Time fly to fast tidak terasa pernikahan Keara dan Raihan akan dilaksanakan dua bulan lagi. Persiapan pernikahan sudah hampir rampung undangan, gedung, dekorasi dan semuanya. Keara bahkan takjub akan antusias Ibu dan calon mertuanya. Keara dan Raihan hanya menyetorkan badan untuk di ukur mereka bahkan masih sibuk berkerja sementara yang mengurus pernikahan adalah orang tua mereka.
"Ky, elo jadi hari ini ke butik?" Keara mengangguk. Raisa, Keara dan Lily sedang makan bersama di kantin kantor sementara para lelaki sedang sholat jum'at.
"Emang belum selesai ya gaun pengantinnya?" Lily menyendok ice cream dihadapanya.
"Final fitting doank kok."
"Raihan ikut?" Keara menggeleng. "Cuma gue doank. Lagian cuma gue doank yang fitting,"
"Nggak kerasa, ya. Dua bulan lagi elo udah jadi istri orang." Sendu Lily. "Kok jadi gue yang mellow." Keara tertawa.
"Elo masih kerja kan, Ky?" pertanyaan Raisa cukup membuat Keara membeku. Dia belum pernah membahas masalah ini kepada Raihan sama sekali.
"Gue sih masih mau kerja."
"Elo belum ngomongin ini sama Raihan?" Keara menggeleng. Pernikahan tinggal dua bulan lagi dan dia belum membahas tentang apapun dengan Raihan. Mereka hanya bertemu disaat berangkat dan pulang kantor karena Raihan selalu setia mengantar jemput Keara. Saat Weekend Keara lebih memilih pulang kerumah orang tua-nya atau bergelung dikamar. Keara masih ingin menikmati masa lajangnya dengan bebas kecuali jika Ibu-nya atau Ibu mertuanya mengajaknya pergi melihat dan memantau persiapan pernikahan.
"Nanti gue bahas pas dia pulang dari Malaysia." Lily dan Raisa mengangguk sementara Keara menahan gemuruh di dadanya. Ketakutan trauma masa lalu menyeruak membuatnya mual. Bagaimana jika Raihan tidak mengizinkannya berkerja? Bagaimana jika Raihan mengurungnya dirumah tidak boleh bersosialisasi sama ketika dulu Panji mengekangnya? Bagaimana jika Raihan bersikap kasar kepadanya seperti Panji dan ayah kandungnya?
Great semakin mendekati hari pernikahan Keara makin ragu dan takut. Dia ingin sekali kabur tetapi berat karena pernikahan ini atas persetujuannya sendiri. Tanpa paksaan siapapun. Setiap ingin membatalkan pernikahan ini Keara tidak sanggup mengatakan apapun di hadapan Raihan. Tatapan lembut penuh cinta itu bagaikan hawa sejuk yang menerpa tubuhnya. Keara merasa sangat jahat jika ia membatalkan pernikahan sementara persiapan sudah hampir rampung.
"Lengannya mau di kecilin atau biar begini saja?" Sinta, Asisten tante Kiky desainer yang sedang mengukur final kebaya Akad-nya sedang memberi tanda bajunya dengan jarum pentul.
"Biarin aja, Mba. Jangan terlalu ketat."
"Mba Keara agak kurusan ya?"
"Masa sih, Mba? Aku nggak nimbang jadi nggak tau."
"Pasti sibuk banget ya kerja sambil menyiapkan pernikahan?" Keara tidak menjawab semua rentetan persiapan pernikahan tidak pernah tersentuh tangannya. Ia hanya mengikuti mimpi dan ambisi Ibu serta calon mertuanya yang teramat sangat antusias dengan pernikahan ini.
"Mas ganteng nggak ikut fitting Mba?" Keara tertawa kecil, paham siapa yang di sebut Sinta mas ganteng.
"Mas gantengnya lagi kerja." Tadi siang Raihan mengabarkan dirinya baru Landing dan langsung menuju kekantor.
"Yaah, padahal saya kangen liat Mas Ganteng." Keara tertawa. Atensi Raihan memang selalu memikat dimanapun laki-laki itu berada. Tubuhnya yang tegap tinggi sangat mudah dikenali. Wajahnya tidak diragukan lagi bentuk wajah maskulin, rahang tegas dengan bibir bawah belah. Ditambah mata tajam dengan alis tebal dan iris hitam yang mengintimidasi. Perempuan mana yang tidak terpikat.
"Kamu ya, bisa-bisanya bilang kangen sama calon suami orang didepan calon istrinya." Tante Kiky yang juga kerabat Raihan menegur asistennya itu.
"Udah biasa kok, Tan."
"Tuh, Mba Keara aja nggak masalah kok, Madam." Sinta membantu melepaskan kebaya itu dan Keara mulai mengenakan Blouse-nya lagi.
"Kamu masih ada kerjaan, Nduk?" Tante Kiky mengajak Keara duduk di balkon masih ingin mengobrol.
"Nggak Tante, saya sudah izin tadi." Tante Kiky menuangkan kopi di gelas Keara.
"Persiapan Pernikahan lancar?" Keara mengangguk sembari menyeruput Kopi-nya.
"Para Ibu Negara yang urus jadi pasti lancar." Tante Kiky tertawa.
"Wajar, lah. Dulu Rian menikah cuma sederhana aja. Sekarang balas dendam mertuamu." Keara Tertawa.
Rian kakak sulung Raihan menikah dengan sangat amat sederhana. Hanya akad nikah di KUA. Kakek Raihan menentang pernikahan Rian dan Sonya dengan alasan mereka tidak sebanding. Rian kabur dari rumah dan di dukung oleh ayah dan Ibunya yang memang tidak pernah keberatan dengan apapun pilihan anak-anak mereka. Orang tua Raihan tetap datang kepernikahan sederhana itu meskipun di ancam oleh Ayah-nya. Keras kepala Bapak Suroto menurun kepada semua keturunannya. Keluarga itu kalau sudah punya tekad tidak pernah akan mau mundur.
"Tante nggak nyangka kalian akhirnya nikah." Keara terkekeh. Kalimat ini sudah ratusan kali ia dengar semenjak pengumuman pertunangan mereka menyeruak ke media. Beberapa keluarga Raihan yang ia temui selalu mengatakan hal yang hampir sama meski dengan kalimat yang berbeda.
"Raihan itu, anaknya pendiam, dingin, nggak tersentuh. Berbanding terbalik sama Rian yang hangat. Jadi saat tau kalau Raihan akhirnya jatuh cinta kami senang sekali. Dulu bahkan kami fikir Raihan belok karena tidak pernah dekat dengan perempuan manapun." Keara hanya bisa tertawa. Kalimat ini sudah sering ia dengar pula.
"Kamu tau kalau lelaki keluarga Samudra itu sangat tekun, ulet dan memperjuangkan apa yang mereka mau termasuk jika sudah jatuh cinta. Mereka nggak akan melepaskan orang itu sampai kapanpun." Tante Kiky menyeruput Kopinya.
"Kami kaget saat dulu Raihan akhirnya melepaskan kamu dan menuruti permintaan mendiang kakek-nya. Bukan ciri khas keluarga Samudra sama sekali. Ternyata malah balik lagi ke kamu. jodoh memang nggak kemana ya." Keara mengangguk.
"Kamu pasti agak tertekan menikah dengan laki-laki posesif seperti Raihan. Tetapi percaya deh. Raihan itu tulus sama kamu. dia akan mengutamakan kamu diatas segala-galanya. Kebahagiaan kamu itu yang terpenting. Apapun rintangannya didepan tetap bertahan. Raihan tidak akan melukai kamu ataupun menyakiti kamu. apalagi selingkuh. Itu nggak mungkin banget."
"Iya tante." Keara meyeruput kopi dihadapannya.
"Kami berterimakasih sama kamu karena kamu Raihan terlihat lebih hidup belakangan ini."
Keara merasakan tenggorokannya tercekat. Apa jadinya jika Raihan dan keluarganya tau kalau beberapa bulan belakang Keara selalu memikirkan cara untuk tidak melanjutkan pernikahan ini. Fikirannya labil kadang dia sangat mencintai Raihan kadang Keara ingin kabur dari pernikahan mereka.
Keara tersentak karena dering handphone-nya dan meminta izin mengangkat telpon kepada Tante Kiky.
"Ya, Ma? Sekarang?" keara terdiam mencerna apa yang hendak ibunya itu katakan.
"Oke, Fitting-nya udah selesai kok." Keara menutup telpon dan menatap Sarah dengan tatapan minta maaf karena harus pergi padahal Sepupu Ayah Raihan itu masih ingin mengobrol dengannya.
"Maaf tante, mama tiba-tiba nyuruh pulang katanya ada yang mau dibicarakan."
"Nggak apa-apa. Mungkin mau membahas tentang persiapan pernikahan." Keara pamit dan mulai menjalankan mobilnya menuju rumahnya. Keara masih terngiang dengan suara ibunya yang terasa berbeda dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Replace
RomanceKeara merasakan hidupnya hampa bahkan ketika ia lahir. Keara mencoba kuat hanya demi ibunya. ketika dirinya sudah tidak bisa bertemu dengan ibunya lagi karena kebodohannya memilih lelaki yang salah, lelaki yang dikira-nya bisa membuat hidupnya bahag...