selamat membaca...
READERS WAJIB VOTE✔️•
•
•
•
•Pertemuan kembali Maia dengan ayahnya setelah skandal yang menghebohkan publik tentang jati dirinya membuat Maia banyak berfikir. Tetapi karena kesibukan Maia mengecek persiapan akhir resepsi pernikahannya membuat Maia menyingkirkan fikiran-fikiran liar yang berseliweran di kepalanya. Tapi semakin dia berusaha mengabaikan fikirannya semakin bathinnya tak tenang.
Siang harinya, meski Mona telah melarangnya bepergian, Maia diam-diam pergi keluar rumah dengan niat sekedar untuk mengendurkan kemumetan syaraf kepalanya. Tanpa sadar mobil Mona yang dikendarainya berbelok ke hotel tempat acara pernikahannya akan berlangsung besok. Kepalang tanggung berada disana, Maia kemudian memutuskan mengecek pekerjaan Event Organaizer yang mendekor taman dan kolam renang hotel tempat acara pernikahannya digelar menjadi danau dan taman indah yang dipenuhi aneka bunga yang didominasi warna putih.
Namun kenyataannya, meski berada diantara keramaian, bathinnya masih diliputi kegalauan. Wajah murungnya mengawasi para pekerja dengan perasaan bingung dan rasa bersalah yang luar biasa.
Dia mulai mencoba logis dan mengkalkulasi berbagai hal. Baiklah, Alex tidak mencintainya. Lelaki itu hanya menganggapnya sangat menarik dan dia ingin melakukan yang terbaik untuk anak mereka. Tapi apakah itu cukup ? Apakah itu adil bagi Alex maupun dirinya sendiri ? Persamaan mengerikan antara situasi yang terjadi dalam kisahnya dengan kisah menyedihkan ayahnya membebani akal sehat dan harga dirinya. Bukankah ia kini melakukan apa yang dilakukan ibunya ?
Ibunya berpaling pada Petra Hofmann ketika suaminya mengusirnya dengan harapan lelaki itu bersedia bertanggung jawab terhadap dirinya dan bayinya. Waktu itu ayah kandung Maia tidak bersedia karena merasa tidak cukup mencintai ibu Maia. Haruskah Maia membenci ayah kandungnya karena pengakuan blak blakannya itu ? Ataukah seharusnya dia mendukung sikap ayahnya yang tidak menikahi wanita yang dianggapnya sebagai hubungan sambil lalu dan tidak cukup memiliki pondasi kuat untuk membina rumah tangga ? Dan kini, meski tau Alex tidak mencintainya dan telah bertunangan dengan wanita lain, tapi Maia berniat membiarkan Alex mengambil tanggung jawab sebagai bapak dari bayinya dengan menikahinya.
Ini salah, sangat salah, jerit bathin Maia frustasi. Keringat dingin membasahi kulit Maia ketika dia mencapai keputusan menyakitkan itu.
Maia berlari menuju parkiran mobil dan mengemudi pulang dengan fikiran kacau. Dia terus dihantui oleh bayangan menakutkan dan menyakitkan pada apa yang akan terjadi dengan pernikahannya kelak. Betapa rapuhnya pondasi pernikahan yang didasarkan pada bayi yang tidak diharapkan tetapi terlanjur hadir. Hal kuat apa lagi yang mereka miliki sebagai alasan untuk bertahan selain bayi itu ? Alex akan segera bosan. Dia akan hidup dalam penyesalan mendalam karena mengorbankan kebebasannya. Dia mungkin akan membenci Maia seumur hidupnya lalu kembali kepada kekasih lamanya dan mereka akan menggelar pernikahan megah tanpa memperdulikan perasaannya. Pertengkaran demi pertengkaran yang menguras emosi dan kewarasan. Apakah ia sanggup hidup dalam tekanan mental yang seperti itu ?
Tak kuat dengan semua tekanan di kepalanya, Maia berjanji pada dirinya untuk menemui Alex malam nanti dihotelnya menginap guna membatalkan pernikahan mereka. Lelaki itu sangat sibuk mengurus bisnisnya sejak hari ketika Maia setuju menikah dengannya dan baru akan kembali dari perjalanan bisnisnya malam nanti.
Namun ketika mobil yang dikendarainya berbelok kehalaman rumah Mona, dia dikejutkan dengan keberadaan mobil Alex dan Bara yang terparkir rapi bersebelahan.
Bara yang sedang duduk merokok diteras rumah menyambutnya dengan wajah masam.
"Kenapa kau tidak memberitahu dia kalau aku yang akan menjadi saksi pernikahan kalian besok ?" semburnya dengan berkacak pinggang.
"Aku ingin memberi kejutan untuknya." Sahut Maia lemah. Wajahnya pucat, tangan dan kakinya mendadak dingin. Dia begitu gugup bertemu Alex setelah keputusan yang ingin diambilnya. "Tapi sepertinya kehadiranmu kesini sudah tidak ada gunanya... karena...aku akan membatalkan pernikahan kami...."
"Kau hanya gugup...." ujar Bara mengibaskan tangannya sambil lalu. "Kau tergila-gila padanya." Sambungnya memutar bola mata mengejek.
"Katakan dengan jujur..." Maia menahan lengan Bara yang hendak berlalu dari hadapannya. Wajah gelisahnya menatap serius Bara. "Jika kau melakukan kencan semalam dan membuat wanita itu hamil, apakah kau akan menikahinya ?"
"Astaga, ya nggak lah!" Seru Bara bergidik.
"Kalau begitu, kenapa Alex harus menikahiku..." gumam Maia tertunduk lesu.
Bara terkejut usai menyadari keterkaitan jawabannya dengan pertanyaan Maia barusan. Berapa banyak pun kata bujukan dan rayuan bahkan teriakan penyesalan yang dilontarkan Bara, tak mampu menggoyahkan kekakuan dan kesedihan dihati Maia.
Dia berjalan masuk kedalam rumah dengan langkah berat, berjuang mengumpulkan keberanian untuk melakukan apa yang dirasanya benar meski hati bodohnya berdebar-debar tak karuan hanya karena sebentar lagi akan melihat Alex setelah hampir dua minggu tak bertemu. Dia pun menarik nafas dalam-dalam untuk meredam kecemburuan yang menggila pada Amira. Wanita itu, tak pernah melewatkan harinya tanpa memposting kemesraannya dengan Alex. Dan Alex, entah sengaja atau tidak, dia tidak memberitahu Maia jika kepergiannya kali ini disertai Amira. Yang jelas, lelaki itu sangat sulit dihubungi.
Dari ruang tamu tempatnya berdiri, Maia bisa mendengar celotehan riang Mona dan tawa pelan Alex setiap kali ibu angkatnya itu membuat lelucon garing. Maia bisa menebak Mona membawa Alex ke kebun kebanggaannya di halaman belakang.
Alex tersentak berdiri, senyum menawan tersungging di wajahnya ketika melihat Maia berdiri diambang pintu dapur. Entah mengapa Maia merasa Alex sama gugupnya dengan dirinya. Dia merasa kedua kakinya lemas dan mulutnya kering ketika Alex memeluknya erat dan mencium keningnya.
"Aku sangat merindukanmu..." bisiknya penuh perasaan ditelinga Maia. "Aku sangat gelisah menunggumu disini, aku tidak bisa menjauh barang semenit pun darimu. Dua minggu tanpamu rasanya benar-benar seperti di neraka."
"Alex... b-bisakah kita berjalan ke kebun ?" tanya Maia gugup. "A-aku ingin kita bicara tanpa diganggu..."
"Sure, aku juga ingin mengatakan sesuatu yang penting, honey..." ujar Alex merangkul pinggang Maia, mengajaknya berjalan bersisian memasuki kebun bunga yang dijadikan sebagai mata pencaharian oleh Mona ibunya.
Maia melirik Alex, jantungnya berdebar keras setiap kali melihat sosok Alex yang tampan dan penuh ketenangan. Merutuki dirinya sendiri yang mungkin tidak cukup kuat untuk melepaskan pria yang ia cintai itu meski sepertinya itu satu-satunya cara yang masuk akal dan adil untuk dilakukan.
"Aku ingin membatalkan pernikahan kita..." kata Maia mendadak saat tangan Alex terulur kesetangkai mawar putih yang telah mekar dengan sempurna. Suaranya terdengar dingin dan kasar.
Alex menoleh ke arah Maia dengan kaget, dia menarik tangannya dengan tergesa dan tersangkut duri mawar hingga duri itu melukai jarinya cukup dalam. Darah segar dengan segera mengucur. Tapi baik dia maupun Maia terlalu gugup untuk memperhatikan hal itu. "Apa katamu?"
"Maafkan aku... tapi... kurasa aku tidak bisa menikah denganmu." Ujar Maia tegang. Air matanya jatuh ke pipinya. "Rasanya tidak benar bagi kita berdua."
🔥
BERSAMBUNG...
THANK U SUDAH VOTE & FOLLOW😘
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE LOVER (TAMAT)
RomantizmWARNING! 21+ [konten dewasa] ALEX PAMUNGKAS MEIER menyandarkan tubuh besarnya ke kursi kulit singgasananya dengan tidak nyaman. Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, setiap kali gadis itu berada di sekitarnya, dengan kurang ajar juniornya membes...