Chapter 20

12.7K 469 6
                                    

AMEL


Aku udah memutuskan kalau aku gak akan pergi sama Kak Saga. Walaupun akunya jadi gak enak, tapi aku harus bilang sama Kak Saga kalau aku lagi deket sama cowok dan cowok itu gak akan suka kalau aku pergi dengan Kak Saga walaupun hanya sebagai teman. Untungnya Kak Saga ngerti walaupun aku mendengar nada kecewa di dalam suaranya tadi.

Tapi kalau aku gak bilang gitu sama Kak Saga, dia bakalan terus ngajakin aku jalan. Sedangkan aku tau banget kalau Fabian gak akan suka. Dan aku gak mau bikin Fabian bete.

Walaupun aku gak jadi nemenin Kak Saga ke resto temennya, aku tetep akan ketemu Kak Saga nanti malem karena dia mau pinjem kalkulator ilmiah punya ku. Kalkulator Kak Saga rusak katanya, sedangkan dia perlu untuk kuis besok. Kemarin aku udah terlanjur menyanggupi untuk pinjemin kalkulator, dan karena ini udah mepet, Kak Saga bilang dia cuman bisa pinjem kalkulatorku karena yang lain udah dipinjem juga. Jadi mau gak mau Kak Saga tetep bakalan ngambil kalkulator ke apartemen. Aku janjian sama Kak Saga untuk ketemu jam 7 malam.

Ah iya, karena perlengkapan kuliahku kebanyakan ada di apartemen, termasuk kalkulator, jadi jam 5 sore aku naik ojol ke apartemen. Aku bilang ke Ibu dan Ayah akan nginep di apartemen dan pulang besok siang karena mager kalau harus bolak-balik rumah-apartemen cuman buat ngambil kalkulator doang. Kalau bukan gara-gara gak enak sama Kak Saga karena udah nolak ajakannya, aku males sebenernya harus ke apartemen.

Masih ada satu jam sebelum Kak Saga datang, jadi aku duduk di sofa ruang TV dan nyalain Netflix, aku mau lanjutin nonton drama korea yang kemarin belum sempet aku tamatin. Hmm.. Aku perlu ganti baju gak ya? Aku lagi pake legging hitam dengan sweater rajutan abu sih.. Jadi kayaknya gak usah ganti, masih nyaman lah buat dipake di dalem rumah. Terlalu males buat ganti baju jadi aku langsung buka Netflix aja di TV.

Lagi seru nonton, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu apartemenku dengan terburu-buru. Siapa ya? Nabila gitu? Tapi aku gak ada janji sama Nabila. Atau Kak Saga? Ah gak mungkin juga, dia kan gak tau unit apartemenku yang mana. Aku pause Netflix dan berjalan ke arah pintu.

Hanya sedetik setelah aku membuka pintu, tiba-tiba tubuhku di tabrak dan di peluk dengan erat. Loh? Fabian?


"Bi?", tanyaku bingung sambil mengusap punggung Fabian


Fabian nggak menjawab. Ku rasakan badannya bergoyang-goyang seiring dengan nafasnya yang memburu. Dia habis lari apa gimana sih?


"Hey, kamu kenapa?", tanyaku dengan lembut


Fabian melepaskan pelukannya dan memegang bahuku dengan erat. Matanya menatap dengan tatapan memohon padaku.


"Jangan pergi", ucap Fabian

"Hah?", tanyaku bingung

"Jangan pergi sama Kak Saga. Aku gak mau kamu pergi sama Kak Saga", jelas Fabian


Ah... Ternyata gara-gara ini. Aku tersenyum lalu mengusap wajah Fabian.


"Aku gak akan pergi sama Kak Saga" ucapku

"Tapi tadi aku liat dia ada di bawah. Jangan pergi sama dia. Please", mohon Fabian dengan mata sayunya. Remasan tangannya di bahuku semakin terasa kencang.

"Aku gak akan pergi sama Kak Saga, Bian. Aku udah bilang sama Kak Saga kalau aku gak akan pergi sama dia. Dia kesini karena mau pinjem kalkulatorku untuk kuis besok", ucapku memberikan penjelasan pada Fabian

But I Still Want You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang