Chapter 31

8.2K 359 5
                                    

AMEL


Seminggu udah berlalu. Nabila sama sekali nggak mau ngomong atau ketemu sama aku. Aku udah ngelakuin berbagai cara tapi selalu gagal.

Selama seminggu ini hampir setiap hari Kak Saga ngecek keadaan aku. Dia juga ngirimin makanan pas aku bilang aku belum makan. Bahkan Kak Saga kemarin berusaha ngomong sama Nabila juga. Termasuk hari ini, Kak Saga akan menjemputku ke rumah dan kami akan pergi bersama ke kampus karena selama dua hari kedepan bakalan ada acara malam keakraban di Ranca Upas. Kak Saga gak ngebolehin aku bawa mobil sendiri, katanya takut ada apa-apa karena aku masih suka nggak fokus.

Sebenernya, disamping masalah sama Nabila, aku kepikiran sama Fabian juga. I know I hurt him. Jujur aku nggak tau harus gimana. Aku bingung sama apa yang aku mau. Kalau aku maksain terus pacaran sama Fabian, aku nyakitin Nabila. Tapi aku tau, putus kayak gini tuh nyakitin Fabian and I definitely hurting too.

Seorang ART menghampiriku dan bilang kalau Kak Saga udah ada di depan. Jadi aku langsung ngambil tasku dan berjalan menuju ke mobil Kak Saga. Melihat aku datang, Kak Saga turun dari mobil dan membantu aku memasukan tas ke bagasi. Setelah itu aku dan Kak Saga masuk ke dalam mobil.


"Gimana perasaan lo sekarang?", tanya Kak Saga ketika mobil udah memasuki jalan raya

"Yah.. Gitu, Kak", ucapku sambil memaksakan diri tersenyum

"Kemarin gue udah cerita sama Oji tentang masalah lo sama Nabila. Oji bakalan bantu ngomong sama Nabila"

"Makasih ya, Kak. Lo udah baik banget sama gue", ucapku sambil menatap Kak Saga

"That's what friends are for, kan", Kak Saga tersenyum sambil melirikku


45 menit kemudian mobil Kak Saga parkir di parkiran kampus. Kami berdua langsung menuju ke lapangan untuk menyambut mahasiswa teknik tahun pertama.

Jantungku berdebar. Aku bakalan ketemu lagi sama Fabian setelah terakhir ketemu itu minggu lalu.


"Nervous?", tanya Kak Saga yang melihatku nggak bisa diem dari tadi

"Gue harus ngapain kalau ketemu lagi sama Fabian, Kak? Lagian kenapa kelompoknya masih harus sama kayak ospek kemarin sih?", tanyaku pasrah

"Hahaha.. Act normal. Ada gue kok. Tenang aja", Kak Saga menepuk pundakku


Aku mengangguk sambil menggigit bibirku.

Orang-orang mulai berdatangan. Panitia mulai berkumpul sesuai dengan kelompoknya. Aku berdiri dengan cemas menunggu mahasiswa dan mahasiswi yang waktu ospek kemarin berada di kelompokku datang semua.

And there he is. Jalan bersama keempat temannya sambil menggendong ransel besar di punggungnya. Sekilas dia kelihatannya baik-baik aja. Dan mata kami bertemu. Seketika aku mematung, karena tatapan Fabian begitu menusuk.

Aku tersadar ketika kurasakan senggolan di bahuku. Aku menoleh dan menemukan Kak Saga mengangguk sambil tersenyum kecil padaku, seakan dia menyadarkan aku dan bilang kalau aku bakalan baik-baik aja. Aku menghela nafas lalu balas mengangguk dan tersenyum pada Kak Saga.

Selama 30 menit ketua pelaksana melakukan briefing lalu semua mahasiswa teknik tahun pertama di giring untuk masuk ke dalam truk tentara yang udah di sewa. Panitia sendiri pergi menggunakan kendaraan pribadi, rata-rata pada pergi pakai motor. Tapi aku, Muri, dan Bonar nebeng mobil Kak Saga. Sekalian memantau truk tentara dari belakang.

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang