Chapter 33

8K 368 10
                                    

AMEL


Kak Saga mengantarkan aku pulang ke rumah. Bahkan Kak Saga membantu aku untuk jalan ke kamarku di lantai dua. Setelah itu Kak Saga pamit karena katanya dia ada janji sama orang lain setengah jam lagi.

Ibu yang melihat aku yang cedera langsung heboh.


"Aku gak apa-apa, Bu", ucapku menenangkan Ibu yang duduk di kasurku

"Kok bisa sampe jatuh sih?", tanya Ibu panik

"Aku yang salah sih hehe.. Lagi nggak fokus jadi aku nggak liat ada jalan yang bolong. Jatuh deh. Tapi udah gak apa-apa kok. Udah di urutin sama temennya Kak Saga"

"Tapi bener gak ngurutnya? Kita ke dokter aja ya", ajak Ibu

"Kalau sampai tiga hari aku masih nggak membaik, baru ke dokter ya", ucapku sambil menggenggam tangan Ibu


Ibu menatapku dalam diam. Aku jadi grogi ditatap kayak gitu.


"Kenapa sih, Bu?", tanyaku sambil tersenyum kaku

"Ini gara-gara kamu putus sama Fabian dan Nabila yang marah sama kamu ya?", tanya Ibu sambil memicingkan matanya


HAH?! Tau dari mana Ibu tentang itu?!


"I-ibu t-tau dari mana?", tanyaku terbata

"Ibu ini ibu kamu. Ibu tau kapan kamu lagi seneng, lagi sedih, lagi marah.. Emangnya Ibu gak merhatiin kalau beberapa bulan belakangan kamu sering pergi sama Fabian? Sering di anter jemput juga. Awalnya ibu kira karena kalian udah saling kenal dari lama, tapi ngeliat muka kamu yang cerah terus ibu jadi nyimpulin sendiri kalau diantara kamu sama Fabian pasti ada sesuatu. Dan seminggu ini kamu murung dan ngurung diri terus di kamar, Ibu tau pasti udah terjadi sesuatu"

"Maaf ya, Bu, aku nggak ngomong ke Ibu", ucapku merasa bersalah

"Beberapa hari yang lalu Mila telpon Ibu. Ternyata Ibu bener. Dia cerita semuanya tentang Nabila yang marah karena kamu sama Fabian nyembunyiin hubungan kalian, kamu sama Fabian yang berantem terus putus, Nabila sama Fabian yang sampe hari ini nggak saling ngomong, ya gitu semua diceritain sama Mila", ucap Ibu sambil mengelus rambutku


Aku menitikkan air mata. Ibu dengan muka ibanya menatapku lalu menghapus air mata yang mengalir di pipiku.


"Aku harus gimana, Bu?", isakku

"Kamu udah coba ngomong sama Nabila?", tanya Ibu

"Udah. Tapi dia tetep marah sama aku. Makanya aku gak berani nyamperin dia lagi, takut dia marah lagi sama aku"

"Yang namanya sahabatan itu pasti ada masanya berantem. Tapi Ibu yakin kok, kamu sama Nabila bakalan baikan secepatnya. Biasanya juga kan gituu", ucap Ibu

"Tapi biasanya aku sama Nabila gak pernah marahan lebih dari satu hari, Bu. Ini udah seminggu lebih berapa hari coba", ucapku sambil cemberut. Ibu terkekeh.

"Terus sama Fabian gimana?", tanya Ibu


Aku mengela nafas berat.


"Nggak tau, Bu. Kayaknya emang lebih baik kalau aku gak sama Fabian deh", ucapku lirih. Ibu menatapku lembut.

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang