32. Like Him

964 169 14
                                    

Happy reading jangan lupa vote dan komen nya ya guys!

•••


"Hei dia bangun."

"Cepat beritahu Mingyu gadis ini bangun!"

Samar-samar Lisa mendengar suara beberapa orang di sekitarnya, kedua manik bulat kecoklatan itu terbuka perlahan dan mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Lisa merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya, gadis itu meringis tertahan. "Hey nak, perlahan saja jangan terlalu banyak bergerak," ujar seorang wanita berumur yang berusaha menenangkannya.

Aksen mana itu? Lisa merasa asing mendengarnya dan dimana dia sekarang.

"Halmeoni dia sudah sadar?" Tanya seorang pemuda yang baru saja tiba.

Pemuda berkulit tan itu tersenyum dengan mata yang berbinar ke arah Lisa, si poni tampak kebingungan. Lisa mencoba mengingat sesuatu namun tak ada yang bisa dia ingat.

Sudah berapa lama gadis itu tertidur?

"Kau pasti kebingungan dan banyak sekali yang ingin kau tanyakan, 'benar?" tanya pemuda itu, sambil membawakan Lisa semangkuk sup dan segelas air.

Lisa tak memberikan respon apapun selain menatap kearah lawan bicaranya.

"Kau mengalami koma selama hampir satu tahun," katanya yang membuat Lisa terkejut.

"Satu tahun?" tanyanya.

"Ya, kau tak ingat kejadian malam itu? Kau menginjak ranjau saat terkepung oleh tentara kami."

Lisa mulai mengingat nya satu persatu, kepingan ingatan puzzle ia coba susun di otaknya dan ya ...

"Kau salah satu dari mereka? Aku masih hidup dan tempat ini adalah Korea Utara?" tanya Lisa bertubi-tubi.

Pemuda itu tersenyum hambar. "Benar dan kau berada di rumah ku, di Korea Utara."

"Kenapa kau menyelamatkan ku?" Hanya itu yang bisa Lisa tanyakan saat ini di tengah kewaspadaannya.

"Karena ayah mu." Saat mendengar kalimat itu Lisa tertegun entah mengapa Lisa menjadi sangat sensitif dengan kata 'ayah' ada luka besar dan dalam di hatinya tentang sosok yang sangat amat berarti dalam hidup nya itu.

Lisa mengulum bibir bawahnya menahan tangis, "Aku sudah mendengar semuanya tentang Jenderal Ji dan ..... "

".. dirimu." Pemuda itu memperlihatkan sebuah kunci berwarna emas yang sudah berkarat, kunci itu ia jadikan kalung yang tersembunyi dibalik kaosnya.

"Saat usiaku empat belas tahun aku dan ayahku tertangkap oleh tentara Korea Selatan karena kami menyusup melewati hutan perbatasan, kami berniat untuk mencari keberadaan ibuku yang kabur ke Korea Selatan dengan cara menyusup, tapi kami gagal dan malah dijadikan tawanan," ujar Mingyu dengan sendu.

"Kami memohon untuk tidak dikembalikan ke Korea Utara karena aku benar-benar berharap akan bertemu dengan ibuku, tapi tentara disana malah menyiksa ayah dan memaksa kami untuk kembali, tapi .. aku melihat seorang pria yang amat disegani, berjalan ke arah ku dan menatap kedua mataku dengan tegas,"

"Pria itu menepuk kedua pundak ku dan berkata 'Dua Minggu, cari ibumu dan kembalilah ke Korea Utara apapun kabar yang kau dapatkan tentang nya nanti' aku sangat ingat nama yang tertera di jas itu 'Ji Chang Wook' dia membebaskan ku dan ayah." Lisa tertegun, kedua maniknya menatap lurus ke arah Mingyu.

"Walaupun pada akhirnya sesuatu yang pahit kami ketahui tentang ibu tapi aku merasa puas karena sempat bertemu dengannya untuk yang terakhir kali." Ada kesedihan mendalam dari nada dan tatap mata pemuda berkulit tan itu, Lisa bisa merasakannya.

"Tapi setelah kembali ke rumah entah mengapa aku memiliki tekad yang begitu kuat untuk menjadi sekeren tentara itu, sekeren Ji Chang Wook yang membebaskan ku dan ayah." Lisa menangis, gadis itu tak bisa membendung air matanya. Benar 'kan, ayahnya memang sekeren itu, ayahnya yang terbaik terlepas dari semua kejahatannya yang tak termaafkan.

"Saat mendengar kabar menggemparkan itu aku tak pernah menyangka dia yang melakukan semuanya, hingga aku mencari tahu tentang keluarganya dan kau, kau yang memiliki karir seperti ayahmu, dan kau yang berbicara di konferensi pers itu."

"Aku mengawasi mu dan aku seperti melihat Ji Chang Wook lain yang ada dihadapan ku saat kau dengan beraninya menginjak ranjau itu .." kata Mingyu sambil menatap Lisa.

"Kau ada disana?" tanya Lisa ragu, pasalnya Lisa merasa tidak melihat Mingyu disana.

"Ya, dan aku yang membawa mu kemari, aku ingin kau pulang dan kembali kepada keluarga mu, singkatnya aku ingin membalas kebaikan ayah mu," kata Mingyu bersungguh-sungguh.

"Jika kau ketahuan menyelamatkan seorang musuh maka kau---"

"Aku menjadi seorang prajurit karena termotivasi oleh ayahmu, apapun kejahatan yang telah dia lakukan aku hanya melihat satu sisi baik yang takkan pernah aku lupakan yaitu .. pada saat dia meminta anak buahnya untuk berhenti memukuli ayah dan membebaskan kami."

Lisa benar-benar merasa ayahnya ada disini, pria itu menepati janjinya pada si bungsu untuk selalu ada disamping Lisa dan tidak meninggalkan nya sendirian.

"Besok pukul dua pagi aku akan mengantarmu ke pelabuhan, pergilah bersama kapal bermuatan yang akan berlabuh di laut Kuning. Pastikan untuk sampai ke rumah dan bertemu keluarga mu," ujar Mingyu tanpa berbasa-basi lagi.

Setelah bercerita panjang lebar pemuda itu kembali bersikap dingin seolah tak peduli pada Lisa.

Saat Lisa hendak turun dari ranjang tubuh gadis itu terhuyung hampir jatuh jika tidak ditangkap oleh lengan kekar Mingyu.

"Kaki ku .." ujar Lisa lirih.

"Dokter bilang kemungkinan kau untuk berjalan normal lagi agak sulit." Mingyu mengatakannya dengan nada dingin namun khawatir dan Lisa yang mendengar nya mencelos sakit.

"Aku .. cacat?" jerit gadis itu didalam hatinya, Lisa tidak mengatakan apapun saat Mingyu kembali membawa tubuh nya untuk duduk ditepi ranjang.

Lisa senang bisa kembali ke rumah tapi dengan kondisinya yang seperti ini, dia akan menjadi beban untuk keluarganya, Lisa akan membuat kakak dan ibunya kerepotan terlebih dia sudah tidak bisa lagi menjadi seorang tentara.

Keterdiaman Lisa membuat Mingyu peka bahwa gadis itu tengah memikirkan segala kemungkinan yang Lisa takutkan akan terjadi.

"Hey .. mereka tak peduli bagaimana pun kondisi mu, mereka akan sangat senang kau pulang tanpa memperdulikan kau seperti apa, mereka hanya ingin kau kembali ke rumah."

Mendengar hal itu Lisa kembali menangis dengan seutas senyum tipis namun hambar dari bibir pucat itu. "Aku hanya akan menyusahkan mereka." Hanya kalimat itu yang terukir permanen di otaknya.

Bandung, Jumat 19 April 2024
Note : haii guyss apa kabar? Makasih yaa yang sudah setia dan nanyain book ini kapan update nya, aku baru ada waktu untuk nulis lagi guys, maaf banget. Dan mungkin chapter ini aga kurang ngefeel aku minta maaf yaa semoga kalian sukaa 🙌😣

Respect, appa! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang