Berjuang Bersama

563 72 16
                                    

Matahari senja terlihat bersinar indah di pantai yang sedang sepi manusia ini..

Hanya ada beberapa insan terlihat, termasuk sepasang pria yang saling diam saat ini.

Salah satu nya sedang menatap jauh ke lautan luas penuh cahaya senja.

Sedang yang satu nya, menatap pria yang terlalu sibuk memandang laut.

"Phi, maafkan aku" kata pria itu dengan selembut mungkin pada pria yang pandangan nya terus menatap laut.

"Kong, jika seandainya, orang tua mu meminta kita pisah bagaimana?" tanya arthit, sang pria yang menatap laut.

"Aku akan berjuang untuk kita" jawab kongpob penuh ketegasan.

"Memilih ku atau keluarga mu bukan lah hal baik Kong" jawab arthit.

"Tapi pilihan itu terjadi phi, aku akan perjuangkan kita, berikan aku waktu untuk bicara ke mama" jawab kongpob.

"Aku merasa kalau aku ini penjahat, anak yang dibesarkan berpuluh tahun dengan cinta lebih memilih orang lain daripada mama yang sudah besarkan dia" kata arthit dengan nada ketus.

"Phi bukan orang lain! Dan phi tidak merebut aku!" jawab kongpob dengan nada tinggi.

Mata yang tadi nya menatap laut kini berganti menatap kongpob..

Mata yang menatap sendu seakan menahan sakit saat akan ucapkan...

"kita break dulu Kong"

Kongpob terdiam tidak mampu mengejar tubuh arthit yang berlalu setelah mengatakan hal paling menyakitkan untuk mereka dua.

Arthit berlalu tanpa menoleh kebelakang, ada rasa sakit karena kongpob tidak mengejar nya, tapi juga ada rasa lega luar biasa karena kongpob tidak mengejar nya juga.

Airmata yang menetes seiring senja itu buktikan rasa perpisahan yang menyakitkan.

Tujuan mereka ke pantai ini seharusnya untuk rayakan peringatan hari ulang tahun kongpob.

Siapa yang menyangka kalau dunia itu sangat sempit sampai mampu pertemukan mereka berdua dengan kedua orangtua kongpob yang sedang ada urusan kerja di tempat yang sama.

Mana bertemu nya saat arthit dan kongpob  sedang berciuman, siapa yang tidak shock.

Pertemuan tidak sengaja itu dengan segera berubah menjadi "rapat" dadakan antara dua pihak.

arthit yang terus menunduk tidak mampu angkat suara di depan kedua orang tua kongpob.


Dia merasakan takut dan gelisah disaat yang bersamaan.


Di otak nya saat ini sedang ada perang besar.

"kenapa kalian diam? Apa harus mama tanyakan hal yang sudah jelas terjadi tadi?" tanya mama kongpob dengan nada tegas.

Arthit yang mendengar itu hanya tertunduk, dan kongpob menarik nafas panjang.

"Kong juga tidak perlu menjelaskan tentang apa yang sudah jelas terjadi tadi ma" kata kongpob.

"siapa dia nak?" tanya lembut sang papa.

"Aku hanya mencium orang yang aku cintai, jadi papa bisa ambil kesimpulan dari kejadian tadi bukan?" jawab kongpob sambil menatap arthit yang masih tertunduk.

"Kenal kan dirimu nak" kata sang papa.

Arthit perlahan angkat kepala nya lalu berikan hormat kemudian menyebutkan nama nya "saya arthit paman"

Just Another Ordinary Day Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang