PS.2 43 - Kehangatan Sebuah Keluarga

53 3 0
                                    

Kemudian, aku menoleh ke arah Tante Farha. Di sana sudah ada Ghifari yang tengah mengusap pundak ibunya yang terus menangis.

Aku pun langsung berjalan ke arah beliau, "Tante ..." Panggilku.

"Maafkan Tante, Nak. Maafkan Tante." Kata Tante Farha yang terlihat begitu menyesal.

Aku pun menganggukkan kepalaku begitu saja, "Aku juga minta maaf ya, Tante. Sudah tidak sopan pada Tante."

"Tante mamang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu, Nak." Kata Tante Farha.

"Selama ini, Tante Farha yang menjaga Papa dan abangmu, Nak. Beliau adalah orang yang sangat baik." Kata Ibuku.

"Tapi aku sudah merebut suamimu, Mbak." Kata Tanya Farha sambil menangis menunjukkan kalau beliau menyesal.

Ghifari masih mengusap punggung ibunya, mencoba menenangkan ibunya.

"Aku tau kamu tidak benar-benar melakukannya. Kalau kamu memang jahat, dulu kamu tidak membantuku untuk lolos dari Kak Ulfa. Kamu juga tidak merebut suamiku, karena aku tau kalau kamu hanya melakukan permintaanku untuk menjaga suami dan anakku Haidar." Kata ibuku.

Aku tersenyum, ternyata benar kalau Tante Farha bukanlah orang yang jahat. Mungkin dia pernah melakukan kesalahan di masa lalu, namun beliau tetap sahabat ibuku, yang setia kepada ibuku.

"Mbak ..." Kata Tante Farha.

"Kamu bisa saja pergi, Farha. Kamu bisa saja meninggalkan suami dan anakku, tapi kamu tidak melakukannya. Kamu tetap bertahan meski ntah siksaan apa yang kamu dapat dari kakakku." Kata Ibuku.

Ibuku memeluk Tante Farha. Melihat keduanya berpelukan, air mataku menderas lagi, namun satu senyuman terbit di bibirku. Ibu benar-benar orang baik. Aku sangat bangga kepada beliau. Kebaikan ibukulah yang membuat Bude Ulfa marah.

"Terima kasih sudah menjaga suami dan anakku, Farha." Kata ibuku.

"Maafkan kesalahanku, Mbak." Kata Farha.

Ibuku menganggukkan kepalaku. Kakekku benar, ibuku sudah memaafkan siapapun yang pernah menyakiti beliau.

Aku menoleh pada Ghifari yang tengah menatap ibunya. Aku jadi merasa kasihan. Kini dia hanya tinggal bersama dengan ibunya. Keadaan berbalik. Dahulu, aku menatap keluarganya dengan iri. Sebuah keluarga yang sangat sempurna. Namun, saat ini, aku bisa mengerti perasaannya, aku yakin kalau dia juga ingin merasakan apa yang aku rasakan sekarang, memiliki keluarga yang lengkap.

Ghifari menoleh ke arahku, aku tersenyum kepadanya. Dia balas tersenyum kepadaku dan mengangguk. Aku bisa melihat kesedihan di matanya.

"Tante, ..." Panggilku.

Ibuku sudah melepaskan pelukan beliau pada Tante Farha.

"Jangan lapor polisi lagi. Aku mohon. Tante tidak salah apa-apa. Aku minta maaf karena aku membuat Tante benar-benar lapor polisi." Kataku.

"Tapi, Tante ..."

Aku menggelengkan kepalaku, "Tante tadi meminta maaf padaku kan? Aku akan memaafkan Tante kalau Tante tidak mencoba melaporkan diri lagi." Kataku.

Aku berjalan menuju Tante Farha dan memeluk beliau, "Terima kasih, Nak. Kamu benar-benar anak yang sangat baik." Kata Tante Farha.

"Sama-sama, Tante. Maafkan aku, sekali lagi maafkan aku." Kataku.

Lalu aku menoleh pada Kakek dan Nenekku dari ibuku. Orang tua dari ibuku dan juga Bude Ulfa. Sosok yang harusnya paling awal aku mintai maafnya.

Jujur aku lupa nama kakek dan nenekku dari ibuku. Sepertinya nama Rina dan Surya. Namun, untunglah aku bisa memanggil Nenek atau Kakek saja.

Pemanis Sendu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang