PS2.6 -Kebohongan Pertama

4.1K 361 50
                                    

"Assalamualaikum." Gifari memberi salam, akupun mengikutinya.

"Waalaikumsalam. Eh anak mama udah pulang." kata seorang ibu, sebaya dengan ibuku. Aku taksir dia adalah ibu Gifari. Beliau memakai jilbab panjang.

Gifari mencium tangan ibunya. Akupun melakukan hal yang sama. Untuk beberapa saat wanita itu tertegun melihatku. Lalu raut wajahnya normal kembali.

"Jadi ini calon menantu mama? MasyaAllah cantik sekali. Pantas kamu menolak perjodohan Gifari." Kata Ibu Gifari.

Matanya menoleh kearahku. Aku tersenyum. "Maafin saya tante. Nama saya Azzahra." Kataku lagi.

"Oh tidak. Tante justru senang Gifari lebih memilih kamu ketimbang perjodohan itu. Tante yakin kamu anak baik nak." Kata Ibu Gifari lagi.

Aku menoleh kearah Gifari sekilas. "Terima kasih tante. O iya tante, ini.. maaf karena hanya bisa membawa ini." kataku, sambil tersenyum ku serahkan bingkisan itu.

"Ehem.. Calon menantunya cape itu ma nggak disuruh masuk." Kata Gifari.

"MasyaAllah mama sampai lupa. Mari nak Azzahra masuk." Kata Ibu Gifari.

Kami duduk di ruang tamu. Lalu setelah memastikan aku duduk, Gifari bangkit. "Za, Aku tinggal dulu ya." satu kalimat yang membuat sesuatu meledak di dalam sana. Ingat Za, ini hanya sandiwara.

Tanpa tau harus menjawab apa aku tersenyum dan mengangguk. Seketika dia tertegun lalu pergi, mungkin ke kamarnya. Tak lama setelah Gifari pergi, pintu di ketuk, Ibu Gifari membukakan pintu. Dan dari sana masuk serombongan yang ku taksir adalah keluarga Gifari.

Mereka terlihat berbincang dengan bahagia. Aku mulai deg-degan. Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan? Aku buru-buru mengambil ponselku. Mengirim pesan pada Gifari via Whatsapp.

Kapan keluar? –kukirim.

Aku buru-buru memasukkan ponselku ke dalam tas lagi. Lantas berdiri karena tamu yang datang menghampiriku.

"Ini calon istri Gifari. Namanya Azzahra." Ibu Gifari memperkenalkanku pada semuanya. Akupun mencium tangan para ibu-ibu yang ada dalam rombongan. Sedangkan untuk yang laki-laki aku hanya mengatupkan tangan di dada enggan mencium tangan mereka.

Ibu Gifari memperkenalkan satu persatu. Aku tidak bisa fokus mendengar apa yang di katakan beliau. Sebab, di sana salah satu tamu, seorang nenek memandangku dengan tatapan yang tak bisa ku jelaskan. Air matanya menetes. Aku menghampiri nenek tersebut.

"Nenek kenapa? Apa Za salah bicara?" tanyaku pada nenek.

Sekilas nenek itu mirip ibuku. Jujur saja ada rasa yang tak bisa ku jelaskan saat ini. kenapa nenek itu menangis melihatku.

"Tidak nak. Sini nak, biar nenek mencium pipimu." Aku menghampiri nenek.

Beliau menciumku. Aku mencoba tersenyum lalu mengusap air mata nenek.

"Lho Mama kenapa?" tanya mama Gifari dan seorang perempuan yang juga seusia Ibu Gifari.

"Mama senang melihat calon istri Gifari, dia cantik sekali. Mama baru tau kalau cucu mama bisa kenal perempuan juga. Hahaha." Nenek tertawa. Hingga semua orang ikut tertawa. Aku tersenyum. Tapi ntah mengapa yang ku tangkap dari kata-kata nenek lain. beliau seperti telah menyembunyikan sesuatu.

"Ya sudah, duduk dulu semuanya. Nak, kamu batu tante ya." kata Ibu Gifari.

Aku berpamitan untuk membantu Ibu Gifari. Ternyata aku dibawa ke dapur mempersiapkan minuman dan makanan untuk keluarga Gifari yang lain.

Pemanis Sendu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang