Part 20

39.5K 1.6K 14
                                    

Hari ini Ilsa tidak fokus. Kepalanya pusing sejak bangun tadi. Zayn yang melihat Ilsa segera menghampirinya.

"Ibu Ilsa sakit?"

Ilsa menoleh ke Zayn dan menggeleng. "Cuma kurang tidur pak." Jawabnya bohong.

"Istirahat dulu aja bu, ini juga bisa dipantau nanti lagi."

"Makasih pak." Jawab Ilsa basa-basi. Ilsa tidak ingin dianggap tidak bertanggung jawab. Dia tetap memantau pembuatan resort, tidak mengindahkan saran Zayn.

Ilsa berjalan mengelilingi area yang dibangung dengan sempoyongan. Kepalanya pusing. Dan tiba-tiba mulai meremang dan menjadi gelap. Terakhir yang Ilsa ingat adalah teriakan Tante Chaisa dari kejauhan.

~~~

"Gimana tih?" Tanya Anta saat Ratih memasuki ruangannya. Ratih menyodorkan permintaan Anta. Anta melihat barang itu dengan tersenyum tipis. 

"Kalau boleh tau, untuk apa Pak Anta meminta saya mengambil itu?" Tanya Ratih.

Anta menatap Ratih. "Bukan urusanmu. Dan kamu jangan bilang-bilang ke siapapun." Titah Anta. 

"Gimana kamu bisa ngambilnya? Ga ada yang curigakan?" Tanya Anta penasaran.

Ratih menjelaskan bagaimana dia bertemu dengan Krystal dan bagaimana dia bisa mengambil barang itu. Anta tersenyum bangga. Memilih Ratih sebagai sekretarisnya memang pilihan yang tepat.

Setelah kepergian Ratih, Anta bergegas keluar. Dia perlu bertemu seseorang untuk mengecek barang ini. Anta perlu tau secepatnya. 

Anta memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit dan dengan berjalan cepat dia memasuki rumah sakit itu. Anta langsung menuju ke ruangan kenalannya yang seorang dokter. Sebelumnya Anta sudah menghubungi kenalannya tadi saat diperjalanan sehingga dia bisa langsung bertemu. Dan untung saja orang yang ditemui sedang berada di rumah sakit.

Anta mengetuk pintu ruangan didepannya. Setelah ada sahutan dari dalam, barulah Anta masuk.

"Ada perlu apa Nta?" Tanya Dokter Martin.

Anta duduk di sofa diruangan itu. "Aku minta tolong ke om buat ngecek ini." Ucapnya sembari menunjukan benda yang dia dapat dari Ratih.

Dokter Martin mengernyit heran. "Maksudmu?" 

"Aku ingin memastikan sesuatu om."

Dokter Martin menatap Anta selidik. "Jangan bilang kamu menghamili orang?" 

Anta yang mendengar itu tersentak. Dokter Martin masih menatap Anta tajam. "Papamu tau?" Anta menggeleng.

Dokter Martin menghela nafas kasar. "Om please, jangan beritahu papa atau mama. Anta ingin memastikan terlebih dahulu." Mohon Anta.

Dokter Martin diam. "Siapa?" Anta menatap dokter Martin bingung.

"Siapa yang kamu hamili?" Lanjutnya. Giliran Anta yang diam. Tidak mungkin Anta menjelaskkan ke dokter Martin.

Dokter Martin menatap keponakannya dengan kecewa. Keponakannya yang dia tahu merupakan orang baik dan bertanggung jawab pada apapun yang dia lakukan. Tapi... Kenpa jadi seperti ini?

Dokter Martin menghela nafas berat. Tidak ada jawaban dari Anta, Dokter Martin akhirnya buka suara. "Baiklah, aku akan mengeceknya." Ucap Dokter Martin akhirnya membuat Anta sedikit lega. Semoga dengan ini, Anta bisa memutuskan pilihan langkah yang akan dia ambil kedepan.

"Makasih om." Anta menangkupkan tangannya.

"Kamu harus jadi lelaki jantan Anta!" Suara Dokter Martin terdengar dingin dan tajam, membuat Anta menelan ludahnya. Dia tau dia salah. Semoga dengan ini, semuanya bisa dia tebus.

Is HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang