letakkan di meja. Ilsa tersenyum melihat siapa yang memanggilnya. Dia menggeser tombol ijo itu dan menampilkan sosok yang sudah mengambil hatinya ini.

"Malam sayang lagi apa?" Tanya Anta dari seberang.

"Lagi duduk-duduk aja mas, Mas Anta lagi apa?" 

"Lagi mikirin kamu" gombalnya.

"Ish" 

"Sa" Ilsa mengangkat alisnya. "Kenapa mukamu keliatan pucat?" Tanya Anta.

"Ah, i-ini, iya ini karena lampu rumah jadi dari sana keliatan pucat, ini disini ga pucat kok" alibi Ilsa. Anta hanya membalas dengan anggukan saja tanpa curiga.

Pasangan suami istri itu berbincang selama hampir 1 jam hingga Ilsa merasakan kantuk yang menyergap dirinya.

"Kamu udah ngantuk itu, tidur dulu sana, besok kabarin aja kalau udah sampai bandara" ucap Anta.

"Yaudah aku tidur dulu ya mas, Mas Anta juga tidur" Anta menjawab dengan anggukan. 

Ilsa mengakhiri sesi panggilan itu. Dia mengecek rumahnya dulu apakah sudah terkunci dengan baik atau belum dan baru pergi ke kamar menyusul Krystal yang sudah terlelap sejak tadi.

~~~

Hari ini merupakan kepulangn Ilsa ke Jakarta setelah kemarin menghabiskan waktu melihat toko, bertemu dengan Dara dan Budhe Mira. Ilsa berat hati meninggalkan Kota Semarang. Tapi, dia juga harus kembali karena sudah mempunyai kewajiban lain.

Waktu awal pernikahan Ilsa sudah coba mendiskusikan dengan Anta soal tempat tinggal. Tapi karena pekerjaan Anta dan sebentar lagi dia dipromosikan menjadi Direktur Utama jadinya Ilsa harus mengalah. 

"Kapan lagi mau main kesini Sa?" Tanya Budhe Mira yang sudah sedari pagi di rumah Ilsa.

"Gatau dhe, tergantung diijinin sama Mas Anta" balas Ilsa sambil memasukkan barang yang harus dimasukkan ke dalam tasnya.

Budhe Mira tersenyum. Dia senang karena Ilsa sekarang sudah punya pasangan. Krystal sudah punya sosok ayah. Meski Budhe Mira agak sedih karena Ilsa dan Krystal tidak tinggal disini lagi.

"Budhe bakal rindu kalian niih"

Ilsa terkekeh. "Budhe tinggal sama Ilsa aja yuk" tawarnya yang dijawab gelakan Budhe Mira.

"Yo ga bisa tho yo Sa, lha pakde sama siapa kalau budhe ikut kamu"

"Yaudah budhe sama pakdhe tinggal sama Ilsa"

Budhe Mira menggeleng. "Ada-ada aja kamu nih"

Ilsa menatap Budhe Mira, "budhe aku serius lho" ucapnya. Budhe Mira hanya menjawab dengan senyuman.

Mobil Ilsa yang dikendarain Pak Sapto sudah tiba di halaman rumah Ilsa. Ilsa dibantu Budhe Mira membawa barang Ilsa dan oleh-oleh dari Semarang. Dia memasukkan barangnya ke bagasi.

"Budhe Ilsa sama Krystal pamit dulu ya, budhe disini jaga kesehatan, salam juga buat pakdhe"

Budhe Mira mengangguk. "Kamu juga hati-hati ya, jaga kesehatan juga. Budhe Mira selalu doain yang terbaik buat kamu sama Krystal"

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang