Chapter 12

14K 627 9
                                    

AMEL


Setelah malam itu aku seperti orang bingung. Bahkan Serena, satu-satunya teman perempuan terdekatku di Teknik Industri (karena perempuan di fakultas ini langka sekali) beberapa kali menyenggol tanganku karena dia melihat aku spacing out di kelas waktu dosen lagi nerangin.


"Lo kenapa sih?", bisiknya. Kepalanya mendekat kepadaku tapi matanya fokus ke depan

"Gak apa-apa", jawabku sekenanya


Serena hanya mengerutkan kening mendengar jawabanku. Memang biasanya aku selalu fokus kalau di kelas.

Sialan. Semua gara-gara Fabian tiba-tiba nyium aku terus bersikap biasa aja seakan-akan nggak ada yang terjadi. Sisa malam itu kami habiskan dengan nonton Netflix walaupun aku sama sekali nggak nyimak itu acara apa lalu tidur di kamar masing-masing.

Bukannya aku nggak pernah ciuman, I did more than kiss with my ex, BUT, this is Fabian I'm talking about. THE FREAKING FABIAN! NABILA'S LITTLE BROTHER! And what's worse, I don't know whether to be angry or happy because Fabian kissed me. Shit!


"Heh! Ngapain lo?", bisik Serena sambil menahan tanganku yang ternyata meremas kertas jurnal yang ada di hadapanku


O-oww.. Ternyata tanpa sengaja aku melampiaskan apa yang ada di otakku dengan meremas kertas itu. Aku hanya menggeleng menanggapi Serena.

Akhirnya kelas 3 SKS itu selesai juga. Serena mengajak aku ke Kopbel untuk menunggu kelas berikutnya yang akan mulai 1 jam lagi. Sesampainya di Kopbel, aku menuju ke booth roti bakar sedangkan Serena mencari tempat duduk. Ketika aku sedang memesan, ada yang memanggil namaku dari belakang.


"Kak Amel!", panggilnya yang membuat aku langsung menolehkan kepalaku

"Eh, Dio", sapaku sambil tersenyum. Tapi senyumku perlahan menghilang ketika ku lihat ada empat orang lagi di belakang Dio. Ah, tentu aja mereka barengan terus.

"Eh ada kalian juga", sapaku berusaha nggak menatap mata Fabian

"Lagi ngapain Kak?", tanya Burhan

"Baru beres kelas tapi nanti jam 1 ada kelas lagi, jadi nunggu disini sambil makan. Nih lagi pesen roti. Kalian gak ada kelas?"

"Kita juga ada kelas jam 1, Kak", jawab Septi

"Matkul apa?", tanyaku

"Kalkulus, Kak", jawab Septi

"Loh? Gue juga mau masuk kalkulus nanti jam 1. Emang itu kelas gabungan ya?", tanyaku heran

"Wah iya, Kak? Gak tau juga ya kita", kata Dio

"Ya udah kita pesen makan dulu ya, Kak", kata Sandra sambil menarik tangan Fabian. Mau gak mau aku jadi merhatiin Sandra sama Fabian dengan curiga.


Setelah pesan roti dan minum, aku mencari Serena. Serena duduk di kursi panjang dekat tembok yang berbatasan langsung dengan lorong yang menuju ke taman. Dan ternyata Serena nggak sendiri. Udah ada Anggara dan Jody juga disana. Serena, Anggara, dan Jody adalah teman terdekatku di Teknik Industri, tapi kemarin mereka terlalu males untuk ikutan jadi panitia ospek jadi aku sendirian.

Aku duduk di sebelah Anggara dan langsung menyapa Anggara dan Jody. Saking dekatnya dengan kami, aku dan Serena udah terbiasa senderan di bahu mereka, merangkul, atau menyelipkan tangan kami pada lengan Anggara dan Jody kalau lagi jalan.

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang