PS2.13 - Masa Lalu Mama

1K 163 66
                                    

Kini Bi Santi dan aku sudah berada di kamar Mama. Bi Santi dengan haru memeluk mama. Meski diam, aku tahu. Mama merasa senang berada di pelukan Bi Santi. Syukurlah. Itu artinya Bi Santi benar-benar dekat dengan mama dan orang baik. Aku tak perlu mencurigai apapun dari Bi Santi.

"Aku mencarimu kemana-mana, Mbak." Kata Bi Santi. "Andai aku bisa menemukanmu lebih cepat. Pasti semuanya tak berujung seperti ini. Maafin Arum, Mbak. Maafin Arum." Kata Bi Santi.

Tunggu. Mengapa Bi Santi memanggil dirinya sendiri Arum? Otakku terus ku pacu untuk berfikir. Sepertinya Arum benar nama asli Bi Santi. Tapi aku tak habis pikir mengapa beliau harus berbohong akan namanya. Pasti banyak hal telah terjadi hingga beliau menggunakan nama yang berbeda. Aku benar-benar penasaran.

"Arum?" Tanyaku.

Bi Santi seakan baru sadar kalau di ruangan itu ada aku. Beliau melepaskan pelukannya. Lalu menatapku sambil tersenyum. "Banyak hal yang terjadi, Ara. Nanti perlahan Bibi akan memberitahumu. Jadi, tetap panggil bibi, Bi Santi ya. Karena itu akan baik untuk semuanya." Katanya.

Aku mengangguk pasti. Mencoba memahami situasi.

"Jadi, Bi Santi kenal dengan mama?" Tanyaku.

Beliau tersenyum. "Ya. Sangat kenal. Dia adalah sahabatku."

"Benarkah? Ayo Bi ceritakan tentang mama. Mama orang yang seperti apa?" Tanyaku antusias.

Bi Santi tertawa, "Lihat, Mbak. Anakmu itu sepertinya penasaran denganmu. Apa ya?" Kata Bi Santi. Beliau menatapku. Aku menatapnya dengan raut penasaran.

"Ibumu itu, dulu anak yang ceria, pintar, berani, dan..." Bi Santi menggantungkan kata-katanya sambil terkekeh. "Pemarah."

"Lho, pemarah Bi? Bibi pernah dimarahi mama?" Tanyaku.

"Bukan hanya dimarahi, Bibi bahkan pernah di disiram oleh mamamu." Kata Bi Santi, sambil tertawa dan memandang jauh kedepan seperti sedang mengenang masa lalunya.

"Tunggu, Bi. Aku masih belum ngerti apapun." Kataku.

"Dulu kami berasal dari pesantren yang sama. Ibumu sering menyebut-nyebut kalau pesantren itu adalah penjara awalnya. Tapi lama kelamaan, ibumu menamai pesantren itu penjara suci. Awal datang ke pesantren Bibi ingat betul bagaimana kelakuan ibumu. Hahaha. Ibumu tak pernah takut dengan apapun. Dia suka memberontak dan tak pernah mau menaati peraturan hingga sering di hukum. Namun lambat laun, ibumu itu berumah menjadi gadis yang baik, pintar, dan menjadi idaman di pesantren kami. Lalu..." Kata Bi Santi. Belum selesai Bi Santi bercerita aku buru-buru memotong.

"Mengapa mama menyiram Bi Santi?" Tanyaku. Aku benar-benar ingin tau.

Bi Santi terkekeh, "Kamu benar-benar penasaran ya? Mbak Nindy, aku izin menceritakan ya." Kata Bi Santi sambil memandang mama lalu kembali menatapku. "Dulu di pesantren, Bibi adalah pengurus." Katanya.

"Apa itu pengurus?" Tanyaku lagi.

"Bagaimana menjelaskannya ya. Pengurus itu semacam santri yang dipercaya untuk mendisiplinkan santri." Kata Beliau.

Aku hanya beroh ria. Lalu kembali menunggu cerita selanjutnya.

"Saat itu ibumu tak mau bangun. Kami punya peraturan bila ada santri yang tak mau bangun baik-baik 3x. Maka tindak disiplinnya adalah menyiram santri tersebut. Dan..." Kata Bi Santi. Aku tak paham sungguh. Mengapa Bi Santi tadi mengatakan bahwa beliaulah yang di siram oleh mama bukan sebaliknya?

"Dan Bibipun menyiram mamamu sesuai peraturan. Namun, saat itu ibumu tak terima dan justru membawa Bibi ke kamar mandi dan mengguyur Bibi di sana." Kata Bi Santi sambil tertawa.

Pemanis Sendu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang