“Aku hanya ingin sebuah pengakuan,"
— Taehyung —
•••
Pagi itu mereka sudah di sambut dengan beberapa lembar kertas ulangan di atas meja, tapi ada satu lembar lain yang membuat Lisa tertarik "Tentukan Universitas Impian mu" disana tertera beberapa kolom yang harus di isi sesuai minat, tapi Lisa tak dapat melakukannya. Sedari kecil hingga saat ini ia terus mengikuti kata ayah nya.Kenapa hanya dirinya yang diperlakukan seperti ini? Ketiga kakaknya yang lain bebas menentukan apa yang ingin mereka lakukan tapi Lisa sebagai bungsu harus selalu melakukan apa yang ayahnya inginkan seolah ia tengah menjalani hidup yang bukan benar-benar miliknya.
Lisa memilih untuk menyingkirkan kertas itu dan memasukannya ke dalam laci meja lalu ia mulai fokus untuk mengerjakan kertas ulangannya.
•••
"Kau ingin masuk universitas mana?" Tanya Eunha sembari menyantap makan siang nya.
"Molla." Lisa menjawab dengan acuh, seolah itu bukan hal penting baginya.
"Yak! Kau ini seperti tidak memiliki tujuan hidup tahu! Bukankah kau ingin mengikuti audisi YG entertainment?" Ujar gadis bermarga Jung itu lagi, ia merasa kesal pada sahabatnya karena setiap kali ia bertanya apa yang akan Lisa lakukan atau apa tujuan gadis itu setelah lulus nanti si poni selalu menjawab tidak tahu dan tidak tahu.
"Audisi kata mu?" Lisa mengulang kalimatnya dengan kekehan, "Kau pikir ayah ku akan mengizinkan nya huh?" Mendengar itu Eunha menghelat nafasnya sesaat dan menatap tajam manik bambi si poni.
"Yak Lalisa! Apa kau akan terus hidup di bawah kendali ayah mu? Tanya pada dirimu sendiri apa yang sebenarnya kau inginkan, kau yang akan menjalani hidup mu kedepannya bukan orang lain, bukan ayah mu bukan juga keluarga mu!" Gadis itu menekan setiap kalimatnya dengan bersungguh-sungguh.
"Aku selalu menganggap apa yang menjadi pilihan appa itulah yang terbaik," kata Lisa dengan lemah, "Aniya Lisa, tidak semua yang ayah mu anggap baik itu baik juga untuk dirimu!" Eunha sudah kehabisan kata untuk menasehati sahabatnya ini.
"Bagaimana denganmu? Apa kau akan meneruskan perusahaan ayah mu?" Pertanyaan itu membuat Eunha terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk, lalu .. bukankah mereka sama? "Tapi, appa menawarkan dua pilihan. Saat aku sudah yakin dengan mimpi ku maka aku boleh mengejarnya, meneruskan perusahaan bukankah prioritas utama."
Lisa tersenyum, ternyata mereka tidak sama. Selama ini Lisa memang terlalu penurut, dia sama sekali tidak ingin membandingkan ayah nya dengan ayah Eunha atau ayah siapapun di dunia pini, Ji Chang Wook adalah ayah terbaik untuk nya dan untuk ketiga kakaknya, Lisa hanya merasa terkadang ia benar-benar tak bisa melakukan apapun tanpa sosok Chang Wook dan tak berguna
Drrrt drrrt drrt
"Ah benar! Aku hampir saja melupakan sesuatu!" Pekik Lisa saat melihat siapa yang mengirim pesan.
"Mwo?!" Tanya Eunha.
"Ah Eunha-ya, bolehkah aku meminta tolong?" Eunha memicingkan matanya, perasaan nya mulai tidak nyaman saat Lisa tiba-tiba menggenggam tangan nya.
"Tidak."
"Oh ayolah sekali saja, kumohon~"
"Andweyo!"
"Ah Molla, pokoknya jika nanti Chayeong Unnie bertanya kemana aku pergi bilang saja kita ada kerja kelompok di rumah mu ya." Mohon Lisa yang membuat Eunha seketika menjauhkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Respect, appa!
Фанфик"Aku muak dengan ini semua! Aku muak dengan semua larangan mu! Aku muak menjadi penurut! Aku muak menjadi seorang Lalisa! Aku benci Appa!" Teriak Lisa tepat di hadapan sang ayah dengan tangis pilunya, dia bahkan menunjuk tepat pada wajah ayahnya itu...