WARNING! 21+ [konten dewasa]
ALEX PAMUNGKAS MEIER menyandarkan tubuh besarnya ke kursi kulit singgasananya dengan tidak nyaman. Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, setiap kali gadis itu berada di sekitarnya, dengan kurang ajar juniornya membes...
Maia tidak bisa tidur semalaman. Dia begitu gelisah dengan kenyataan betapa lemah pertahanan dirinya di dekat Alex. Jika saja bibi pengurus villa tidak tiba-tiba muncul semalam mungkin sekarang dia tengah mengerang bermandi peluh di bawah lelaki itu. Jangankan menyentuh, hanya dengan tatapannya saja tubuh Maia telah merespon takluk. Alex telah menguasai seluruh syaraf indranya, Maia tak ubahnya bagai budak tahanan dalam jeruji kerangka tubuh.
Suara kokok ayam jantan terdengar lantang di sekitar villa. Matahari mengintip malu-malu dari sela-sela kain gorden. Untuk kesekian kalinya Maia membalikkan badan dengan gelisah. Tubuhnya lelah tapi matanya tak juga bisa terpejam. Bayangan Alex dengan kurang ajar terus bermain dipelupuk matanya.
Kokok ayam kembali terdengar, Maia akhirnya memutuskan bangun lalu berjalan kearah jendela dan menyibak kain gordennya yang setinggi dua meter. Mata lelahnya seketika membelalak takjub saat mendapati keberadaan taman dan kolam renang cantik di seberang kamar tidurnya. Senyum sumringah langsung terbit di wajah pucatnya saat dia melangkah keluar kamar. Sedikit tergesa, dia pun menanggalkan pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dalam saja di tubuhnya. Berharap dengan berenang di permulaan hari perasaan liar yang mengganggunya sepanjang malam dapat sirna oleh sejuknya air kolam renang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tetapi baru saja dua langkah kakinya berjalan, udara dingin menembus tulang langsung menyambutnya. Maia menjadi ragu-ragu untuk masuk ke kolam renang. Kabut dingin yang menyelimuti taman menyadarkannya jika saat ini ia tengah berada di kawasan Batu yang terkenal cukup dingin. Tapi kejutan kembali menyapanya ketika ujung ibu jari kakinya yang iseng menyentuh air kolam renang menemukan hal surprise lainnya. Airnya hangat!
Tanpa fikir dua kali, Maia langsung menceburkan diri ke dalam kolam renang dan sejurus kemudian dia pun asyik hilir mudik menjajal berbagai gaya renang yang mahir dikuasainya.
Tak dipungkiri Maia memang suka berenang. Ibunya lah yang mengajarinya berenang. Sewaktu masih tinggal dengan ibunya, dia sering diikutkan ke berbagai lomba renang yang berhadiah uang. Maia selalu bahagia melihat ekspresi gembira ibunya setiap kali dirinya memenangkan perlombaan. Dan karena ibunya sering sulit mendapatkan pekerjaan, uang hasil menang perlombaan itu akan diambil seluruhnya oleh ibunya untuk dipakai membeli makanan dan membayar sewa tempat tinggal mereka. Maia kecil yang lugu dan naif tidak pernah membantah kehendak ibunya, dia hanya ingin ibunya menyayanginya. Tapi mengingat semua hal itu lagi sekarang, entah mengapa dadanya menjadi sesak dan isak tangisnya pecah. Beruntung di tempat itu tidak ada siapa-siapa dan air di kolam renang cukup efektif menyembunyikan air matanya, sehingga dia bebas menangis tanpa khawatir orang lain akan melihat kecengengannya. Dan itu sangat tabu baginya.
Tengah asyik meliuk-liukkan tubuhnya di dalam air dengan fikiran melayang-layang ke masa lalu, tiba-tiba sesuatu menariknya jauh ke dalam kolam. Maia yang terkejut, meronta dan menendang juga memukul sosok itu. Tapi itu tidak membuatnya lemah, sosok itu malah mengunci tangan Maia kebelakang dan memaksakan ciuman liar ke bibirnya.