Chapter 23

11.4K 410 6
                                    

AMEL


Aku terbangun karena suara ponselku yang nggak berhenti bergetar di meja, kayaknya itu telepon deh. Ketika aku mau bergerak, aku merasakan ada tangan yang memeluk pinggangku erat dari belakang. Ah... Seketika aku teringat kejadian semalam hehe.. Aku mengurungkan niatku untuk bangun dan semakin merapatkan tubuhku ke tubuh Fabian lalu kembali merem.

Aku berusaha mengabaikan ponsel yang terus bergetar itu. Tapi setelah 10 menit terus menerus bergetar, sambil merengut aku mengangkat telepon itu.


"Halo", sapaku dengan sedikit ketus

"Melllll..... Lo gimana sih???? Gue telponin dari tadi juga", teriak orang di seberang

"Siapa sih ini?", tanyaku masih dengan mata setengah terpejam

"Eh bangke! Gak kenal sama suara sahabat lo sendiri?! Gue Nabila, anjirrr", pekik si penelepon yang ternyata Nabila

"Ya kan gue masih tidur elah. Ngapain sih lo pagi-pagi gini nelpon? Ganggu aja"

"MASIH PAGI DARI ZIMBABWE?!?! Ini jam 11 SIANG!"

"Ya udah si... Hari minggu ini. Di kamus gue, weekend kalau belum jam 1 itu belum siang. Dah ah, ganggu aja lo", ucapku sambil mengangkat ponsel dari telingaku bersiap untuk matiin sambungan telepon

"HEH! Jangan dimatiin dulu. Gue tadi ke rumah lo, tapi kata Tante Mida lo di apartment. Jadi ini gue otewe kesana. Kira-kira 10 menitan lagi nyampe", kata Nabila

"Oh", jawabku singkat


Tapi tiba-tiba aku membelalakan mata.


"MAU NGAPAIN LO KESINI?!", tanyaku panik

"Ngapa sih lo harus teriak kayak gitu? Budek nih gue lama-lama. Ya gue cuman pengen ketemu sama lo, Mel. Ngopi-ngopi kek. Bosen nih gue"

"T-tapi... G-gue.. Gue belum mandi, Nab", ucapku terbata sambil melirik Fabian yang masih dengan nyenyaknya tidur di sebelahku. Telanjang.

"Yaelahh lo mah kayak ke siapa aja dah. Udah biasa kelesss. Dah ah. See you", ucap Nabila sambil menutup sambungan telepon


Aku membanting ponsel ke sebelah bantal sambil memaki.


"Fabian! Fabian, bangunnnn!!!", aku menggoyang-goyang tubuh Fabian


Fabian cuman mengerang sambil menarik selimut.


"Iiiihh.. Fabian, bangunnn! Nabila sebentar lagi nyampe kesini!", teriakku panik


Fabian langsung membuka matanya.


"Kak Nabila? Ngapain dia kesini?", tanyanya dengan linglung. Kayaknya otaknya belum ngumpul semua deh

"Katanya mau main"

"Hhh... Kirain ada apaan sih, Mel", kata Fabian santai sambil kembali memejamkan matanya

"Ih! Jangan tidur lagi! Kamu harus cepetan keluar. Nabila gak boleh tau kamu disiniiii", aku berusaha menarik tubuh Fabian yang berat

"Ah, masih ngantuk aku", ucap Fabian malas

"Pleaseeee, Fabian..", ucapku sambil memelas


Fabian hanya pasrah lalu berdiri dari kasur tapi sebelum itu dia malah sempet-sempetnya mengecup bibirku. Dia santai aja jalan ke kamar mandi dengan tubuh telanjangnya itu, sementara aku langsung memalingkan muka ke arah lain melihat pemandangan bokong Fabian yang sempurna.

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang