Hai, aku double up bab 14 & 15. Jangan malas VOTE dan KOMEN ya 😘
•
•
•
•
•21+
"AAAAAGHH, lepaskaaaaaan!! Lepaskan itu darikuuuuuu ...!" Teriak Maia panik berulang-ulang. Kejijikan terlukis jelas di wajah pucatnya.
______________________________
"Sssshh, tenanglah. Kau jangan terus bergerak. Ini semakin masuk kedalam kalau kau terus bergoyang-goyang seperti itu." Ujar Alex tenang.
"Lepaskaaaan..." hiba Maia setengah terisak.
"Ini," kata Alex seraya mengangkat keudara seekor kecoa besar. Tepat di depan wajah Maia.
Gadis itu bergidik ngeri. "Apa cuma dia ? Kau yakin sudah tidak ada yang lain dirambutku ?" Cecarnya panik.
"Serangga ini tidak akan membunuhmu." Ujar Alex dengan ketenangan yang menjengkelkan. Dia lalu berjalan kearah jendela dan membuang kecoa itu keluar.
Sementara Maia menghenyakkan bokongnya di kaki tempat tidur dengan cara yang dramatis dan membiarkan begitu saja gaun tidur satinnya tersingkap hingga kepangkal pahanya. Wajahnya yang sedikit berkeringat dan pucat, memancarkan aura sexy yang alami. Wanita muda itu pun tidak menyadari jika sepatang mata berkabut gairah mengamatinya dengan tanpa berkedip.
Maia mengelap keringat yang meluncur ke dagunya dengan jemari yang sedikit bergetar. Sejak kanak-kanak dia sangat membenci kecoa. Sayangnya dengan penghasilan ibunya yang tak menentu, sekalipun jika ibunya punya uang, mereka hanya mampu mengontrak rumah reot dengan fentilasi buruk yang baunya seperti campuran kardus basah dengan kotoran kucing. Plus bonus, septic tank-nya yang sudah penuh dan tidak pernah disedot selama belasan tahun, hingga jika hujan deras mengguyur setengah jam saja tinjanya menguap keatas! Oya, jangan lupakan juga para penghuni abadi rumah-rumah reot itu. Yaitu koloni cicak-cicak tua, tikus-tikus yang sebesar anak kucing dan tentu saja si yang paling menjijikkan sang kecoa yang tak tau diri, yang suka seenaknya hinggap ke bantal dan rambutnya.
Tanpa sadar Maia mengusap leher belakangnya saat bulu di tengkuknya meremang seram. Meski ekspresi jijik mencuat diwajahnya, namun tangan yang terangkat kebelakang itu memberikan fenomena keindahan yang membangkitkan syahwat lawan jenis yang melihatnya, betapa tidak, ketiak putih mulus juga gundukan daging segar yang mengintip dicelah gaun atasnya seakan menantang untuk dibelai dan diremas. Membuat Alex yang berdiri kaku disudut ruangan, semakin sulit mengendalikan hasratnya.
"Kau tampak sexy dengan gaun tidur tipis berantakan itu..." ujarnya lirih nyaris tersedak air liurnya sendiri.
Terkejut, Maia menunduk dan melihat kegaun tidur yang dikenakannya. Seketika rona merah memenuhi pipinya saat tau betapa berantakan pakaiannya. Dia lantas buru-buru merapikannya.
Maia tidak memiliki banyak pakaian, apalagi pakaian khusus untuk tidur. Dia lebih suka berhemat dengan mengenakan kaos usang saat tidur. Saat dulu masih berpacaran dengan Ed, lelaki itu sering memberinya hadiah pakaian tidur. Ed beralasan, kalaupun Maia belum mau mereka melakukan hubungan sex, setidaknya ketika mereka menghabiskan malam bersama, dia dapat memanjakan matanya sebelum tidur dengan melihat Maia dalam pakaian tidur sexy.
Dan ketika Alex mengajaknya keluar negeri, Maia baru menyadari jika dirinya tidak memiliki "pakaian tidur" sehelai pun kecuali yang dibelikan Ed. Dalam kegugupan dan ketergesaannya mempersiapkan kepergian pertamanya keluar negeri, Maia memutuskan membawa sepotong gaun tidur pemberian Ed yang paling "sopan" tapi tampaknya baju tidur sopannya tidak terlalu sopan dimata Alex. Sejak Maia keluar dari dalam kamar mandi tadi, lelaki itu bahkan terang-terangan menatapnya seakan dia tidak mengenakan sehelai benang pun.
Kesal dengan kecerobohan dirinya sendiri, Maia menghempaskan nafas kuat-kuat, dan langsung bergerak keujung atas tempat tidur. Dia berencana menyembunyikan dirinya dibawah selimut lalu meringkuk dan memunggungi lelaki mesum itu sampai pagi. Tapi belum sempat dia bergerak jauh, Alex mengulurkan tangan ke arahnya dan menarik Maia ke dalam pelukannya.
Saat mulut Alex yang lapar meraup bibir berbelah milik Maia, gadis itu menjerit kaget tapi suaranya tertahan dikerongkongannya. Perasaan asing seperti kerinduan yang tertumpahkan juga sentuhan Alex yang memberi sensasi berbeda, secara masif blusukan kesetiap sendi tulang dan aliran darah Maia, membuat gadis itu dalam sekejap tak berdaya dan tak mampu memberikan perlawanan yang berarti.
Dan Alex seperti prajurit dimedan tempur, dia terus merengsek maju ketitik terjauh pertahanan Maia, hingga akhirnya, tanpa akal sehat Maia membalas ciuman Alex. Bahkan lebih dari itu, dia mengalungkan tangannya pada pundak Alex.
Menyadari jika Maia juga punya ketertarikan fisik dengannya, Alex tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Jemari besar Alex menarik pinggang Maia hingga tubuhnya kian menempel erat ketubuh Alex.
Seketika Maia disergap getaran sensasi nikmat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya saat tonjolan keras diselangkangan Alex menggesek lembut perut bagian bawahnya yang sensitif. Secara naluriah tubuhnya menegang.
Nafasnya tersengal ketika Alex kembali menggempur bibirnya dengan ciuman liar dan kasar. Maia bahkan harus menarik wajah dengan panik dari wajah horny Alex saat nafasnya terasa kian tercekik, dan buru-buru memompa oksigen ke paru-parunya.
"Maaf, aku tidak bisa berhenti." Ujar Alex kembali menyatukan bibir mereka. "Aku sudah sangat lama menahan diri padamu. Kau membuatku gila dalam hayalan tentang kita..." imbuhnya dengan nafas memburu.
Maia tercengang mendengar pengakuan Alex yang blak-blakan itu. Bagaimana mungkin orang yang selalu membullynya, mengintimidasinya... juga selalu meremehkannya... mempunyai fantasi keintiman dengannya ?
Mata Maia mengerjap berkali-kali, menatap wajah Alex yang tirus dan kokoh. Jantungnya berdebar kencang saat memastikan bahwa pria itu benar-benar serius dengan kata-katanya barusan.
Alex menyipitkan mata, rahangnya gemeretuk, rona merah menghiasi pipinya, seakan dia juga tidak terbiasa mengatakan hal demikian pada wanita lain.
"Aku menginginkanmu sejak pertama kali aku melihatmu..." urai Alex saat melahap kembali bibir Maia yang memerah. Dia mengangkat Maia ketempat tidur dan menurunkannya dengan hati-hati lalu menindihnya.
Alex kemudian dengan percaya diri mengambil lebih banyak ciuman lagi dari bibir sensual Maia. Membuat Maia terbakar gairah hebat. Tangannya memegang kepala Alex. Jemarinya mengelus dan melilit rambut Alex yang hitam sembari bibirnya membalas tak kalah liar lumatan dan lilitan bibir juga lidah Alex.
"Apa kau memakai pelindung ?" tanya Alex disela nafasnya yang memburu.
Maia begitu syok dengan pertanyaan Alex yang tak diduganya itu. Dia merasa seperti sedang terjatuh dari gedung seratus lantai. PELINDUNG ? Oh ya, pencegah kehamilan 'kan maksudnya ? Hahaha tentu saja bodoh, aku terlindungi. Kau tidak akan pernah bisa menghamiliku ! Teriak bathin Maia perih.
"Ya." Sahutnya melengos kesamping.
Alex tersenyum sexy. Dia membenamkan mulutnya yang panas ke dada Maia yang berdenyut keras. Mengulum dan menggigit pelan putingnya yang telah berdiri tegak dan keras. Menangkup kedua payudaranya dari balik kain satin halus, meremasnya dengan gemas. Membuat tubuh Maia seketika melengkung dan nafasnya tercekat.
"Aku memperingatkanmu, honey. Aku bisa membuatmu ketagihan...." Gumam Alex.
🔥
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE LOVER (TAMAT)
RomanceWARNING! 21+ [konten dewasa] ALEX PAMUNGKAS MEIER menyandarkan tubuh besarnya ke kursi kulit singgasananya dengan tidak nyaman. Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, setiap kali gadis itu berada di sekitarnya, dengan kurang ajar juniornya membes...