Chapter 22

12.7K 441 4
                                    

Surprise update!!!

Muahahahahaha 😈😈😈😈😈😈

Muahahahahaha 😈😈😈😈😈😈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AMEL


Fabian menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Tubuhku udah nggak tertutup sehelai benangpun. Aku hanya bisa berbaring pasrah ketika kurasakan ciuman Fabian di seluruh tubuhku. Tubuhku bergetar dengan sendirinya ketika Fabian membuka kedua kakiku dan menciumku di sepanjang pahaku lalu perlahan mencium bibir bawahku.

Seketika rasa malu menjalar ketika aku mendesah dengan kencang saat Fabian dengan lihai menjilat dibawah sana. Lidah Fabian bener-bener... Wah... Aku nggak pernah ngerasain yang kayak gini sebelumnya. Gairahku sudah memuncak. Aku memejamkan mata dengan erat sambil menggigit bibirku sendiri. Tanganku meremas sprei membuat kasur yang udah berantakan semakin berantakan. Gosh.. Fabian bener-bener bikin aku nggak berdaya.

Ciuman Fabian meninggalkan vaginaku dan bergerak semakin ke atas. Dia mengambil tanganku dan menguncinya di atas kepala sedangkan bibirnya kembali menyerang puncak payudaraku yang udah menegang sempurna. Dengan tangan yang terkunci gini, aku cuman bisa menggeliat sambil mendesahkan nama Fabian.


"Fabian.. Ahh...", desahku. Ku rasakan seringai Fabian di payudaraku

"I like it when you say my name, Babe", bisik Fabian. Nafasnya yang hangat menerpa kulitku, membuatku seketika merinding


Kali ini Fabian mencium leherku. Bukan cuman ciuman, sesekali lidahnya yang nakal itu menjilat leherku dan membuat bagian bawahku terasa basah. Ketika bibirnya kembali bertemu dengan bibirku, tanpa sadar aku membalas pagutannya. Aku mengerang di dalam mulut Fabian ketika tangan Fabian kembali meremas payudaraku.

Aku bisa merasakan sesuatu yang panjang dan keras terus menggesek pahaku dari tadi. Aku tau itu penis Fabian, tapi aku nggak berani liatnya. Walaupun kami udah sering saling serang gini, tapi aku belum pernah sekalipun liat penis Fabian. Dari yang aku rasain di paha aku aja aku udah tau kalau penis Fabian bakalan bikin aku takut.


"I want you, Babe. Can I?", Fabian berbisik sambil menjilat lidahku

"Mhmmm..", aku cuman bisa mendesah sambil mengangguk

"Say it", bisik Fabian lagi

"Yes", suaraku hampir nggak terdengar

"Kamu yakin?", tanya Fabian sekali lagi sambil menatap mataku


Mataku yang sayu menatap mata Fabian dan kepalaku mengangguk. Fabian menyeringai lalu kembali menciumi leherku. Setelah puas mencium setiap sudut tubuhku, Fabian mengangkat tubuhnya dan berdiri dengan kedua lututnya di hadapanku.

Seketika pemandangan penis Fabian terpampang nyata di depan mataku. Mulutku ternganga dengan sendirinya. Oh. My. God! It's HUGE!! Aku melihat tangan Fabian bergerak menyentuh penisnya sendiri dan menggerakkannya ke atas dan kebawah.

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang