PS2.14 - Bang Haidar

994 97 39
                                    

"Eh, Bang Haidar. Duduk, Bang!" kataku mempersilakan Bang Haidar duduk.

Aku memberi kode pada Aisha untuk mengambilkan sesuatu untuk Bang Haidar.

"Apa kabar, Za?" tanyanya. Sambil tersenyum.

"Baik dong." kataku.

Bang Haidar tertawa akupun ikut-ikutan tertawa. Ntah apa yang kami tertawakan benar-benar lucu atau tidak, aku tidak tahu.

"Ada apa, Bang? Tumben dateng ke sini?" tanyaku.

"Lho, bukannya Abang kemarin juga ke sini ya?" kata Bang Haidar.

"Oiya, Za lupa!" kataku.

"Dasar nenek." kata Bang Haidar bercanda.

"Nggak ada nenek-nenek cantik kayak Za, Bang." kataku.

Mendengar kata-kataku. Bang Haidar tertawa.

"Bang, boleh tanya?" kataku.

"Tanya apa?" katanya.

"Profesi Abang apa sih? Kok pakaiannya selalu rapi? Beda banget sama Gifari." tanyaku.

"Coba tebak." katanya.

"Dokter." kataku asal.

Dia menoleh dengan wajah tak percaya.

"Hahahaha keliatan banget emang ya?" kata Bang Haidar.

"Wah, dokter bagian apa tuh, Bang?" kataku lagi.

"Coba tebak lagi." katanya.

"Dokter Jiwa." kataku benar-benar asal-asalan.

Bang Haidar tertawa.

Sebetulnya aku sedang mengamati Bang Haidar, dia seperti ingin mengatakan sesuatu padaku namun terlihat tak tahu harus memulainya dari mana.

"Kenapa, Bang?" tanyaku. Tak tahan melihatnya.

"Boleh Abang tanya hal pribadi?" tanya Bang Haidar.

"Boleh, Bang." kataku.

"Boleh Abang tau nama ibu kamu?" tanya Bang Haidar.

"Boleh, Bang. Nama ibu aku Linda." kataku.

***

"Ada apa sebetulnya, Bi Santi?" tanyaku.

"Bibi mau tanya. Kalau ibumu ke rumah sakit, nama siapa yang ibumu pakai?" tanya Bi Santi.

Sepertinya Bi Santi memang benar-benar mengetahui semua kejadian yang menimpa keluargaku.

"Linda, Bi." kataku.

Dulu saat Bi Linda masih hidup. Beliau selalu menegaskan padaku untuk tidak memberitahukan nama asli ibuku ke semua orang. Aku selalu diperintahkan untuk menyebutkan nama ibuku dengan nama Linda, bahkan setiap pergi ke rumah sakit. Aku selalu mendaftarkan ibuku dengan nama Linda. Tak perbah sejauh ini ada yang mengetahui nama asli ibuku.

Hanya karena kemarin Bi Santi begitu mengenal dan menyayangi ibuku, akhirnya aku mengatakan bahwa nama asli ibuku memang Nindy, Anindya Ataya Zahran.

"Bagus. Mulai hari ini cukup Bibi yang tahu nama asli ibumu ya. Jangan sampai orang lain tahu. Bahkan Nak Gifari. Bila suatu saat dia tanya mengenai nama ibumu kamu harus menjawab nama ibumu adalah Linda." kata Bi Santi.

"Tapi untuk apa, Bi? Mengapa aku tidak boleh menyebutkan nama ibuku sendiri?" tanyaku.

"Untuk sementara Bibi tidak bisa menceritakan semuanya." kata Bi Santi.

"Apakah ibuku seorang buronan?" tanyaku.

Aku menebak-nebak apa jawaban dari pertanyaanku. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang selalu ingin kutanyakan pada Bi Linda. Namun, hingga saatnya beliau pergi, aku belum sempat menanyakannya.

Pemanis Sendu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang