Pembatalan Pernikahan

9.3K 750 1
                                    


Keara memarkirkan mobil di depan rumah dan bergegas masuk.

"Papa sama Mama dimana mba?" sapa Keara saat bertemu dengan Tini ART Ibunya.

"Diruang kerja tuan, Non."

"Mama sama Papa aja?" Tini mengangguk. Keara berjalan menuju ruang kerja ayah tirinya dan mengetuk kemudian masuk saat suara ayahnya terdengar dari dalam mempersilahkan masuk.

"Ada apa, Ma?"

"Duduk dulu, Ky." Pinta Ayahnya. Keara menurut.

"Jadi begini," Rama mengusap wajahnya gusar membuat Keara sedikit cemas.

"Kita bisa batalkan perjodohan ini." Ibu Keara akhirnya bersuara.

Keara menggenggam gelang pemberian Raihan erat. "Maksud mama?"

"Kita batalkan perjodohan ini."

"Tapi kenapa?"

"Mama udah tau semuanya. Raihan itu nggak baik untuk kamu, Kak. Raihan itu sama aja seperti ayah kandung kamu." Jantung Keara terasa berdenyut. Cemas. Dan berharap bahwa Raihan tidak mendengar apapun saat ini. Keara tau bahwa gelang yang dipakainya bukan gelang biasa tetapi di lengkapi dengan alat penyadap suara dan lokasi. Dikehidupan sebelumnya Keara mendapatkan gelang ini dari Raisa. Lebih tepatnya Raihan memberikannya lewat Raisa. Setelah sekian lama Keara akhirnya sadar bahwa dirinya sudah di sadap oleh karena Itu Raihan selalu tau apa yang ia bicarakan dan lakukan. Keara membuang gelang mahal itu ketengah jalan sehingga terlindas oleh mobil lain.

Dikehidupan kali ini Raihan yang memberikannya langsung bahkan memasangkannya di tangan Keara. Keara tidak bisa menolak begitu saja sehingga hanya bisa menerima. Raihan tidak berubah. Bahkan semakin menjadi posesifnya.

"Siapa yang bilang sama mama?"

"Adalah pokoknya. Dia cerita semua perlakuan dia selama ini sama kamu. dia ngejar-ngejar kamu seperti orang gila. Dia posesif bikin kamu nggak pernah bisa punya pacar selama ini. Dia psikopat karena menjauhkan semua orang yang dekat sama kamu."

"Raihan nggak seburuk yang Mama bilang. Mama Cuma dengar dari orang yang nggak Mama kenal kenapa langsung mengansumsikan semuanya."

"Papa sudah menyelidiki semuanya, Ky." Rama menatap Keara lekat.

"Kamu ingat kecelakaan yang menimpa sepupu kamu, Johan?" Keara mengangguk. Johan sangat akrab dengannya dan sering hangout bareng dulu. Tetapi semenjak kecelakaan yang menimpanya membuat Johan menjauhinya.

"Itu Raihan pelakunya. Dia cemburu karena kamu akrab dengan Johan. Dia marah karena pernah mendengar Papa berharap kamu dan Johan berjodoh dimasa depan."

"Papa jangan menuduh kalau nggak ada bukti, Pa."

"Johan yang mengaku sama papa sendiri, Ky. Dia tidak terima kamu menikah dengan orang yang membuatnya cacat." Keara merasakan dadanya terasa sesak.

"Dari mana Johan tau kalau Raihan pelakunya?"

"Disaat kecelakaan itu Raihan sendiri yang menabrak Johan. Bukannya menolong Johan Raihan malah mengancam dia akan membunuh orang tua Johan kalau dia masih berani mendekati kamu."

Keara merasakan kepalanya berputar.

"Mama nggak mau kamu menikah dengan laki-laki gila seperti itu, Ky. Lebih baik kita batalkan semuanya."

"Ma," Keara menarik nafasnya yang terasa sesak. "pernikahan ini nggak bisa dibatalkan begitu aja. Undangan bahkan udah disebar."

"Mama nggak perduli Keara. Mama lebih baik malu dari pada melihat kamu hidup tersiksa sama orang gila seperti itu."

"Dari awal mama sempat ragu disaat melihat tatapannya ke kamu. tatapan penuh hasrat. Mama fikir karena dia cinta tapi karena dia juga terobsesi sama kamu."

"Mama pikir keluarga Raihan mau menerima pembatalan ini? Mereka bisa aja dengan mudah menghancurkan bisnis Papa."

"Papa nggak keberatan, Ky. Lebih baik kita jatuh miskin dibanding anak Papa hidup menderita."

"Aku yang keberatan." Keara mendesah menahan sesak. "aku nggak akan rela kalau bisnis yang papa bangun dari nol hancur karena aku. Kanaya sama kak Kevin juga pasti nggak setuju."

"Terus kamu mau nikah sama dia? Kamu mau jadi samsak kayak mama? kamu mau hidup kamu terkekang dari dunia luar dan nggak punya kebebasan lagi kayak mama? kamu lihat sendiri dulu bagaimana tersiksanya kita karena lelaki gila seperti Ayah kamu!"

"Mama jangan nangis." Keara bersujud di kaki ibunya yang mulai terisak. Kenangan pahit masa lalu menyeruak. Itu yang membuat Karina tidak ingin Keara terlibat dengan lelaki yang sama seperti mantan suaminya.

"Mama nggak mau kamu hidup seperti mama, Nak. Mama nggak sanggup." Karina memeluk Keara sambil tersedu sedan.

"Keara nggak akan seperti Mama, Keara yakin. Tapi pernikahan ini nggak bisa di batalkan begitu aja, Ma. Keara harus pikirkan ini matang-matang."

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang