BAB 17

2.3K 43 1
                                        

Hai Readers,
FOLLOW, VOTE, COMMENT yaaa😘
••
••
••
••
••

Maia menggeliat malas dibawah selimutnya. Serangkaian rasa pegal dan nyeri yang asing menyerang sekujur tubuh dan selangkangannya. Perasaannya mendadak membuncah bahagia ketika teringat malam penuh gairah yang baru berlalu.

Saat dia membuka mata. Tirai-tirai tampak sudah disibakkan. Beberapa rintik hujan terbawa angin menerpa dinding kaca. Maia menarik nafas dalam-dalam, dia sangat menyukai aroma khas tanah kering yang terkena rintik hujan.

Pohon-pohon cemara tampak masih berselimut kabut ketika Maia menangkap sosok jangkung itu berdiri menghadap jendela. Dia terlihat gagah diantara kilatan petir yang seperti cemeti Dewa Perang. Maia mengamati Alex dalam sorot kekaguman.

Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan ponselnya yang bergetar dalam saku celananya dan menjawabnya dalam bahasa inggris beraksen British dengan nada rendah. Ditengah percakapan dia terlihat tegang dan berjalan tergesa-gesa keluar rumah. Wajahnya terlihat muram. Sangat jauh berbeda dari sosok 'kekasih' penuh gairah yang mencumbunya beberapa saat lalu.

Jantung Maia terasa seperti dicubit. Perasaan bahagia membuncah ketika bangun tidur tadi seketika menguap ketika melihat Alex pergi meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah katapun setelah percintaan panas mereka semalaman. Persis seperti film dan drama percintaan mengenaskan yang sering dilihatnya di netflix. Tapi kenapa ini rasanya seribu kali lebih sakit.

Maia merasa dia telah membodohi dirinya sendiri sedemikian jauh. Berfikir dengan arogan dapat mengendalikan segala sesuatunya. Sanggup mengatasi apapun yang akan terjadi atas pilihannya menyerahkan harga dirinya pada Alex yang berbeda dunia dengannya. Tapi pada kenyataannya dia tidak siap dengan resiko sekecil apapun. Dia merasa terluka dengan sikap tak acuh lelaki itu usai mereka bercinta.

"Jam berapa sekarang ?" tanya Maia berusaha sesantai mungkin saat melihat Alex tiba-tiba kembali dan memergokinya tengah melamun.

Wajah tirus itu tampak tegang. Bibir lebarnya melempar senyum tipis yang kaku dan dipaksakan.

"Sudah hampir jam satu," jawab Alex datar. Sepasang matanya mengawasi lekat gerak gerik Maia.

"Apa ?!" Maia begitu kaget dengan jawaban Alex, hingga dia langsung terduduk dan tanpa sadar bedcover yang menutupi tubuh telanjangnya melorot kebawah perutnya, mempertontonkan payudara kencang dan segar miliknya sekali lagi ke mata terpesona Alex. Maia langsung buru-buru menarik kain itu keatas tubuhnya. Rasanya sangat tidak nyaman dalam keadaan tubuh telanjang di dekat Alex. "Harusnya kau membangunkanku..." sungutnya menunduk.

"Untuk apa ? Diluar sedang hujan gerimis, sebentar lagi mungkin hujan besar." Kata Alex datar, tepat disaat yang sama titik-titik hujan berubah menjadi hujan yang deras.

"Dari jadwal kegiatan yang diberikan sekretarismu, yang kutau pukul sepuluh pagi tadi kau diundang dalam kegiatan amal memancing di sungai belakang kastil keluarga Hofmann, kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama Tuan rumah dan tamu undangan yang lainnya, lalu puncaknya makan malam sekaligus pesta dansa untuk penggalangan dana..." ujar Maia dengan nada jengkel dan menghindari kontak mata dengan Alex. Dia benar-benar merasa galau dengan situasi mereka sekarang. Setelah percintaan yang panas menggebu semalaman, esok  paginya mereka malah memperdebatkan sebuah omong kosong yang membosankan. Tapi rasanya juga sangat memalukan jika dia yang duluan memulai pembicaraan tentang apa yang terjadi semalam.

"Aku sudah menelpon Nyonya rumah, aku bilang kau kelelahan setelah perjalanan panjang kemarin. Jadi aku membatalkan semua kegiatan kita disana hari ini,"

"Kau bilang... apa ?" tanya Maia tanpa sengaja memandang Alex. OH, TIDAK! Hanya diam dirumah saat perjalanan keluar negeri pertamanya bukanlah hal yang direncanakannya.

FAKE LOVER (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang