Mr. Posesif

9.6K 737 1
                                    



"Dari mana?" Keara tersentak kaget disaat suara maskulin itu menyapanya disaat ia menyalakan lampu apartemen.

"Han, kamu bikin kaget aja." Keara mengelus dadanya, jantungnya terasa mau copot. Raihan memang sering datang ke apartemennya tanpa pemberitahuan. Kadang-kadang datang disaat dirinya tertidur pulas. Bangun-bangun Keara mendapati dirinya dipeluk dari belakang oleh seseorang. Tunangan posesif-nya.

"Dari mana, Ky." Tuntut-nya. Keara mendesah pelan, Raihan selalu seperti ini ketika dirinya pergi tanpa Raihan dan pulang larut malam tanpa pemberitahuan. Keara wajib lapor 24 jam. Padahal Keara tau Raihan pasti sudah tau dirinya kemana saja dan mengobrol dengan siapa saja. Keara tidak bodoh, Keara tau Raihan menempatkan seseorang untuk mengikutinya setiap hari. Ditambah lagi alat pelacak dan penyadap yang di pasang di gelang dan handphone-nya.

"Aku dari mall tadi ngecek persiapan event besok. Eh taunya ketemu Intan yaudah kita ngobrol-ngobrol gitu sampe lupa waktu. Maaf ya kamu udah nunggu lama? Udah makan belum?" keara melingkarkan tangannya di leher Raihan dan menatap mata tunangannya itu lekat-lekat. Menunjukan tatapan penuh cinta kelemahan Raihan.

Raihan menghela nafas. "kenapa nggak bilang sama aku. Nggak izin juga, aku khawatir tau nggak ini udah tengah malam dan kamu belum pulang."

"Iya, maaf ya sayang. Aku janji nggak gitu lagi."

"Kamu udah berapa kali janji tapi selalu kamu ingkari." Ketusnya. Keara meringis, nasiib- nasiibbb.

"Aku kan nggak ketemu cowok lain. Aku ketemu Intan juga nggak sengaja. Oke salahku emang nggak izin pulang malam sama kamu. salahku juga karena nggak ingat waktu. Kan aku udah minta maaf." Keara menampakan wajah penuh penyesalan. Acting pastinya. Enam bulan bertunangan dengan lelaki posesif ini membuat Keara harus pintar-pintar mencari celah.

"Kita minggu depan udah di pingit kamu tau nggak kalau aku masih mau menghabiskan banyak waktu sama kamu sebelum kita nggak bisa ketemu lagi sebelum akad. Bahkan nggak boleh telponan atau kirim pesan. Gimana aku nggak frustasi coba. Kamu malah asik seneng-seneng sama temen kamu sementara aku udah nungguin kamu berjam-jam padahal besok aku bakalan Dinas lima hari ke Jepang." Raihan kesal setengah mati dengan peraturan keluarganya yang mengharuskan mereka mengikuti proses pingitan. Demi Tuhan Dinas dua hari keluar kota saja Raihan tidak rela apalagi harus berpisah dengan Keara seminggu tanpa boleh berhubungan sama sekali. Keluarganya itu seperti ingin mengerjainya. Mana ada pingitan tidak boleh Wa atau telpon sama sekali.

Keara menghela nafas "Kalau kita udah nikah aku bakalan sama kamu tiap hari sampai kamu muak. Seminggu itu bukan apa-apa kan? Dua minggu lagi kita udah tinggal bareng, bobo bareng, makan tiga kali sehari bareng,"

"Sampe mandi bareng juga." Lanjut Raihan.

"Mesum." Raihan tertawa. Ah membayangkan semua impiannya jadi kenyataan saja membuatnya berbunga-bunga.

Raihan menyatukan kening mereka "Maaf aku posesif."

"Baru nyadar?" cibir Keara. Raihan tertawa.

"Kamu keberatan?"

Keara menggeleng. "Kelakuan kamu memang bikin sakit kepala dan jantungan sih. Tapi aku masih bisa tahan."

Raihan menarik Keara sehingga gadis itu duduk mengangkang di pahanya.

"Aku mau jujur sesuatu sebelum kita menikah. Tapi aku takut kamu akan pergi dari aku."

"Kejujuran itu penting untuk kehidupan pernikahan, kalau kamu nyembunyiin sesuatu dari aku dan akhirnya aku tau dari orang lain itu nggak bagus untuk rumah tangga kita."

Raihan menghela nafas kemudian menarik Keara kedalam dekapannya.

"Aku sewa orang untuk ngikutin kamu setiap hari. Aku juga pasang pelacak di mobil kamu, dan penyadap di handphone dan gelang kamu." Raihan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Keara. Raihan takut Keara akan membatalkan pernikahan mereka karena kelakuan gilanya tetapi Raihan selalu merasa bersalah karena Keara selalu jujur selama ini tentang apapun yang ia lakukan. Raihan hanya merasa itu tidak adil untuk Keara.

"Aku tau kok." Raihan melepaskan dekapannya dan menatap keara lekat.

"kecuali masalah pelacak di mobil itu aku baru tau."

"Kamu nggak marah?" Raihan menatap Keara takjub setengah binggung. Ia fikir Keara akan marah minimal menampar wajahnya.

"Aku udah bilang aku masih bisa tahan dengan segala kelakuan kamu sekarang. Kecuali kalau kamu main tangan atau selingkuh aku nggak akan memaafkan kamu."

"Aku nggak akan melakukan sesuatu yang menyakiti kamu Bae." Raihan mengecup basah leher Keara membuat Keara mengerang.

"aku cinta banget sama kamu. dua minggu lagi masih lama banget ya aku nggak sabar jadiin kamu milikku satu-satunya." Keara tersenyum menatap Raihan lembut.

"I'm Yours, Always Yours." Raihan tersenyum pongah mendengar pernyataan Keara. Akhirnya sedikit lagi, Keara akan jatuh kedalam genggaman tangannya.

Time ReplaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang