PS.2 30 - Penculikan

42 4 0
                                    

Nafasku kian memburu. Aku telah mengunci pintu dan jendela dengan sangat rapat. Aku benar-benar takut. Aku tidak tahu siapa yang mengikutiku. Namun, aku yakin orang tersebut bukanlah orang baik-baik. Pikiranku kali ini hanyalah tertuju pada ibuku.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai masa lalu ibuku, sepertinya aku tidak bisa berhenti cemas dan laki-laki berpakaian hitam tadi menjadi salah satu alasan ketakutanku.

Aku tidak tau siapa laki-laki tersebut, namun yang jelas aku tahu kalau orang tersebut adalah orang jahat.

"Ada apa, Nak?" tanya Bi Shanti yang terlihat sangat cemas.

"Ada seseorang di luar, Bi. Aku nggak tau tau itu siapa tapi yang jelas, Dia orang jahat." kataku.

Aku mencoba menjelaskan apa yang terjadi dengan cepat dan sangat ketakutan.

Bi Shanti langsung mengamati dari kaca jendela. Aku buru-buru menarik Bi Shanti agar orang jahat itu tidak sampai melihat wajah Bi shanti.

"Ndak ada orang, Nak." kata Bi Shanti.

"Ada, Bi. Dia pakaian serba hitam." kataku.

Pada saat aku sedang menjelaskan apa yang terjadi kepdaa Bi Shanti, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Aku sontak terkejut. Kakiku mulai lemas dan aku mulai berpikiran yang tidak-tidak. "Siapakah yang datang ke rumahku malam-malam?" gumamku.

Bi Shanti mengamati wajahku dengan waut khawatir.

"Tolong jaga Mama, Bi. Apapun yang terjadi jangan biarkan mama sendiri." kataku.

"Tidak, Nak. Kamu mau ke mana?" tanya Bi Shanti yang terus mengkhawatirkan aku.

"Masuklah, Bi. Aku mohon." kataku.

Bi Shantipun menurut dan masuk ke kamar mama. Akupun mengambil nafas. Aku siap menjemput maut kalau memang yang datang ke rumahku adalah maut.

Akupun mulai membuka pintu yang sebelumnya sudah ku kunci rapat-rapat.

"Ada apa?" tanya seseorang yang sangat aku kenal. Dia adalah Ghifari.

Aku hampir saja terjatuh kalau saja dia tidak menahan tubuhku. Aku benar-benar hampir gila saat memikirkan orang yang mengetuk pintu adalah penjahat tadi.

"G-ghifari?" kataku.

"Iya, ini gue. Lo kenapa? Siapa yang ngejar lo? Kenapa lo sampai kayak gini?" tanya Ghifari.

"Gue nggak tau, Ghif. Ada orang yang ngikutin gue. G-gue ..." kataku.

"Apa?" tanya Ghifari.

"G-gue takut." kataku akhirnya.

Kali ini yang aku pikirkan hanyalah ibuku dan rasa takut itu benar-benar menyiksaku. Aku tidak tahu apakah kali ini dia berbohong atau tidak kepadaku. Yang jelas bersama dengannya, aku merasa aman.

Ghifari membawaku ke dalam pelukannya, "Lo aman sama gue. Lo nggak perlu takut sama apapun." kata Ghifari.

Tubuhku gemetar hebat. Aku benar-benar merasa ketakutan setengah mati. Dia mengusap punggungku dengan lembut memberikan rasa nyaman hingga ke relung hati.

PRANG!

Suara dari dalam rumah membuatku langsung melepaskan pelukanku kepada Ghifari.

"Mama!" seruku.

Aku langsung berlari masuk ke alam begitu juga dangan Ghifari.

"Bi Shanti!" seruku ketika melihat Bi Shanti yang kini terkapar tak berdaya dengan kepala peluh luka.

"Di mana mamamu?" tanya Ghifari cemas.

Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Akupun menangis saat aku tidak menemukan ibuku di mana-mana.

Pemanis Sendu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang