Happy reading jangan lupa untuk vote dan komen nya yaa guyss
•••
Pagi itu Jennie berjalan gontai menuju lantai tiga di rumah nya, suasana masih terasa sunyi bahkan matahari belum berani menunjukkan sinarnya.
Tepat di depan sebuah pintu kayu bertuliskan 'Markas rahasia', Jennie tekan knop pintu yang terasa begitu dingin itu, tampak sekali bahwa siapapun atau bahkan pemiliknya belum mengunjungi tempat ini lagi.
Seketika aroma lavender menyeruak masuk ke dalam rongga penciumannya, belum sempat Jennie kembali melangkahkan kakinya kilas balik kenangan mereka bersama adik bungsunya terputar begitu saja.
Jennie menangis tanpa suara, membekap mulutnya rapat-rapat dan terjatuh bersimpuh didepan sebuah bingkai foto besar dimana ada foto Lisa disana.
Menggunakan seragam kebanggaan nya, Lisa tersenyum tipis dengan tatapan tajam itu.
"Lisa-ya katakan bahwa Lisa akan pulang, 'kan?" Jennie mengusap lembut wajah dalam foto itu.
"Mianhae, jeongmal mianhae.. tak seharusnya unnie menyalahkan Lisa atas ini semua, bukankah masih banyak hal yang ingin Lisa lakukan bersama? bogoshipoyo .."
Dalam kesedihannya itu, Jisoo datang dan mengusap lembut bahu adiknya. "Lisa pasti akan pulang, dia berjanji untuk selalu pulang .." Jennie semakin menangis mendengar itu.
"Aku ingin Tuhan membawa adikku pulang ke rumah ini, baik dalam keadaan hidup atau tidak. Aku ingin Tuhan mengembalikan Lisa pada kita setidaknya sekali lagi unnie, aku ingin memeluk nya seperti apa yang dia mau .."
Jisoo terlihat tak baik-baik saja, tapi gadis itu berusaha tetap kuat dihadapan ibu juga kedua adiknya, gadis itu pintar menyembunyikan kesedihannya sehingga disaat seperti ini Jisoolah yang menjadi penenang walaupun pada kenyataannya gadis itu hampir gila.
Ceklek
"Lisa?" Yoona tampak sumringah saat mendengar suara pintu itu terbuka, tapi setelah melihat siapa yang datang wanita itu menarik senyuman nya.
"Kenapa kau sangat sering kemari? Dasar pembohong! Kau bilang akan membawa Lisaku, kau bilang kau akan mengajakku bertemu dengan nya! Kau pembohong! Kau pembohong!" Yoona melempari Jisoo dengan bantal dan guling yang ada disekitarnya.
Jisoo tak berusaha melawan gadis itu memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara sebanyak yang dia bisa.
"Pergi kau! Pergi! Jangan mendekat!" Teriak Yoona berusaha menyingkirkan tangan Jisoo yang hendak menyentuhnya.
"Aku juga putri mu eomma! Naneun Jisoo! Putri Pertama mu! Mengapa hanya aku yang eomma lupakan? Aku juga putri eomma!" Tanpa sadar Jisoo menaikan nada suaranya, padahal semua orang tahu, bahwa Jisoo adalah yang paling sabar untuk menghadapi penyakit ibunya itu.
Menyadari hal itu Jisoo segera berlutut dihadapan ibunya, "mianhae, jeongmal mianhae, eomma ingin bertemu Lisa, 'kan? Jisoo tak bisa menjanjikannya tapi---"
"Unnie," belum sempat Jisoo melanjutkan kalimatnya, Rose dan Jennie lebih dulu memotong perkataan Jisoo dan mengajak kakaknya itu keluar.
"Apa kau sudah mempertimbangkan pembicaraan kita tadi malam?" Tanya Jennie.
"Aku sudah mengatakan untuk tidak membahas hal ini lagi!" Sentak Jisoo, gadis itu tahu kemana arah dari pembicaraan mereka.
"Penyakit eomma bukanlah sesuatu yang bisa kita rawat di rumah seperti ini unnie, walaupun kau seorang dokter tapi ini bukan keahlian mu!" Kini Rose yang bicara, gadis itu mencoba menyadarkan Jisoo bahwa kondisi mental ibunya tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Respect, appa!
أدب الهواة"Aku muak dengan ini semua! Aku muak dengan semua larangan mu! Aku muak menjadi penurut! Aku muak menjadi seorang Lalisa! Aku benci Appa!" Teriak Lisa tepat di hadapan sang ayah dengan tangis pilunya, dia bahkan menunjuk tepat pada wajah ayahnya itu...