Chapter 10

14.3K 631 3
                                    

AMEL


"Fabian kenapa?", tanyaku panik pada Dio sambil menghampiri Fabian

"Gak tau, Kak. Tadi pas di lapangan dia bilang badannya gatel-gatel, pas barusan lagi beres-beres tiba-tiba sesek nafas katanya"

"Dia makan apa aja tadi?", tanyaku lagi

"Seeinget gue sih cuman sarapan yang tadi di kasih aja, Kak"

"Makan kacang gak dia?"

"Hmm.. Ah iya, dia tadi bantuin Sandra ngabisin sup kacang hijau"


Ya ampun.. Aku segera membuka tas Fabian dan mengambil kotak obat. Ku keluarkan obat alergi dan membawanya untuk Fabian minum.


"Lo ke tenda panitia, cari Bang Ario. Bilang gue butuh mobil buat anter Fabian ke rumah sakit", kataku pada Dio. Dio mengangguk dan langsung keluar dari tenda

"Tolong ambilin minum", kataku pada Septi


Septi langsung menuju ujung tenda untuk mengambil air mineral.


"Bi, bangun dulu. Minum obat ya", ucapku sambil membantu Fabian


Fabian bangun dengan nafas yang tersengal-sengal. Segera setelah Septi datang membawa minum, aku membantu Fabian meminum obat alergi.

Pintu tenda di buka. Bang Ario, Kak Saga, dan beberapa panitia masuk.


"Kenapa dia?", tanya Bang Ario

"Alergi kacang", jawabku singkat

"Kita bawa ke rumah sakit aja sekarang", kata Bang Ario sambil membantu Fabian berdiri


Diluar tenda sudah ada tim kesehatan yang menunggu dengan tandu. Fabian di tidurkan di tandu dan kami segera menuju ke mobil Bang Ario. Sambil berjalan aku memanggil Dio dan Septi.


"Tolong lo beresin barang-barangnya Fabian ya. Sekalian nanti lo ke tenda panitia tolong bawain tas gue. Cari aja Wulan. Dia tau tas gue yang mana. Nanti tas Fabian sama tas gue kalian bawa dulu aja. Gak apa-apa kan?", tanyaku pada Dio dan Septi

"Oke, Kak. Kakak nanti bakalan nemenin Fabian kan?", tanya Dio

"Iya"


Tim kesehatan menggotong Fabian masuk ke mobil Bang Ario. Bang Ario menyuruh aku untuk ikut masuk.


"Gue ikut juga", kata Kak Saga

"Jangan. Lo urusin anak-anak aja, Kak. Kalau lo sama gue pergi, kasian Bonar sama Muri ngurusin 19 orang cuman berdua", ucapku

"Ya udah. Lo hati-hati ya", kata Kak Saga sambil menutup pintu mobil Bang Ario


Bang Ario menjalankan mobilnya dengan cepat. Secepat mungkin kami harus sampai di rumah sakit karena Fabian terlihat semakin pucat dan lemah. Jujur aku panik banget liatnya. Aku terus menggenggam tangan Fabian, sementara kepala Fabian bersandar di bahuku.

Untung ada rumah sakit yang dekat dengan camping ground. Aku segera masuk ke IGD untuk mencari suster sedangkan Bang Ario membantu Fabian turun dari mobil. Dua orang suster mendorong brankar untuk Fabian. Fabian dibawa ke satu bilik untuk segera ditangani oleh dokter.

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang