I'm Sorry

12K 883 17
                                    

Mohon Di tandai jika terdapat Typo

Happy Reading


***************************************************



"Masuk," suara lembut menyambut Keara saat dia mengetuk ruangan HRD. Harusnya Keara menghadap tadi pagi tetapi Keara malah lupa saking semangatnya bisa berkerja lagi.

"Permisi Bu." Keara mematung mendapati seseorang yang ia hindari dan orang yang masuk list terakhir manusia yang ingin ia temui duduk di sofa bersama Bu Tantri entah sedang mendiskusikan apa. Bukan karena benci tetapi karena rasa bersalah, rindu dan penyesalan yang terasa mencekiknya. Di kehidupan sebelumnya Keara masuk kerja setelah tangannya pulih dan lelaki itu memilih pergi jauh membawa sakit hati karena ditolak oleh wanita yang ia cintai berkali-kali.

"Loh, Keara kamu sudah masuk?" Ibu Tantri HRD Personalia menegurnya yang sedari tadi hanya berdiri didepan pintu. "Kamu duduk dulu ya, saya masih ada yang perlu di bicarakan dengan Pak Raihan."

Keara mengangguk dan berjalan pelan ke sofa yang di tunjuk oleh Ibu Tantri dan sialnya harus duduk berhadapan dengan laki-laki yang membuat jantungnya bergemuruh dan kaki-nya seperti jelly. Keara lebih memilih menundukan kepala menatap ujung sepatunya dari pada dirinya tergoda untuk menatap laki-laki didepannya itu.

"Tangan kamu masih sakit?"

"Ya?" Keara reflek menjawab kaku karena pertanyaan mendadak dari lelaki di hadapannya itu. Suara bass sedikit serak itu membuat Keara terhenyak. Demi Tuhan dia sangat merindukan laki-laki ini.

"Sudah mendingan, Pak. Cuma masih harus dipantau."

"Lalu kenapa sudah masuk kerja?"

Eh? Pertanyaan itu harusnya di tanyakan HRD kenapa malah Raihan yang tanya coba.

Keara akhirnya memberanikan menatap wajah Raihan yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Mata itu masih menatapnya dengan tatapan Cinta sarat kerinduan membuat jantung Keara berdenyut nyeri.

"Saya nggak betah dirumah, Pak." Keara meringis karena Raihan menaikan alisnya yang malah membuatnya jadi makin erghh ganteng.

"Kamu harusnya lebih mementingkan kesehatan kamu, Keara. Kantor ini masih berjalan dengan baik dan tidak terlalu terbebani dengan tidak kehadiran kamu. Jadi kamu harus memikirkan kamu sendiri dibandingkan perusahaan." Ibu Tantri menegur-nya lembut. Keara tau langkahnya sekarang memang terkesan sembrono dan bisa saja membuat tangannya sembuh lebih lama dari yang seharusnya. Tetapi jika diberikan pilihan ia akan tetap memilih tetap masuk kantor di saat-saat seperti ini. Keara tidak mau kejadian di kehidupan sebelumnya terulang kembali. Kenyataan melihat anggota team-nya terpuruk dan hampir dipecat karena fitnah dan kehilangan tender besar setelah ia istirahat berbulan- bulan itu membuatnya kesal setengah mati.

Keara masuk keperusahaan ini enam tahun lalu lewat modal nekat hanya bermodalkan Ijasah S1. Keara yang saat itu diterima di bagian Admin, kemudian pindah ke Devisi Projek merangkak, meniti tangga kesuksesan dengan susah payah hingga akhirnya dia dipercaya untuk menjabat sebagai manager dua tahun lalu. Karena kecelakaan sialan yang membuatnya harus mendekam dirumah selama hampir tiga bulan dan saat masuk kerja dirinya mendapati team yang mati-matian ia bentuk dan prestasi yang ia torehkan hancur berantakan. Dan si Nenek Lampir Sarah yang menduduki tahta Senior Manager yang akan ditinggalkan Ibu Sinta beberapa bulan lagi.

"Saya sudah bisa bekerja kok Bu, Pak. Saya akan pastikan keadaan saya sekarang tidak akan menghambat pekerjaan saya sama sekali. Saya pikir dengan saya berada dan beraktifitas diluar akan mempercepat kesembuhan saya."

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang