29. I'll Pick You Up

1.2K 198 23
                                    

Happy reading jangan lupa untuk vote dan komen nya yaaa

•••

Rosé mendorong kursi roda ibunya berbalik arah, mereka hendak pulang setelah pemakaman Chang Wook selesai dilakukan. Dengan senyum teduhnya Jisoo dan Jennie bersama-sama mengangkat tubuh Yoona masuk kedalam mobil dan Rosé melipat kursi rodanya untuk di masukan kedalam bagasi.

Dokter bilang, Yoona mengidap depresi dan demensia yang sewaktu-waktu bisa saja kambuh, Yoona tidak akan ingat hari ini, wanita itu pun bahkan terkadang enggan di sentuh oleh putri nya karena Yoona pikir mereka orang asing.

Hari itu tak ada satupun orang datang untuk melayat, mereka seperti hanya hidup berlima dalam dunia ini, tidak ada kerabat atau saudara yang datang dan menanyakan kabar mereka, layaknya sampah, mereka sudah di buang.

"Apa Lisa masih sulit untuk di hubungi Rosé?" tanya Jennie, Rosé mengangguk lemah sambil kembali mengecek ponselnya.

"Kita tidak akan menjual rumah ini sampai Lisa berhasil di hubungi," ujar Jisoo, "bagaimana pun Lisa harus ikut andil dalam keputusan besar ini, 'kan?" tanya Jisoo pada kedua adiknya.

Setelah mansion ini di jual, mereka berencana untuk pindah ke desa dan memulai kehidupan baru disana, lepas dari bayang-bayang kenangan pahit di kota impian ini (Seoul) dan meninggalkan kenangan indah di rumah ini bersama sang ayah.

Bukan tega, tapi Jisoo pikir ini yang terbaik, jika terus berada disini dengan lirikan sarkas orang-orang mereka tidak akan pernah bisa sembuh.

Berusaha tidak peduli pun rasanya sudah tak bisa lagi mereka lakukan, karena nyatanya mental mereka tidak sekuat itu untuk acuh.

"Maaf ya, jika keputusan ini membuat kalian harus kembali memulainya dari nol," Jisoo berujar lirih sambil menggenggam tangan adik-adiknya.

Rosé dan Jennie langsung memeluk tubuh kakak nya itu erat, mereka tidak akan pernah membiarkan Jisoo merasa bersalah atas semua yang terjadi dihidup mereka.

"Setelah kejadian ini, aku menjadi sadar bahwa aku hanya memiliki kalian di dunia ini, aku pikir tidak apa-apa jika kita kembali seperti dulu asal aku masih bisa melihat Eomma, Jisoo unnie, Jennie unnie dan Lisa yang mendukung ku," ujar Rosé penuh dengan ketulusan, Jennie setuju dengan itu dia tak perlu menjadi jaksa paling kompeten di kota kebanggaannya ini jika itu semua tidak ia lakukan dengan tulus.

Jennie hanya suka hidupnya yang dulu, sederhana dan penuh kehangatan.

••

"Lisa! Lisa! Lisa!" panggil Yoona pada putri bungsunya itu dengan ribut, hingga Jisoo berlarian menghampiri sang ibu untuk menenangkan nya.

"Lisa belum pulang eomma," ujar Jisoo selembut mungkin. Saat tangan Jisoo hendak meraih pundak ibunya Yoona menepis tangan itu dengan kasar. "Jangan menyentuh ku, kau siapa?!" Jisoo tetap berusaha menggapai tubuh sang ibu untuk ia peluk.

Setelah Yoona berhasil ditenangkan Jisoo kembali turun untuk bergabung bersama kedua adiknya di ruang TV, "eomma menanyakan Lisa lagi?" tanya Jennie, Jisoo mengangguk lelah.

"Kenapa sampai saat ini Lisa belum juga menghubungi kita? Dia tidak datang ke pemakaman appa, dia tidak memberikan kabar, gadis itu sama seperti semua orang yang membuang kita!" Sentak Rosé, kedua kakaknya terkejut dengan apa yang adiknya itu katakan, tapi apakah situasi Lisa memang sesulit itu bahkan untuk menghubungi keluarganya?

•••

Lisa terduduk lemah menyandarkan tubuh ringkih nya pada sebuah batu besar di tengah gelapnya malam kala itu, gadis itu merintih kesakitan saat berusaha mengangkat lengannya.

Respect, appa! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang