Suara derap langkah gaduh terdengar di lorong rumah sakit yang sedang ramai. Beberapa orang terburu-buru menuju ke ruang tunggu IGD.
"Han." Indah, Ibu Raihan langsung memeluk tubuh Raihan yang sedang berdiri tegak menatap ruang Oprasi tidak perduli jika tubuh anak kedua-nya itu penuh darah.
"Keara, Ma." Tangis Raihan pecah ketika wanita yang ia selalu nomer satukan itu memeluknya erat. Raihan mencengkram memeluk Ibu-nya erat meminta kekuatan.
"Tenang, ya. Mereka pasti selamat. Kamu tenang dulu ayo duduk dulu."
Raihan menurut ketika di tuntun Ibu-nya duduk di kursi tunggu.
"Maaf, Ma. Saya nggak bisa jaga Keara. Saya suami yang nggak berguna." Karina menggeleng memeluk menantu-nya itu lembut.
"Ini musibah, Han. Bukan sepenuhnya salah kamu. kita berdoa saja semoga Keara dan Bayi kalian selamat." Raihan mengangguk tertundukmengusap wajahnya kasar. Kalau saja ia curiga dari awal ketika mobil bodyguard-nya tidak mengikuti mobil yang di tumpangi Keara. Kalau saja dia tidak lengah. Kalau saja ia mengantarkan Keara kerumah orang-tuanya kejadian ini tidak akan terjadi.
Raihan mencengkram jari-jari-nya dengan ketat. Panji sialan. Bajingan satu itu memang selalu menjadi Rival-nya. Harusnya Raihan curiga ketika Panji menatap penuh minat kepada Keara di pernikahan mereka. Tetapi Raihan waktu itu tidak curiga karena Keara mengatakan tidak ingat bertemu dengan Panji. Ditambah terdengar kabar bahwa Panji akan menikah dengan anak dari seorang Pensiunan anggota TNI.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Raihan langsung menyerbu dokter yang keluar dari ruangan Oprasi. Badannya terasa dingin. Raihan merasakan genggaman Ibu-nya dan sentuhan Raisa yang seolah menguatkannya.
"Kami berhasil menyelamatkan keduanya." Semua yang berada di ruangan itu menghela nafas lega.
"Tetapi kondisi keduanya amat menghawatirkan. Bayi anda sangat kecil dari umur-nya di tambah kelahirannya yang premature. Saya menghawatirkan adanya masalah pada paru-paru Bayi yang saat ini masih di tangani oleh dokter anak. dan untuk istri anda saya khawatir keadaanya akan memburuk." Jantung Raihan terasa mencelos dari dada-nya.
"Ibu Keara mengalami shock berat ketika Oprasi dan membuat-nya belum sadar untuk saat ini. Saya khawatir keadaan ini akan berlangsung lebih lama dari yang seharus-nya." Dokter menatap Raihan yang diam tetapi air matanya terus mengalir.
"Kita akan lihat perkembangan keduanya malam ini."
"Terimakasih Dokter." Pak Raja membalas ucapan dokter dengan menundukan kepalanya. Raihan kini tersungkur dan bersujud di depan pintu ruang Oprasi.
******
"Ganti dulu baju-nya, Kak." Raisa menyodorkan totebag yang ia bawa dari rumah. Keara sudah di pindahkan keruangan rawat Inap meskipun belum sadar sementara Bayi-nya masih di rawat insentif.
"Ganti dulu, malu kalau Keara bangun liat kakak masih berlumuran darah begini." Bujuknya lagi. Raihan menurut tanpa kata meninggalkan Raisa ke-kamar mandi membawa baju ganti-nya. Raisa menggantikan Raihan duduk di samping Keara menggenggam tangan yang terasa dingin itu lembut.
"Ky, anak lo udah lahir. Sesuai tebakan gue dia pasti Jagoan. Tadi gue liat dia udah buka mata dan matanya persis Raihan. Kata Mama juga dia duplikat Raihan. Mukanya sama persis kayak Raihan masih bayi. Hidung-nya mancung. Elo nggak kebagian apa-apa." Raisa terkekeh tetapi air mata-nya mengalir.
"Gue bilang apa. Jangan terlalu bucin nanti anak lo mirip sama kakak gue." Raisa tersedu menundukan kepalanya mengecup tangan Keara lembut.
"Bangun, ya. Dunia sepi kalau lo nggak ada. Raihan juga sedih kalau lo nggak bangun." Raisa merasakan seseorang mengelus punggungnya. Raisa mendapati Kanaya yang menangis disampingnya. Kedua adik Keara itu berpelukan sambil menangis di samping Keara yang masih terlelap. Seharus-nya Efek bius sudah tidak ada tetapi menurut dokter Keara mengalami Shock sehingga membuatnya belum sadarkan diri.
Raihan hanya terdiam menyaksikan kedua perempuan itu sedang berpelukan sambil menangis. hatinya terasa sesak karena Keara belum juga sadar, Raihan tak henti-henti-nya menyalahkan diri sendiri.
Raihan keluar dari ruangan rawat inap Keara karena bawahannya menelpon. David dan Joe juga dirawat dirumah-sakit yang sama. luka mereka cukup parah tetapi nyawa mereka masih selamat.
"Ya?" tatapan tajam Raihan menghunus ke arah taman ketika anak buahnya berbicara ditelpon.
"Bagus, tunggu sampai saya kesana." Raihan menutup telpon dan mencengkram handphone-nya dengan rahangnya yang mengeras.
"Han, Keara udah sadar." Alan yang menyusul Raihan terengah karena berlari terburu-buru. Raihan merasakan jantung-nya berdebar dan dengan langkah lebar berlari menuju ruang rawat inap istri-nya.
"Sayang." Raihan sumringah ketika mendapati Keara yang sedang berpelukan dengan ibu-nya dan Raka.
"Ka, Kok dia ada disini sih?" langkah Raihan terhenti ketika mendapati Keara berlindung di belakang Raka dan mencengkram kemeja lelaki itu. rahang Raihan mengeras tidak terima.
"Sayang."
"Ka, usir dia, gue nggak mau ketemu dia lagi."
bulu kuduk Raihan meremang.
"Ky," Raka melepaskan genggaman tangan Keara.
"Raihan suami lo. kenapa lo usir dia?"
Keara menatap Raka tidak mengerti. "Elo gila ya? kapan gue nikah sama cowok psikopat kayak dia." tunjuk Keara membuat semua yang berada diruangan itu terdiam.
"Oh, Shit." Alan tiba-tiba menekan tombol emergency dan tidak lama dokter datang dengan perawat.
"Sayang, Raihan memang suami kamu dan kamu baru saja melahirkan anak kalian." Keara merasakan dunia-nya seketika runtuh.
"Mama nggak bohong kan?" Karina menggeleng memeluk Keara erat. keara menatap Raihan yang menatap-nya dengan tatapan terluka. hatinya merasa tidak percaya tetapi tidak mungkin ibu-nya mengerjai-nya kan? tidak mungkin wanita yang dicintai-nya itu berbohong kepadanya.
Dokter datang dan Alan langsung menjelaskan duduk perkara-nya. dokter meminta semua yang berada diruangan itu keluar karena Keara akan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan.
"Ibu Keara, Ibu tau sekarang tahun berapa?" Keara mengangguk.
"Tahun 2008, Dok." Dokter terdiam membuat keara merasakan tidak enak dihati-nya.
"Kejadian apa yang terakhir yang anda ingat?'
Keara berfikir mencoba mengingat sesuatu.
"Saya tidur dikamar saya" jawabnya ragu.
"Anda ingat tanggal berapa?"
Keara mengangguk. "28 November 2008"
Keara ingat terakhir kali ia ketiduran karena terlalu lelah setelah habis merayakan ulang tahun Raka.
Dokter menatap Perawat yang sedang mencatat sesuatu dan menatap Keara lekat.
"Ibu Keara, saat ini sudah tahun 2018." Dokter menatap Keara yang menegang kemudian melanjutkan,
"Untuk saat ini kami menyimpulkan bahwa anda mengalami amnesia pasca trauma setelah kecelakaan yang anda alami." keara mencengkram baju rumah sakit, mendadak perutnya terasa nyeri. apakah benar diri-nya sudah menikah dengan Raihan dan baru saja melahirkan anak-nya. sepuluh tahun. Keara kehilangan memory sepuluh tahun-nya.
"Untuk saat ini anda harus banyak beristirahat, besok akan kami jadwalkan untuk CT Scan. mudah-mudahan ini hanya amnesia sementara." Dokter keluar dari ruangan rawt inap itu meninggalkan Keara yang termenung sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Replace
RomanceKeara merasakan hidupnya hampa bahkan ketika ia lahir. Keara mencoba kuat hanya demi ibunya. ketika dirinya sudah tidak bisa bertemu dengan ibunya lagi karena kebodohannya memilih lelaki yang salah, lelaki yang dikira-nya bisa membuat hidupnya bahag...