BAB 11

1.8K 41 0
                                        



Hi Readers,
FOLLOW, VOTE, n' COMMENT ya 👍😘




Esok siangnya, saat Maia telah pesimis Alex akan pulang ke apartemen, Alex justru datang menepati janji untuk menjemputnya.

Tidak banyak percakapan yang mereka lakukan disepanjang perjalanan menuju New Zealand itu, atau lebih tepatnya Maia lebih banyak diam dan menghindari obrolan dengan Alex. Bahkan saat di dalam pesawat pun Maia lebih memilih mendengarkan musik dengan memakai earphone, hingga dia tertidur. Untungnya Alex yang workoholic masih harus berkutat dengan pekerjaannya sehingga dia tidak terlalu menghiraukan Maia.

Ditengah tidurnya yang lelap, tiba-tiba
Maia dikejutkan oleh suara keras yang familiar. Alex duduk dihadapannya dengan wajah masam. Dia sedang marah dengan seseorang ditelpon. Sadar jika Maia memperhatikannya, Alex meliriknya dengan tatapan tajam seraya menyudahi telponnya.

"Apa kita sudah sampai ?" tanya Maia mengabaikan sikap Alex.

Alex tidak menjawab. Dia menghubungi seseorang dengan ponselnya.

"Aku sudah sampai." Katanya pada orang itu, lalu mematikan ponselnya dan segera mengemasi barang-barangnya. Maia spontan berdiri lalu menoleh ke luar jendela dan mendapati hari telah sore.

"Keluarga Hofmann yang mengundang kita baru selesai isoman, salah seorang ARTnya yang baru kembali dari kampung ternyata positif Covid. Dua hari yang lalu adalah hari terakhir mereka isoman, dan mereka semua telah dinyatakan negatif. Tapi meskipun begitu untuk berhati-hati, aku membatalkan janji untuk menginap di kediaman mereka. Kita sekarang ke hotel milikku." Ucap Alex seraya bangkit dari duduknya dan menunggu Maia yang sedang memasukkan earphone ke dalam kotak penyimpanan.

"K-kau, punya hotel disini ...?" Tanya Maia sedikit terkejut dengan besarnya sayap bisnis The Meier Industries yang merambah hingga ke pasar New zealand.

"Ya." Sahutnya datar. "Tapi kita tidak menginap di hotel. Aku membangun sebuah rumah impian seseorang yang sangat ku sayangi dibelakang hotel THE MEIER. Someone special. Kau orang pertama yang aku bolehkan menginap disana." lanjut Alex dengan mata berkabut.

Maia terdiam. Dia tidak pernah melihat Alex semuram itu sebelumnya. Someone special itu pastilah seorang wanita yang sangat dicintainya dan tidak bisa dilupakannya. Hingga ia membuatkan rumah impian wanita itu, hanya untuk mengenangnya.

"Lekaslah, hari sudah sore. Jalanan akan berkabut. Pakai jaketmu, cuaca sangat dingin, dan akan lebih dingin lagi saat malam hari." Ujarnya menggandeng tangan Maia dan membawanya berjalan cepat menuju sebuah mobil Land Cruiser yang terparkir di parkiran khusus bandara.

"Dimana supirnya ? Astaga, apa kau yang akan menyetir sendiri ?" tanya Maia heran saat melihat Alex duduk dibelakang kemudi.

Alex tidak menyahut. Dia mengaktifkan google map di handphonenya.

"Aku sudah hafal jalannya, ini hanya untuk berjaga-jaga saja, seandainya nanti kabut menyulitkan pandangan," ujarnya tenang.

Maia tidak menyahut. Tapi rasa cemas sangat jelas tergambar di wajah piasnya manakala melihat Alex sangat pendiam dan banyak melamun disepanjang perjalanan itu. Ada kekhawatiran di hatinya jika Alex akan membawa mereka tersesat atau bahkan kecelakaan karena fikirannya yang tidak fokus menyetir.

Maia curiga, sepertinya dikepala Alex sedang penuhi aneka romansa cinta dengan someone specialnya itu. Dan sangat mungkin jika perjalanan ini dirancang Alex untuk napak tilas kisah cinta mereka.

Entah mengapa ada perasaan yang aneh di hatinya ketika Alex menyebut seorang wanita sebagai someone specialnya. Matanya terasa panas. Padahal hatinya yang terbakar. Dan sungguh otaknya masih waras, bahwa yang dirasakannya pada pria bermulut brengsek disampingnya adalah sebuah kebodohan semata. Dia tidak seharusnya mempunyai rasa apapun padanya selain tanggung jawabnya pada pekerjaan semata. Titik.

FAKE LOVER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang