Part 42

27.3K 1.1K 11
                                    

Ini sudah dua minggu sejak Anta tidak sadarkan diri karena kecelakaan. Anta sudah melewati masa kritisnya. Cidera otaknya sudah ditangani dengan baik oleh dokter. Tapi, dokter belum bisa memastikan hasilnya lebih lanjut karena Anta belum sadarkan diri.

Mama Raisa, Faya, dan Papa Roy ikut menjaga Anta. Mereka silih berganti menemani Anta di rumah sakit. Pekerjaan Faya dan Papa Roy dilakukan dengan monitor. Hanya sesekali ke perusahaan karena ada pekerjaan yang harus bertatap muka.

Selama ini, Ilsa dan Krystal juga sering ke rumah sakit. Ilsa kadang juga menginap disana menemani Mama Raisa. Dia tidak pernah lupa untuk terus berdoa. Krystal sendiri akhir-akhir ini nampak sedih dan murung. Dia sudah tahu bahwa Anta di rawat di rumah sakit.

"Krystal makan dulu ya" bujuk Ilsa. Sedari tadi Krystal tidak mau makan. Dia terus memainkan boneka yang diberikan Anta untuknya.

Ilsa menghela nafasnya. "Ital, Ital makan dulu, kalau ga makan nanti Ital sakit, kalau sakit nanti Ital ga bisa ketemu sama om Anta gimana?"

"Ital au om Anta undaaa"

"Iyaa, nanti Ital sama om Anta, tapi Ital makan dulu yaa"

Krystal menggeleng. Ilsa menghela nafas, dia tidak tahu harus bagaimana dengan anaknya ini. "Yaudah kalau gamau makan, bunda ga maksa, tapi Ital minum susunya ya"

Krystal cemberut tapi akhirnya dia menuruti Ilsa juga. Tidak bisa begini terus. Kalau Krystal jarang makan, gimana dengan kesehatan dia. Ilsa kebingungan sendiri.

Handphone Ilsa berbunyi. Ilsa mengambil handphonenya di meja. Dia mengangkat panggilan dari Tante Raisa.

"Halo Tan"

"Ilsa cepat kesini!" Seru Tante Raisa.

"Kenapa tan?" Tanya Ilsa khawatir.

"Anta sadar Sa, dia nyari kamu" ucap Tante Raisa haru. Ilsa mendengar isakan bahagia dari seberang.

Ilsa menangis bahagia. Tuhan mengabulkan doanya. Ilsa segera mengajak Krystal untuk pergi ke rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit Ilsa langsung bergegas ke ruang rawat Anta. Ilsa membuka perlahan pintu ruang rawat. Dia melihat Anta sedang berbincang dengan Faya.

Ilsa berjalan mendekati keranjang Anta. Anta yang merasa ada pergerakan menoleh kearah pintu masuk. Dia melihat Ilsa berjalan kearahnya bersama Krystal yang terlelap dibahunya. Senyum Anta merekah.

"Kak Anta" panggil Ilsa pelan. Matanya berkaca-kaca melihat Anta. Anta mengangguk lemah masih dengan senyuman di wajahnya.

Mama Raisa segera mengambil Krystal dari gendongan Ilsa. Dia mengajak Faya untuk keluar, memberikan waktu berdua untuk Anta dan Ilsa.

Ilsa bersimpuh di samping ranjang Anta dengan memegang dadanya. "Kak Anta" panggil Ilsa lagi tapi dengan suara terisak.

"Ilsa" sekarang gantian Anta yang memanggil dengan suara lemah.

"Maafin Ilsa kak"

"Maafin Ilsa yang terus menolak kak Anta. Maafin Ilsa yang terus berusaha memisahkan kakak dengan Krystal, maafin Ilsa yang tidak mengerti perasaan Ilsa, maafin Ilsaa" rancau Ilsa.

"Sstttt" Anta merengkuh Ilsa dengan perlahan. Ilsa menangis di dada Anta. Anta mengusap kepala Ilsa.

"Ilsa ga perlu minta maaf, Ilsa ga salah" ucap Anta lemah. Ilsa masih terisak di dada Anta. Dia merasa bersyukur, sangat bersyukur Anta bisa siuman. Rasanya rasa sesak yang menghimpitnya perlahan lepas.

~~~

Setelah Anta siuman, Ilsa sering berkunjung ke rumah sakit untuk menemani pemulihan Anta. Krystal sendiri bermain dengan Mama Raisa maupun Faya. Keadaan Anta juga semakin membaik.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang