WARNING! 21+ [konten dewasa]
ALEX PAMUNGKAS MEIER menyandarkan tubuh besarnya ke kursi kulit singgasananya dengan tidak nyaman. Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, setiap kali gadis itu berada di sekitarnya, dengan kurang ajar juniornya membes...
"Minumlah..." ujar Alex seraya menyodorkan sebotol air mineral dalam kemasan 220ml ketika tiba-tiba Maia tersentak bangun dari tidurnya dengan terbatuk-batuk. Lelaki bermata gelap misterius itu mengawasinya lekat sebelum akhirnya menarik kembali kepalanya kejalanan menurun dan berkelok dihadapannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalau kau lapar ada banyak cemilan di dashboard. Aku baru membelinya sebelum menjemputmu tadi..." ujar Alex tanpa menoleh. Fokus pandangannya masih pada jalanan berkelok tajam dan sempit yang dikanan kirinya terdapat jurang dengan pohon-pohon khas hutan pulau Jawa. Sesekali dia melirik kearah maia yang duduk gelisah disisinya. Wanita cantik itu sepertinya sama sekali tidak berminat menanggapi ucapan Alex. Matanya mengawasi sekelilingnya dengan tajam. Seakan menerka-nerka dengan cermat dimana keberadaan mereka sekarang.
"Kita berada di hutan Pujon, sedang menuju ke villa baru ku di Batu." Ucap Alex datar.
"Astaga, jadi kita sudah melewati Solo? Tidak,tidak, aku harus kembali ke Solo sekarang. Aku sudah janji ke menejerku masuk kerja besok." Protes Maia gregetan.
"Kau sudah dipecat. Tidak ada alasan lagi kau pergi kesana."
"Hahaha... itu tidak mungkin. Aku sudah mengecek perusahaan itu sebelumnya, kau bukan pemiliknya atau petinggi disana. Jadi kau tidak bisa memecatku seenaknya begitu." Cibir Maia berusaha menutupi rasa takut yang tiba-tiba datang.
"Pewarisnya teman main golf ku. Kami bertaruh. Dia kalah. Dan aku mendapat hadiahnya. Kau dan villa di Batu." Sahut Alex datar tanpa roman kesombongan di wajah juga nada bicaranya. Seakan menjadikan manusia sebagai taruhan buat kesenangannya adalah hal lumrah.
Maia mengernyit, apa-apaan itu ? Lancang sekali dia menjadikannya sebagai bahan taruhan. Dirinya memang pernah menjadi kekasih bayarannya, tapi itu bukan berarti dia menjadi budak yang bisa diperjual belikan. Dan bagaimana jika Alex yang kalah dan dia dilempar kepada seorang pria yang memiliki fetis menyiksa fisik wanita ? Maia bergidik, rasa mual bergerak naik ketenggorokannya ketika menyadari bahwa Alex yang berkali-kali menyakiti hatinya tidak lebih baik dari pria dalam hayalannya.
Udara dingin yang menembus tulang membuat Maia menggigil dan rasa mualnya semakin parah. Maia mendekap kedua tangannya di dada. Alex mengecilkan tempertur ac mobilnya. Tapi entah kenapa, tanpa ac bau pengharum mobil Alex yang mahal justru menjadi aneh dan membuat isi perutnya makin bergolak hebat.
HUEKKK !
Maia menutup mulutnya tapi dia tidak bisa menahan mualnya. Semakin ditahan dia semakin ingin muntah.
HUEKKK ! HUEKKK ! HUEKKK !
"Apa.... kau mau permen ? Di dashboard juga ada permen..." kata Alex terbata. Wajahnya sama pucatnya dengan Maia. Dia terlihat sangat khawatir. Berkali-kali dia menoleh kearah Maia sambil berusaha tetap fokus kejalanan tanpa penerangan di depannya.