PS2.5 - Si Licik Gifari

4.1K 376 27
                                    



            Gifari benar-benar mengantarku sampai di depan rumah. Pria angkuh ini turun dan membukakan pintu mobil. Persis seperti adegan-adegan di televisi. Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali. Walaupun mantan pacarku banyak, tidak ada satupun yang ku biarkan mengantarku pulang sampai di depan rumah.

"Masuk gih." Katanya.

"Gue mau nanya, lo nggak khawatir gue bakalan kabur?" tanyaku.

"Gue percaya sama lo. Sebentar." Katanya.

Diapun mengambil sesuatu dalam mobilnya. Lalu menyerahkan sesuatu kepadaku. aku tau itu adalah makanan restoran tadi. Aku menerimanya dengan wajah pura-pura enggan.

"Hape lo mana?" tanyanya.

Aku mengeluarkannya, lalu menyerahkan ponsel itu kepadanya. Diapun menerimanya cepat. Lalu mengutak-atik ponselku lantas menyerahkan lagi kepadaku.

"Masuk sana." Katanya.

"Hey inget kita cuman bohongan. Kenapa lo bertindak beneran sih?" kataku kesal. sikapnya tak baik untuk keadaan jantungku.

"Tapi lo suka kan?" tanya, menggodaku. Sial.

"Mimpi aja sana!" Kataku, berjalan. Ketika tepat disampingnya ku katakan, "Makasih." Lantas aku lari masuk ke dalam rumah. biarlah di belakang sana dia menertawakanku yang jelas aku masih tau sopan santun.

***

Di dalam rumah ibu menungguku. Aku menghampirinya. Sambil tersenyum bahagia ntah apa sebabnya. Aku datang lantas memeluk ibuku erat, lalu mengecup pipi kanan dan kiri ibu.

"Ma, tadi aku pulang di antar teman. Namanya Gifari. Dia menyebalkan ma, tapi dia baik." Kataku. ntah mengapa aku ingin sekali menceritakan pertemuanku dengan pria aneh itu. "Ini makanan dari dia, Ma. Dia yang beli" kataku. lantas mengeluarkan makanan dari bungkusnya.

Aku menyuapi ibuku. Aku menatap wajah ibuku. Setelah menyuapi ibuku. Aku kembali ke kamar.

***

Drrrrrtt...

Ponselku bergetar. Aku mengambilnya.

Siap-siap, gue jemput 30 menit lagi, di rumah lo.

Aku melotot kesal. Sejak kapan aku menyimpan nomor ponselnya? Aku tiba-tiba teringat kejadian semalam dimana dia meminjam ponselku. Pasti dia sendiri yang menyimpan nomornya di ponselku.

Nggak mau. –ku kirimkan.

Oke 20 menit. –balasnya

Aku bisa gila kalau begini caranya. Aku melempar ponselku sembarang dan langsung pergi ke kamar mandi. 15menit cukup untukku merias diri. Aku buru-buru ke kamar ibuku. Berpamitan lantas tepat 20menit setelah perjanjian rumahku diketuk.

Aku buru-buru membuka pintu, disana dia sudah berdiri dengan setelan baju rapih seperti biasanya hanya kali ini terlihat lebih segar.

"Ayo." Kataku.

"Gue nggak pamit sama bokap-nyokap lo?" tanyanya.

"Gue cuman tinggal sama nyokap, trus.." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, dia masuk ke rumah. "Hei! Gue lagi ngomong!" kataku. ikut menyusulnya.

Pemanis Sendu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang