"Jadi semuanya sudah beres ya, Pak nggak ada kendala lagi?" Keara mengecek perkerjaanya sekali lagi takut ada yang terlewat.
"Sudah, Bu. Tinggal eksekusi event besok." Keara mengangguk.
"Oke deh, besok saya cek ulang lagi setelah dimulai. Terimakasih, Pak." Keara pamit dengan EO yang bertugas menyelenggarakan event perusahaan disebuah mall besar di Jakarta.
Keara berjalan anggun dengan sepatu kets-nya dan langkahnya terhenti disaat bertemu toko buku. Keara memutuskan untuk masuk siapa tau dia menemukan buku baru yang menarik. Akhir-akhir ini dirinya jarang memanjakan dirinya sendiri karena kesibukan pekerjaan dan mempersiapkan pernikahan yang tinggal dua minggu lagi.
Semakin mendekati hari pernikahan jantungnya semakin terasa sesak. Orang tuanya setuju dengan perjanjian pernikahan yang ia buat orang tua Raihan juga sudah menyetujui dan perjanjian itu sudah terdaftar hukum. Tetapi tetap saja Keara selalu cemas dan gelisah.
"Keara?" suara lembut itu membuat Keara menoleh dan mendapati Intan yang berdiri disampingnya tengah membawa buku parenting. Keara memindai tubuh Intan dan mendapati perut intan yang terlihat besar.
"Hai, apa kabar, Tan?" senyumnya. Yang dibalas canggung oleh Intan.
"Baik, lo gimana? Gue denger mau nikah ya?"
"Gue juga baik. Ia gue bentar lagi nikah. eh gue bawa undangan juga buat lo." Keara merogoh undangan yang memang ia persiapkan untuk Intan.
"Thank ya, elo masih mau ngundang gue padahal gue udah jahat sama lo." Wajah sendu Ibu hamil itu membuat Keara tidak tahan. Dirinya masih punya hati untuk tidak membenci Intan ketika melihat perut besar itu.
"Disitu ada café kita duduk disana aja ya. Elo nggak boleh lama-lama berdiri." Keara menuntun Intan di café seberang toko buku.
"Mau pesen apa?"
"Mau milkshake mangga aja sama cheese cake." Keara mengangguk dan berjalan kearah kasir. Intan tersenyum sembari mengelus perutnya menatap punggung Keara yang sedang memesan pesanannya. Ibu Manager yang tidak pernah berubah batinnya.
"Here you are." Keara meletakkan pesanan mereka di meja bundar itu.
"Thank, Aunti." Senyum manis Intan membuat darahnya berdesir. Katanya Ibu hamil itu auranya makin cantik dan Keara membuktikannya sendiri.
"Udah berapa bulan?" Keara menyendok brownis dihadapannya.
"Udah bulannya. Sebenernya udah lewat due date. Makanya ini banyakin jalan biar dedenya mau keluar." Keara terkekeh. Kemudian menyadari sesuatu.
"Elo jalan sendirian?" Intan mengangguk santai.
"Gila lo! Kalau pecah ketuban gimana?" Intan tertawa.
"Ada supir gue nunggu di parkiran." Keara akhirnya bernafas lega. Dirinya pikir Intan nekat ke mall sendiri tanpa ada yang menemani padahal perutnya yang sudah sangat besar itu.
"Em , Ky." Intan memilin ujung Dress-nya. "Kenapa elo nggak tanya gue hamil anak siapa dan apa gue udah nikah atau belum?"
"Itu privasi elo, Tan. Gue nggak berhak tanya kecuali elo yang cerita sendiri."
"Intan menarik nafas dalam."
"Ask me, Ky. Gue nggak tau mau cerita dari mana. Tapi dada gue terasa sesak karena nggak ada yang perduli dan mau dengerin cerita gue."
Keara menggaruk keningnya. "Ini anaknya Tristan kan?" Intan mengangguk dengan kepala tertunduk. "You know, Bayu nggak pernah berani nyentuh gue."
"Kalian udah nikah?" Intan menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Replace
RomanceKeara merasakan hidupnya hampa bahkan ketika ia lahir. Keara mencoba kuat hanya demi ibunya. ketika dirinya sudah tidak bisa bertemu dengan ibunya lagi karena kebodohannya memilih lelaki yang salah, lelaki yang dikira-nya bisa membuat hidupnya bahag...