Gara-gara Kanaya

7.7K 543 3
                                    



"Kalian nggak ngilu apa nyemilin mangga asem dari tadi?" Raisa meringis ketika kedua kakak beradik yang sedang hamil bersamaan itu asik mengunyah mangga muda yang rasanya masam minta ampun. Raisa yang penasaran memakan satu gigitan dan sontak membuat lidahnya memproduksi banyak air liur karena terlalu asam.

"Enak tau, Ca. seger panas-panas begini ngerujak." Kanaya mengambil satu potong lagi di piring sementara Alan dengan sigap mengupaskan mangga demi kedua Ibu hamil itu.

"Lo bener nggak mau?" tawar Keara lagi.

"Nggak makasih mending gue makan brownis buatan mama Karina aja."

Mereka saat ini memang sedang berkunjung ke rumah Orang tua Keara hal rutin yang selalu mereka lakukan semenjak menikah. Apalagi ketika Kanaya dan Keara hamil bersamaan membuat kedua ibu hamil itu berebut ingin dimanjakan oleh ibu mereka. Raisa yang bosan dirumah akhirnya ikut Keara dan Raihan karena kedua orang tuanya juga tidak berada dirumah.

"Kak coba liat ini anaknya temen mama cantik kan?" karina muncul diruang keluarga itu dan duduk diantara kedua putri-nya menyodorkan handphone-nya kepada Keara.

"Cantik kok, Ma."

"Mana coba liat." Karina memberikan handphone-nya kepada Kanaya.

"Anak-nya tante Diva?" tebak Kanaya. Ibunya mengangguk membenarkan.

"Mama mau kenalin dia ke Raka." Keara hampir tersedak untuk saja Keara bisa mencegah tenggorokannya tersumbat.

"Buat apa?"

"Loh, kok buat apa. Ya buat di kenalin toh. Raka juga anak Ibu jadi Ibu bertugas bikin Raka bahagia."

"Emang dia mau sama Raka?"

"Memangnya Raka kenapa? Mama yang urus dia dari kecil mama tau sifat Raka. Jadi cocok lah sama Diana."

"Raka nggak bakalan mau Ma." Keara melirik Raisa yang hanya terdiam sedari tadi.

"Kamu tuh kok ngeyel. Belum juga di tanya ke anaknya. Nanti mama yang tanya langsung." Keara hanya bisa menghela nafas pasrah. Ibunya itu seakan lupa dengan masalalu Raka.

"Mama udah cerita semuanya sama keluarga tante Diva?" Ibu nya mengangguk.

"Sudah, mama sudah jelaskan dan mereka nggak masalah sama sekali. Sekarang tergantung Raka sama Diana aja. Kesempatan kayak gini mungkin gak akan ada lagi." Keara hanya mengangguk.

"Kamu bantu bujuk Raka ya, Kak. Raka tuh paling nurut sama kamu."

"Iya, nanti Keara coba bujuk. Tapi nggak janji Raka mau apa nggak."

Kanaya tiba-tiba tertawa membuat semua yang berada diruangan itu menatap bingung.

"Lo kenapa kesurupan?" tanya Raisa yang ngeri melihat wajah Kanaya yang tertawa tidak jelas.

"Gue tiba-tiba inget dulu. Gue pikir elo yang bakalan nikah sama Raka secara kalian kan sempet pacaran."

"Iya?" tanya Raisa menatap Keara penasaran. Keara tidak penah bercerita tentang ini sebelumnya.

"Kamu bilang aku yang pertama." Keara meremang setelah suara baritone dengan nada kesal itu menggema di ruang keluarga. Entah kapan Raihan yang sedari tadi asik bermain catur dengan ayah-nya di taman belakang masuk.

"Raka nggak masuk dalam hitungan." Raisa menggeser duduknya karena Raihan yang menggesernya karena ingin duduk dengan istrinya itu.

"Tetap aja kamu dulu pernah pacaran sama dia. Kamu nipu aku tau. Kamu bilang aku cinta pertama kamu." Keara berdecak menatap Kanaya jengkel. Gara-gara Kanaya dia harus menenangkan bayi besar yang sedang menatapnya tajam ini.

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang