Meletus balon merah

592 68 36
                                    

Amplop yang digenggam arthit saat ini sungguh buat dia membeku.

Arthit menarik nafas panjang lalu berdiam diri menata pikiran nya lalu menghubungi seseorang.

"Kong, surat nya sudah datang" kata arthit

Dan penerima telpon dari arthit pun menjawab "aku segera pulang"

Setelah percakapan singkat itu, arthit kembali menarik panjang nafas nya sambil membaca ulang surat di tangan nya.

Amplop yang berisi surat tentang keberadaan seorang anak yang selama ini dia cari..

Seorang anak yang dia temui dan kenal beberapa bulan lalu lewat program perduli panti asuhan dari kantor nya dan kongpob

Seorang anak yang sangat menyukai balon..

Seorang anak yang kenal kan dirinya sebagai FIAT

Arthit menarik nafas lalu tunduk kan kepala nya, memori nya tentang anak itu kembali muncul.

Saat itu..

Arthit dan kongpob sedang adakan kegiatan bakti sosial di rumah panti asuhan.

Ada 15 orang dari kantor arthit dan kongpob yang ikut serta, mereka membawa banyak barang, ada baju layak pakai, ada makanan, ada mainan dan ada balon warna warni.

Ada total 27 anak di panti asuhan itu, dari umur 12 sampai yang paling muda berumur 7 tahun.

Banyak alasan hingga 27 anak itu bisa berada disana, mulai dari ditelantarkan orang tua nya, sampai ke alasan paling klasik.. menitipkan tanpa pernah kembali.

Salah satu dari 27 anak itu adalah fiat, seorang anak berumur 7 tahun.

Saat pertama kali arthit melihat nya, fiat sedang melihat kagum pada deretan balon yang berwarna warni.

Mungkin karena kondisi tubuhnya, fiat hanya sanggup memandang tanpa berani ikut berkerumun untuk rebutan meminta balon.

Banyak pertanyaan di otak arthit saat itu..

"Kenapa tubuh nya kecil sekali untuk umur 7 tahun?"

"Kenapa dia kurus sekali"

"Kenapa jalan nya harus menyeret kaki nya yang satu lagi?"

"Kenapa ada bekas luka di kening mungil itu?"

Tanpa arthit sadari, dia kini sudah berdiri di dekat fiat yang memandang balon dengan kagum.

"Mau balon?" tanya arthit lembut.

Fiat memandang arthit yang bertanya pada nya lalu menggeleng.

"Kenapa tidak mau?" tanya arthit heran.

Fiat meminta arthit untuk menunduk lalu berbisik "nanti balon merah nya meletus, hati fiat sangat kacau" lalu tertawa dengan suara mungil nya.

Dan arthit mulai menitik kan airmata melihat tawa itu.

"Om kenapa nangis? Seharusnya tertawa, semua orang selalu tertawa saat fiat bilang itu" tanya fiat kecil

"Om menangis karena fiat punya hati yang sangat baik, mau menghibur om yang sedang galau" jawab arthit.

Fiat tersenyum kembali pada arthit kemudian kembali memandang balon dengan kagum.

Arthit melangkah menuju rekan nya yang membagi balon dan meminta sebuah balon berwarna merah.

Balon itu dibawa pada fiat dan tentu saja fiat dengan girang menerima nya.

Just Another Ordinary Day Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang