BAB 22

1.2K 20 0
                                    

VOTE dulu yuuuk🔊



Enjoy reading😘

Alex menghembuskan nafas dengan desahan serak dan mencium lembut dahi Maia lalu memeluknya dengan sedikit terlalu erat.

"Sekarang pakailah pakaianmu. Aku akan siapkan sarapan untuk kita. Kau hanya perlu duduk dan mendengarkan apa yang aku sampaikan padamu hingga selesai. Kemudian aku akan mendengarkanmu bicara..." ujar Alex seraya memakaikan pakaian ke tubuh Maia. Wajahnya terlihat tegang dan serius.

Dan dia tidak tergoda sedikit pun untuk tersenyum ketika Maia mencoba melakukan gerakan konyol di depannya. Tanpa banyak bicara Alex kemudian membopong Maia ke ruang makan dan mendudukkannya ke kursi lalu membiarkan gadis itu menunggunya selesai membuat sarapan.

Maia menatap punggung lelaki yang beberapa bulan lalu adalah sosok asing yang kejam dengan mata merangkum bening. Perasaan campur aduk menyelinap di dadanya manakala mengingat perjalanan hubungan mereka yang rumit. Tak pernah terlintas dibenaknya dulu jika mereka akan seintim ini bahkan ketika dia menandatangi kontrak kekasih palsunya sekalipun. Dan sekarang pria idaman para wanita di kantornya itu memaksanya mendengarkannya membicarakan suatu hal penting.

Maia tercenung sejenak ketika menyadari kengototan Alex untuk bicara serius dengannya. Mungkinkah Alex akan memaksanya untuk tinggal dengannya setelah tadi dirinya menolak dengan halus ?

"Makanlah selagi hangat..." ujar Alex saat meletakkan segelas teh susu hangat dan nasi goreng terasi di hadapan Maia.

Maia menundukkan kepalanya diatas hidangan nasi goreng terasi dengan wajah sumringah. Dia menghirup aroma nasi goreng itu dengan satu tarikan nafas besar. Nasi goreng terasi adalah favoritnya dan Mona. Tapi sejak Mona sakit, Mona sudah tidak pernah lagi bisa membuatkannya masakan dengan resep istimewanya itu.

Tapi sesuatu yang asing tiba-tiba menyerang sistem pencernaannya. Dan dia merasa mual yang luar biasa, Maia bangkit dari kursi dan berlari ke kamar mandi.

Alex mengejarnya dengan panik. Dia menggedor pintu yang dikunci Maia. "Maia, kau baik-baik saja ? Buka pintunya. Demi Tuhan, apa yang terjadi ?"

Maia mencengkram wastafel kamar mandi supaya bisa tetap berdiri tegak, tubuhnya panas dingin dan begitu sempoyangan. Dia mengamati wajahnya yang pucat di cermin sambil menahan erangan. Perutnya masih bergolak dan kepalanya terasa berputar-putar. Sambil meringis dia membasuh wajah pucatnya supaya terlihat lebih segar lalu keluar dari kamar mandi dengan keceriaan yang dipaksakan.

"Kau sakit ?" tanya Alex, raut wajahnya jelas khawatir.

"Tidak. Aku tidak sakit. Tapi sepertinya aku masuk angin..." jawabnya dengan cengiran yang lebih terlihat seperti seringai di wajah pucat pasinya. Dia berjalan melewati Alex dan duduk kembali ke kursinya lalu meminum teh susunya hingga tersisa setengahnya.

"Bukankah kau ingin bicara serius ?" tanyanya disertai tawa ceria yang masih dipaksakan.

Alex mengamatinya beberapa saat, kecemasan masih terlihat jelas di wajah kerasnya. Maia mendengar helaaan nafas panjangnya saat dia menundukkan mata dan meneguk teh susunya lagi. Tak lama kemudian dia melihat lelaki itu berjalan ke tempat duduk di hadapannya dengan wajah muram.

"Pertama-tama, aku ingin bercerita tentang adikku Luna..." ujarnya pelan.

Tanpa sadar Maia langsung menegakkan punggungnya. Jiwanya terpanggil untuk mendengarkan lelaki itu dengan serius. Alex selalu menutup rapat informasi dan pembicaraan apapun tentang adiknya yang tewas dalam kecelakaan mengerikan. Ada suatu suka cita dan kebanggaan ketika Alex memutuskan untuk bercerita tentang adik kesayangannya itu pada dirinya. Alex mempercainya.

FAKE LOVER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang