Chapter 7

14.5K 677 4
                                    

AMEL


Ospek lapangan akhirnya akan dimulai besok. Saat ini aku lagi di rumah Nabila untuk mengambil heat pack. Nabila masih punya 4 heat pack sisa dia liburan ke Jepang winter kemarin. Lumayan heat packnya bisa aku pakai untuk di Ranca Upas besok karena memasuki malam hari sampai pagi suhu di Ranca Upas akan dingin banget.

Tadinya habis ngambil heat pack aku mau langsung pulang, tapi di tahan sama Tante Mila. Aku disuruh ikut makan malam dulu. Karena gak enak mau nolak, akhirnya aku mengiyakan ajakan Tante Mila. Sambil nunggu makan malam siap, aku tiduran di kamar Nabila sambil memainkan ponsel. Sedangkan Nabila sedang berada di kamar sebelah untuk membantu Fabian packing.


"Mel, boleh kesini bentar gak? Gue mau rada kkn dikit nih hehe", kata Nabila sambil melongokkan kepalanya di pintu

"Apaan?", tanyaku sambil mengikuti Nabila yang ternyata berjalan ke kamar Fabian


Aku ragu untuk memasuki kamar itu.


"Masuk aja. Gak apa-apa kok", ucap Nabila


Akhirnya aku masuk ke dalam kamar Fabian. Nggak terlihat Fabian di dalam kamar itu. Kamarnya didominasi warna hitam dan putih. Hampir gak ada warna lain di dalam kamar itu. Ada beberapa foto tergantung di dinding kamar. Wait, itu fotoku? Aku segera mendekati foto itu. Benar, itu aku. Aku yang tersenyum lebar sedang memecahkan balon yang terbuat dari sabun, warna foto itu hitam putih. Aku nggak ingat ketika foto itu diambil, tapi aku ingat di foto itu diambil pas ulang tahun Fabian yang ke 14.


"EH!", teriak seseorang


Aku langsung membalikkan badan. Ternyata yang tadi teriak itu Fabian.

TAPI HEY!! Pipiku langsung memerah melihat pemandangan di depanku.

Fabian tampak baru selesai mandi. Aroma wangi sabun menyeruak memasuki hidungku. Rambut Fabian masih basah dengan air yang menetes dari rambutnya ke dada bidangnya yang nggak tertutup apapun. Air itu terus mengalir melewati perut Fabian yang terlihat samar kotak-kotak sampai mengenai handuk berwarna abu-abu yang terikat di pinggangnya.

HOLY. MOLY. Glekkkk.... Aku menelan ludahku.


"Apaan sih teriak-teriak? Biasa aja kali. Aku sama Amel kan udah sering liat kamu gak pake baju dulu. Malah Amel pernah mandiin kamu..."

"BISA DIEM GAK, KAK?!", teriak Fabian pada Nabila. Mukanya bersemu merah

"HAHAHA... Malu ya?", kata Nabila malah ketawa-ketawa


Fabian mengambil baju yang ada di kasurnya lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi.


"Heh! Bengong aja lo", ucap Nabila sambil menjentikkan tangannya di depan mataku

"E-eh.. Hehe.. Lo tadi mau ngapain ngajak gue kesini?", ucapku salah tingkah

"Ini kan gue lagi bantuin Fabian beresin barang buat besok, bisa tolong lo cek gak takutnya ada yang kurang", kata Nabila

"Gue kan panitia, harusnya gak boleh dong, Nabilaaa"

"Makannya tadi gue bilang gue mau kkn dikit sama lo. Kasian Fabian kalau sampai di hukum. Cekin ya? Hehehe", ucap Nabila sambil memeluk samping tubuhku

"Ya udah gue cek", ucapku. Sejujurnya aku juga gak mau Fabian sampai dihukum nanti

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang