BAB 25

991 28 6
                                    



FOLLOW and VOTE yuk😘





Lelaki berperawakan sedang dengan otot-otot tubuh bagian atas membusung keras itu mendelik kesal kearah Maia yang lagi-lagi berhenti dengan tersengal-sengal sambil memegangi perutnya yang keram hebat. Dengan kasar dia kembali menarik tangan Maia dan mempercepat larinya hingga tubuh Maia setengah terseret.

"Cepaaatt...!!" hardiknya kesal.

"Tunggu, tolong berhenti, perut saya sakit. Saya mohon, saya tidak kuat lagi..." rintih Maia menahan sakit.

"Aaaggh, bawel...!! Lu liat gak tuh, mereka masih mengejar?."Hardiknya sengit.

Maia menoleh kearah orang-orang yang mengejarnya. Tubuh letihnya mengkerut melihat betapa bernafsunya orang-orang yang mengejarnya demi sebuah berita aib sang gubernur yang telah turut mereka lengserkan dengan keahlian mereka bermain kata-kata.

"Maaf bang, perut saya beneran sakit banget..." ujar Maia dengan nafas terengah dan tangan yang meremas baju dibagian perutnya.

"Akh, baru juga lari berapa meter, udah ngeluh sakit. Kayak orang bunting aja lu !"Semprotnya sewot, tepat bersamaan dengan itu handphonenya mendapat panggilan masuk, dia lalu buru-buru menjawabnya setelah melihat nama penelponnya.

Maia terdiam. Sekali lagi dia menoleh pada gerombolan pemburu berita yang semakin mendekat dengan menghela nafas berat. Membiarkan mereka kembali mengepungnya berarti siap dengan semua berondongan pertanyaan memojokkan yang sangat mungkin akan semakin dipelintir dari pernyataannya, apalagi baru saja tadi dia melakukan kebohongan publik dengan menunjukkan tes DNA palsu hasil rekayasa anak lelaki Petra Hofmann. Tubuhnya bergidik, sebuah fakta mengerikan menggelitik fikirannya. Bagaimana jika ada seseorang menguji keabsahan tes DNA itu lalu terbukti dia bermufakat melakukan kebohongan publik ? Bukankah penjara atau pisau lipat si brengsek Gupta Hotmann sama-sama akan membunuhnya ?

Maia menelan ludah keringnya dengan getir ketika dihadapkan pada satu kenyataan lain, bahwa dia sedang hamil muda. untuk terus berlari rasanya riskan. Keram perut yang dirasakannya saat ini bukan keram biasa. Dia khawatir janinnya akan berkontraksi dan mengalami keguguran. Dan bukan tidak mungkin pula suasana caos saling dorong dan berdesak-desakan dengan para pemburu berita beberapa menit lalu akan terulang mengingat betapa penasaran dan tidak puasnya mereka dengan pernyataan Maia bahwa dia bukanlah putri haram Petra Hofmann yang digosipkan.

"Ayo, cepaaaat ! Diujung jalan sana boss Gupta sudah menunggu kita..." lelaki itu menarik tangan Maia dengan tiba-tiba hingga dia hampir terpelanting.

"Tidak. Jangan ! Kumohon, jangan lari lagi..." hiba Maia mencoba menahan tubuhnya.

"Aaaaghhh, nyusahin aja sih lu...!" bentaknya saat melayangkan tamparan ke wajah Maia.

Wanita muda itu terhuyung, tamparan itu membuat wajahnya kebas dan bibirnya berdarah. Dia lalu mendekap perutnya dan bersyukur bukan perutnya yang dijotos laki-laki bringas itu.

"Apa lu melototin gua ? Mau lagi lu, hah...?!" teriaknya berang seraya mengangkat tangannya ke udara.

Tubuh Maia mengkerut, perutnya yang sangat sakit membuat tubuhnya lemah dan mengeluarkan keringat dingin. Dia bahkan telah memicingkan matanya, pasrah menerima tamparan berikutnya ketika tiba-tiba tubuhnya serasa melayang di udara.

"Bara...!!"teriaknya terkejut saat membuka mata mendapati lelaki yang lebih tua tiga tahun darinya itu tengah membopongnya dengan setengah berlari.

"Hai, cantik..."senyum khasnya mengembang sempurna. Membuat Maia teringat masa ABG nya yang selalu kebanjiran salam untuk Bara dari teman-teman cewek di sekolahnya yang naksir Bara. Maia berdecak dalam hati, kakak angkatnya itu memang sudah keren dan baik hati sejak mereka bocah. Tak heran banyak wanita yang jatuh hati padanya. Apalagi sekarang dia seorang DJ internasional yang cukup punya nama besar.

FAKE LOVER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang