Salah memilih lagi

9K 670 1
                                    



"Elo tau nggak sih, betapa kesel-nya gue karena kelakuan absurd Raihan. Masa ya, gue ramah dan senyum sama orang lain aja dia permasalahin. Namanya juga hidup beramah tamah kita tuh orang Indonesia yang terbiasa ramah sama orang. Dia ngajak ribut mulu tiap hari padahal dengan alasan yang sepele" Intan mendengarkan Keara yang terus mengoceh sambil memakan buah yang sudah di kupas dan di potongkan Keara.

"Elo liat tuh di ruang tamu lo. Bahkan gue mau main keapart lo aja harus di kawal sama bodyguard dia. Kalau gue complain dia selalu bilang 'ini buat keselamatan kamu sayang' padahal karena dia bisa mata-matain gue supaya gue nggak selingkuh!" Intan ngeri disaat Keara menodongkan pisau buah kearah ruang tamu dimana terdapat dua orang lelaki dengan tubuh besar. Intan sudah terbiasa dengan penampakan itu, Intan malah menyediakan minuman dan cemilan kepada Bodyguard Keara karena mereka pasti bosan menunggu mereka yang selalu lupa waktu disaat bertemu.

"Bisa-bisanya gue cinta sama nikah sama manusia kayak begitu coba. Harusnya gue dengerin omongan nyokap gue dulu yang nentang gue buat nikah sama Raihan. Saking begoknya gue malah ngeyakinin nyokap gue pakai surat perjanjian pranikah. Dan sekarang gue nggak bisa curhat sama nyokap gue karena nyokap gue pasti ngomel-ngomel gara-gara kebodohan gue sendiri."

"Sekarang gue hidup terkekang. Dia emang nggak ngurung gue dirumah tetapi kelakuan dia tuh bikin gue ngerasa dipenjara. Kemana-mana harus sama bodyguard kalau gue kabur dan pergi nggak bawa bodyguard dia pasti bakalan marah dan nuduh gue nggak jelas. Pengen kabur aja gue."

"Elo udah bicarain kalau elo keberatan dengan segala keposesifan dia itu ke Raihan?"

"Berkali-kali. Dan percuma kita nggak nemuin titik terang. Dia minta maaf abis itu di ulangi lagi. Gue capek sumpah." Intan akhirnya tidak tahan mengambil alih pisau di tangan Keara dari pada terjadi hal yang tidak-tidak nanti karena wanita itu sedang di landa emosi.

"Dia bahkan nggak cukup dengan nyadap HP gue, pasang GPS di gelang, HP sama mobil gue. Dia udah nempatin Bodyguard juga dan dia masih curiga sama gue." Air mata Keara tumpah. Rasanya terasa sesak. Penyesalan karena salah memilih untuk kedua kalinya membuatnya benci dengan dirinya sendiri. Ketika diberikan kehidupan kedua bukannya membaik hidupnya malah makin kacau. Apakah ia harus mati lagi agar bisa kembali kemasa lalu lagi. Mungkin saja jika Tuhan masih berbaik hati memberikan kehidupan lagi untuknya. Salah-salah malah Keara akan terpanggang di jurang Neraka.

"Gue capek, Ntan. Dia sama aja kayak bokap gue." Intan menarik Keara dan memeluk temannya itu sembari mengelus punggungnya berharap itu bisa menenangkan Keara sama seperti Keara yang menenangkannya disaat ia kehilangan bayi-nya.

"Sorry ya, Tan. Gue ngerepotin elo terus." Keara jadi tidak enak hati karena selalu melampiaskan emosinya di apartemen Intan. Padahal perempuan itu masih berduka. Tetapi Keara memang tidak punya tujuan lain untuk mengeluh.

"It's Okay. Elo selalu ada disaat gue butuh. Dan gue juga akan selalu ada disaat elo butuh." Keara memeluk intan lagi menumpahkan tangisnya.

"Tadi Tristan nelpon gue lagi." Adu Intan setelah memastikan tidak ada uneg-uneg yang tersisa yang ingin Keara muntahkan. Giliran Intan yang bercerita.

"Bukannya elo udah ganti nomer?" Intan mengangguk.

"Kayaknya dia dapet nomer gue dari nyokap. Padahal gue bilang sama nyokap buat nggak kasih nomer gue kesiapapun. Soalnya Cuma elo sama nyokap gue doang yang tau nomer itu."

"Nyokap lo masih maksa lo buat nikah sama Tristan?" Intan mengangguk.

"dan gue juga heran sama Tristan kenapa dia ngebet banget pengen gue nikah sama dia padahal anak-nya aja udah nggak ada. Dulu pas Baby masih ada dia justru nolak gue mentah-mentah."

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang